C H A P T E R 17

138 99 526
                                    

Obesity, Is Me!
_
_
_____

C H A P T E R  17

Abang : tunggu bentar lagi, jangan naik taksi, gue udh mau selesai nih

Pesan itu sudah Ilma baca dari satu jam lalu. Ilma bukan tipe orang yang gak sabaran terhadap sesuatu. Tapi Ilma jengah, Dirga dan Yuri akhir-akhir sering ingkar janji padanya.

Ilma paham mereka sibuk, yang Ilma tidak paham itu kenapa mereka membuat janji ketika mereka sibuk? Padahal, Ilma bisa mengerti jika mereka bilang 'MEREKA SIBUK' tanpa embel-embel melarang Ilma mengambil keputusan sendiri.

Mereka sekarang memang banyak melarang Ilma, menerapkan peraturan lebih ketat mengingat Ilma yang katanya makin dewasa. Padahal, kan, Ilma gak ngapa-ngapain.

Ilma menggerak-gerakkan kakinya yang terasa kesemutan, dari tadi dia sudah berdiri dan duduk berulang kali di halte bis dekat sekolahnya ini.

Dirga emang kelewatan, seenggaknya Ilma dibolehin naik kendaraan umum kek.

Tin!

Ilma mendongak saat mendengar suara klakson di depannya. Ilma mengerutkan dahi saat melihat motor ninja besar berhenti. Pemiliknya yang juga memiliki badan besar itu membuka helmnya, lalu tersenyum imut.

Ilma aja hampir terpana melihatnya. Pantas aja cewek-cewek suka nempelin orang ini.

"Sendiri aja," ucap cowok itu lalu berjalan mendekat ke arah Ilma.

Ilma mengangguk sambil tersenyum kikuk.

Cowok itu duduk di sebelah Ilma, membuat harum parfume segar langsung merebak di Indra penciuman Ilma.

"Kenapa? Gue ganteng, ya, kalo abis main futsal gini?"

Ilma mendengus kecil. "Mana ada main futsal wangi gitu."

"Mandi dulu lah, ke rumah Kino," ujar Bonny. "Btw, lo abis ikut ekskul atau gimana? Kok baru balik jam segini."

Ilma langsung menggeleng. "Gue gak ikutan ekskul apa pun."

"Terus?" Bonny mengerutkan dahinya.

Ilma mencebikkan bibirnya. "Nunggu Abang gue jemput."

"Lo nunggu dari pulang sekolah?" tanya Bonny, Ilma mengangguk membuat Bonny berdecak tak habis pikir. "Adek yang sabar."

Ilma menghela nafasnya panjang, jadi merapatkan ransel yang dia peluk.

"Kata lo, rumah lo deket sini, kenapa gak naik angkot? Atau taksi gitu."

"Gak dibolehin sama Abang gue."

Bonny membuka mulutnya sedikit. "Se-protektif itu?"

Ilma mengangguk. Kembali memanyunkan bibirnya. "Kayak anak kecil, ya, gue?" ucapnya, lalu meringis kecil saat Bonny mengangguk.

"Kalo gue anterin lo pulang, Abang lo bakal ngamuk kagak?"

"Gak tau," Ilma mengedikkan bahunya.

"Coba di chat aja."

Ilma berdehem sebentar, lalu membuka ponselnya. Mengetikkan pesan jika dia akan pulang bersama Bonny, dan menyebutkan nama Mamah Bonny yang Dirga kenal, agar abangnya itu tidak khawatir.

"Udah," lapor cewek itu. "Tapi, lo cuma bawa helm satu, gimana?"

"Rumah lo deket ini," ucap Bonny menyerahkan helm yang ada di tangannya. "Pake. Kalo lo kenapa-napa gue yang digorok Abang lo ntar."

Obesity, Is Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang