C H A P T E R 8

113 73 270
                                    

Obesity, Is Me!
_
_
_

Notes : CHAPTER 1 SAMPAI 8 FLASHBACK, SATU TAHUN YANG LALU
_
_
_____

C H A P T E R  8

Bubu : Gua yakin lo nggak bisa ngerjain soalnya

Ilma terkekeh kecil saat melihat chat seperti itu. Sudah seminggu ini dia dan kontak yang ia beri nama Bubu itu sering sekali berbalas Chat.

Rasanya menyenangkan. Ilma seperti mendapat teman baru yang tidak memandang fisik.

Ilma : Kalo gue dapet nilai delapan puluh, gimana?

Bubu : Kalo lo dapet nilai seratus, gue kirimin hadiah buat lo

Ilma : Gue nyerah deh kalo seratus. Ini kimia loh:(

Bubu : Mangkanya, belajar.

Ilma mendesah kecil, lalu membaringkan tubuhnya di tempat tidur.

Ilma : Gue bego kalo Kimia. Eh nggak, gue bego semua pelajaran

Bubu : Gue bantu, cepet belajar

Ilma : Beneran loh ya, Bantu gue belajar

Bubu : Iya, lo kirimin aja soalnya. Nanti gue bantu selesein

Ilma segera bangkit ke meja belajarnya, dia memotokan beberapa soal kimia di buku paketnya, lalu mengirimkan foto itu ke Bubu.

Ilma : coba lo kerjain dulu, nanti kirim jawabannya ke gue

Bubu : Keenakan di elo, nanti gue bantu jawab soal 1, seterusnya lo jawab sendiri. Liat contoh dari jawaban gue

Ilma : ya udh iya, tapi jawabnya yang bener loh ya, jangan ngasal

Bubu : Jangan remehin gue, gini-gini gue pinter

Ilma terkekeh kecil. "Sombong amat."

Ilma : iya deh Tuan Pintar, cepet kerjain

___

"Ciee, Babon senyam-senyum, lagi chatan sama siapa sih?"

Ryan dengan jahil mengambil ponselnya Ilma, membuat Ilma menipiskan bibirnya, lalu meloncat untuk mengambil ponselnya itu.

"Balikkin, Yan! ihh!"

"Bentar, Ma, elah. Gue baca dulu." Ryan menjauhkan ponsel itu dari Ilma, lalu membacanya dari jauh. "BUBUUUUU!"

"Nama kontaknya Bubu guys! Dia udah punya pacar," teriak Ryan. "Wah, kecewa gue sama lo. Lo anggep apa gue selama ini, Ma?" ucap Ryan dengan wajah sedih, membuat seisi kelas tertawa mendengarnya.

"Balikkin hp gue!" decak Ilma, dengan wajah yang sudah memerah.

"Santai dong, bentar. Gue belum baca chatnya." Ryan terkekeh. "Parah. Sakit hati gue bacanya." Ryan memegang dadanya, dramatis.

Ilma sudah menutup wajahnya, ingin menangis mendengar suara tawa keras dari seisi kelas.

"Lo dikhawatirin tuh, Ma, katanya, lo udah makan belum?"

BRAK!

Sontak semua menoleh ke arah sumber suara. Menemukan Irene yang tadi baru saja menendang pintu kelas, masuk dengan tatapan nyalangnya.

Obesity, Is Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang