30. Anger

22.6K 2.6K 349
                                    

Alexander mengetatkan rahangnya dengan emosi yang sudah meletup – letup di dalam dirinya. Pria yang kini sedang dibalut jubah tidur yang dihiasi dengan rajutan benang emas itu memberikan tatapan membunuhnya pada pelayan pribadi istrinya.

Tatapan serta aura menyeramkan yang menguar dari tubuh Alexander berhasil membuat tubuh pelayan pribadi Adelaide bergetar hebat. Ia baru saja mengatakan keberadaan Adelaide pada Alexander sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Adelaide, namun, pelayan pribadi itu, Maida, tak menyangka jika Alexander akan semarah ini

Rajanya itu tampak berbeda. Sebelumnya, rajanya itu tak pernah memperdulikan keberadaan Adelaide jika mereka tak akan menghadiri pertemuan penting, namun hari ini...

"Lapor Your majesty, Pangeran William belum kembali dari permukiman desa sampai saat ini"

Laporan dari salah satu pengawal yang baru saja menemui Alexander berhasil membuat amarah pria itu semakin membara. Kedua netra birunya yang biasanya menatap dingin semua orang kini memberikan tatapan bengis, seolah – olah si pemilik netra biru itu hendak memusnahkan semua orang yang ada di hadapannya

"Brengsek" maki Alexander dengan suara yang lumayan kuat, ia bahkan tak peduli jika dua bawahannya mendengar makiannya. Reputasi Alexander sudah terlanjur rusak sejak ia dijuluki sebagai Dewa Kematian di Medan Perang, kini, Alexander tak pernah merasa takut untuk melakukan tindakan kasar di khalayak umum

"Siapkan kudaku secepatnya!" perintah Alexander yang langsung diangguki oleh pengawal

Pengawal itu sedikit berlari terbirit – birit keluar dari kamar Adelaide, kamar tempat Alexander berada. Pengawal itu meninggalkan Alexander yang tetap senantiasa memberikan tatapan tajamnya pada Maida

"Kau harus bisa memastikan jika Adelaide benar – benar pergi sendirian. Jika tidak, jangan harap kepalamu akan tetap melekat di tubuhmu hingga fajar nanti" ancam Alexander dengan gigi – giginya yang sudah bergelemetuk yang membuat tubuh Maida semakin bergetar takut

Dengan gerakan cepat, Alexander membalikkan tubuhnya dan melangkahkan kedua kakinya untuk meninggalkan kamar Adelaide. Saat keluar dari kamar istrinya itu, Alexander menatap semua pengawal yang berjaga di koridor kamar itu dengan tatapan nyalang

"Jangan sampai biarkan pelayan rendahan yang ada di kamar Her majesty keluar dari sini" ucap Alexander yang dibalas dengan sebuah anggukan takut oleh para pengawal itu

Jawaban para pengawal itu semakin membuat Alexander berang. Apakah para pengawalnya itu sudah kehilangan kemampuan untuk berbicara? Bisa – bisanya mereka hanya menganggukkan kepala kepada seorang raja yang telah memberikan mereka status

"Apa kalian dengar?!" tanya Alexander dengan suaranya yang sudah meninggi

"Dengar, Your majesty!" ucap para pengawal itu kompak untuk menjawab pertanyaan Alexander

Tanpa memperdulikan pengawal – pengawal itu, Alexander kemudian melangkahkan kedua kakinya dengan gerakan cepat menuju ke gerbang utama istana, gerbang dimana kuda Alexander tengah menunggunya.

Alexander yang sudah dikuasai oleh amarah itu tak memperdulikan keadaan di sekelilingnya, ia juga tak memperdulikan seorang wanita yang kini tengah berlari mengejar Alexander dengan gaun malam yang terlihat tak pantas digunakan oleh seorang wanita di depan khalayak umum

Grep!

Baru saja Alexander hendak meloncat naik ke atas kuda coklatnya, namun sepasang tangan kecil berhasil menahan pergerakan Alexander itu. Tanpa sadar, Alexander mengeram marah. Satu hal yang harus diketahui mengenai Alexander, pria itu tak suka jika dirinya diganggu ketika sedang berada pada situasi darurat

"Alex... kenapa kau meninggalkanku sendirian?" tanya wanita itu dengan nada merajuk, sepertinya wanita itu tak sadar jika Alexander tengah emosi

Kali ini, entah kenapa, nada merajuk yang keluar dari mulut wanita itu tak terdengar menggemaskan lagi di kedua telinga Alexander. Dengan gerakan sedikit kasar, Alexander melepaskan kedua tangan kecil milik wanita itu yang menahan pergerakannya

Alexander memutar tubuhnya dan ia mendapati hal lainnya yang semakin membuat emosinya meletup – letup. Tepat dihadapannya, wanita simpanannya, tengah berdiri dengan gaun malam yang sudah sedikit melorot sehingga sebagian payudara wanita itu menyembul dengan begitu menantang

Sialan! Kenapa dua wanita di kehidupan Alexander itu sangat suka membuat Alexander kepikiran?!

"Kembalilah ke kamarmu Rosabelle. Aku memiliki tugas penting" ucap Alexander sembari menaikkan gaun malam Rosabelle yang sudah melorot dengan gerakan sedikit kasar

"Malam – malam begini?" tanya Rosabelle sedih yang dibalas dengan sebuah anggukan oleh Alexander

Semenjak berhubungan dengan Alexander, Rosabelle sudah terbiasa tidur di dalam pelukan hangat pria itu. Sungguh, Rosabelle tak bisa membayangkan jika ia akan tidur tanpa kedua tangan kekar milik Alexander yang mengitari perut rampingnya

"Saat kau kembali nanti, kau akan tidur bersamaku kan?" tanya Rosabelle semberi memberikan tatapan penuh harapnya pada Alexander

"Ya. Sekarang, kembalilah ke kamarmu dan tunggulah aku. Aku harus pergi" ucap Alexander cepat sembari membalikkan tubuhnya untuk kembali menaiki kudanya

Rosabelle menatap kepergian Alexander dengan rasa resah yang mulai melingkupi hatinya. Tugas penting apa yang hendak diselesaikan oleh pria itu sehingga pria itu pergi malam – malam seperti ini tanpa memberitahukan Rosabelle? Pria itu juga pergi tanpa memeluk Rosabelle dan memberikan ciuman singkat di bibir Rosabelle

Ada yang salah disini.

Apa Alexander sudah memiliki wanita baru lagi? Apa ia sudah bosan dengan Rosabelle? Tidak, tidak! Ini tidak boleh terjadi! Rosabelle harus melaporkan hal ini pada Adelaide, Adelaide pasti dapat mencari solusi untuk masalah ini

"Lady, sebaiknya kita kembali ke istana, anda bisa sakit jika terus berada disini" ucap seorang pelayan sembari menyampirkan sebuah jubah pada tubuh Rosabelle

"Baiklah" ucap Rosabelle lemah sembari memberikan senyuman seadanya pada pelayan yang telah memberikannya jubah. Dengan langkah tak bersemangat, Rosabelle memutar tubuhnya dan kembali menuju kamarnya.

Sementara itu, Alexander memacu kudanya dengan kecepatan tinggi. Pria itu bahkan tak terusik dengan udara dingin yang menusuk dadanya karena tipisnya jubah yang saat ini tengah dipakainya. Emosi yang tengah memenuhi kepala pria itu berhasil membuat tubuh pria itu memanas

Alexander tau, Adelaide tak mungkin ke pasar. Tidak ada pasar yang masih buka saat bulan sudah bersinar begitu terang seperti saat ini. Satu – satunya tempat yang kini terlintas di pikiran Alexander mengenai keberadaan Adelaide adalah hutan, hutan adalah tempat yang paling cocok bagi sepasang kekasih untuk melakukan pertemuan rahasia mereka

Sialan!

Alexander semakin memacu kuda coklatnya ketika ia memikirkan Adelaide serta William. Sejak kapan dua orang itu sudah memiliki hubungan terlarang itu? Apa mereka sudah lupa jika Alexander sangat membenci penghianatan, Alexander bisa saja menghukum mati mereka berdua jika bukti mengenai hubungan terlarang mereka berhasil didapatkan oleh Alexander.

Alexander terus memacu kudanya dengan cepat, hingga tanpa sengaja, kedua netra birunya mendapati sosok wanita yang beberapa jam ini tengah memenuhi kepalanya. Kelegaan sempat mengisi hati Alexander sebelum kedua netra birunya menangkap jika sosok wanita itu sedang memperbaiki pakaiannya.

Memperbaiki pakaian di tengah hutan? Keparat! Wanita itu tak mungkin mandi malam – malam begini di tengah hutan 'kan? Sialan! Apa wanita itu baru saja memadu kasih dengan William?

Kedua netra biru Alexander menggelap, dengan beringas, ia memacu kudanya mendekati wanita itu

"ADELAIDE!"

AdelaideWhere stories live. Discover now