44. Sorry

25.8K 3.1K 424
                                    

Jari jemari lentik milik Adelaide bergerak untuk memindai seluruh judul buku yang berada di hadapannya. Sembari melangkahkan kedua kaki jenjangnya secara perlahan, wanita itu menimbang – nimbang, buku apa yang akan dibawanya ke kamar dan dibacanya untuk hari ini.

Adelaide terus melangkah dan melangkah hingga akhirnya kedua netra emeraldnya bertemu dengan sebuah buku yang sedikit menarik perhatiannya. Sebuah buku taktik perang yang terlihat sudah sangat usang dibandingkan berbagai macam buku yang menghimpit buku bersampul merah darah itu

Adelaide menghentikan langkahnya dan berniat untuk menarik buku itu, namun disaat yang bersamaan, Adelaide merasa ada sesuatu yang juga menarik buku itu. Tarikan itu lumayan kuat hingga Adelaide dengan spontanitas melepaskan buku itu

"Adelaide?"

Deg.

Jantung Adelaide berpacu dengan cepat ketika ia melihat sosok pria yang berada di balik rak buku di hadapan Adelaide itu.

"Prince William..." ucap Adelaide lirih ketika ia melihat wajah William, kekasihnya, terlihat begitu mengenaskan dengan bekas – bekas membiru yang masih terpampang begitu jelas, padahal, kejadian yang na'as itu terjadi satu minggu yang lalu

"Kau baik – baik saja?" tanya William sedikit ragu ketika ia melihat tatapan Adelaide

"Ya... aku baik – baik saja, Prince. Apa kau baik – baik saja?" tanya Adelaide sembari memperhatikan bekas – bekas biru di wajah tampan William yang berasal dari tendangan kaki serta pukulan tangan suami Adelaide sendiri

"Aku baik. Aku sudah terbiasa seperti ini" ucap William sembari mencoba untuk tertawa renyah

Niat hati ingin mencairkan suasana dengan tawanya, namun William merasa suasana diantara dirinya dan Adelaide semakin mencekam. William tertawa renyah dan Adelaide hanya menatapnya dengan tatapan datar namun sedikit mengasihani, senyum indah yang biasanya menghiasi wajah wanita itu kini menghilang

"His majesty sudah mengetahui semuanya, sekarang, sudah tidak ada lagi alasan bagi kita untuk melanjutkan hubungan terlarang ini" ucap Adelaide ketika William sudah menghentikan tawa renyahnya

Sebuah kerutan sempat menghiasi dahi William, pria itu menatap Adelaide dengan tatapan sedikit frustasi, namun ketika pria itu menemukan binar – binar keteguhan di kedua netra emerald Adelaide, pria itu lantas menghela nafasnya

Raut wajahnya yang sedari tadi sempat bersinar kini kembali mengelabu. Pria itu, William, menarik sebuah senyuman simpul di wajahnya yang terlihat sangat tersiksa itu

"Ya... sepertinya, hubungan kita memang harus berhenti disini" ucap William penuh pengertian

William yang saat ini berada di hadapan Adelaide terlihat begitu berbeda dengan William yang selalu memberontak ketika Adelaide menolak perasaannya.

"Terimakasih karena sudah mau memahamiku" ucap Adelaide ketika akhirya ia bisa bebas dari William

"Seharusnya aku yang berterimakasih karena kau sudah membiarkanku untuk sempat memiliki wanita terindah diantara banyak wanita di kerajaan ini" ucap William dengan senyum lembut yang terpatri di wajahnya

Adelaide menggigit lidahnya yang terasa kelu. Wanita itu tak tau ingin mengucapkan apa lagi kepada pria yang kini tengah menatapnya dengan tatapan sendu

"Kau benar – benar ingin meninggalkanku? Kita akan tetap berteman, kan?" tanya Adelaide lamat – lamat sembari menatap kedua netra biru milik William

Deg. Deg. Deg.

Jantung Adelaide berpacu dengan cepat ketika ia melihat tangan kekar William bergerak mengarah ke wajahnya. Tubuh wanita itu yang dibalut dengan gaun berwarna biru tua nampak sedikit menegang ketika ia merasakan tangan kekar milik mantan kekasihnya itu bergerak mengelus sisi wajahnya

AdelaideWhere stories live. Discover now