Bonny berdecak, tak habis pikir. Ini tempat umum, kenapa pada berantem di sini, sih?

"NANGIS! LO BISANYA NANGIS DOANG, KAN!"

Bonny tadinya nggak mau ikut campur, tapi mendengar nada yang digunakan si cowok, entah kenapa emosinya ikut tersulut juga. 

"Jangan gini dong, Yon, please." Suara gadis itu melirih. Hendak meraih lengan cowok di depannya, namun langsung di tepis kasar.

"Gue udah muak, ya, sama sandiwara lo yang pura-pura lemah di depan gue, mana Pristin yang dulu? Hah?" Arion berdecih. "Chelsea lebih baik dari lo." 

"Lo pikir, lo lebih baik kalo dibandingin sama cowok-cowok yang ngantri dibelakang Pristin?" Bonny mendekat, dengan langkah santai.

"Bonny," panggil Pristin dengan suara lemah.

Arion menoleh, menyengitkan dua matanya yang sudah tajam. "Lo siapa? Berani banget ikut campur urusan gue sama cewek gue."

"Lo siapa bisa banding-bandingin anak orang yang dirumahnya dianggep putri sama orang lain?" balas Bonny, sengaja dengan raut wajah yang dia buat santai tambah menyulut api emosi dari Arion.

"Jangan ikut campur, anjing!"

"Gue juga gak bakal ikut campur kalo lo gak bentak-bentak temen gue."

"Temen?" Arion terkekeh keras. "Yakin lo  temenan sama dia?'" Arion menoleh ke arah Pristin. "Setau gue, temennya Pristin cakep-cakep, gak ada yang bentukannya kue terlalu ngembang gini."

"Arion!" peringat Pristin.

"Kenapa?" Terdengar menantang. "Ck, Pris. Selain keluarga lo yang ancur, ternyata dunia pertemanan lo juga ancur, ya, miris banget."

"Anjing!"

Bugh!

Satu pukulan mendarat tepat di rahang cowok itu. "Mulut lo banci banget, bangsat!"

Arion meringis, memegangi rahangnya yang membiru.

"SIALAN LO!" geram Arion, satu pukulan ikut mendarat di sudut bibir Bonny. Bonny meringis kecil, menyentuh sudut bibirnya, menemukan darah di sana.

"Gue udah bilang, jangan ikut campur masalah gue sama cewek gue." Arion kalut, lalu menoleh dengan sorot mata yang memerah tajam pada Pristin.

"Ayo, gue bakal hajar cowok tadi yang sama lo. Berani-beraninya lo selingkuh dari gue setelah pengorbanan yang gue lakuin buat lo yang selalu lemah buat ngadepin masalah lo yang numpuk itu."

Arion hendak meraih telapak tangan Pristin, tapi Pristin dengan cepat menangkisnya. "PRIS!"

Plak!

Bunyi tamparan yang lebih keras dari teriakan Arion itu menghentikan pergerakannya. Tamparan itu dari tangan Pristin, yang sekarang menatap Arion. Raut kecewa dan tak percaya terpancar jelas di wajah cantik yang sembab itu.

Arion memegangi pipinya, mendongak dengan raut tak terima pada Pristin. "Lo ...."

"Bisa-bisanya lo masih kukuh giring opini lo yang gak berdasar buat nuduh gue selingkuh?" Pristin kali ini berani menatap Arion dengan mata yang berkaca-kaca.

"Jujur, gue capek, Yon."

Tapi detik selanjutnya, pandangan Arion melunak. Mengeluh bukanlah Pristin, cewek itu tidak pernah mengatakan capek hanya karena Arion memarahinya.

"Yon," panggil cewek itu, dengan nada rendah yang serak. "Masalah kita sekarang apa, sih?"

Arion mendongak, tapi diam tidak menyahut.

Obesity, Is Me!Where stories live. Discover now