C H A P T E R 12

125 100 413
                                    

Obesity, Is Me!
_
_
_____

C H A P T E R  12

"Gila ya, lo berani banget bikin cerita sad ending gitu."

Ilma berdesis, sambil menjauhkan ponsel di telinganya.

"ILMAAAA! Lo dengerin gue gak sih?"

"Iya! Dengerin, astaga."

"Kalo gue di Jakarta sekarang, gue beneran bakal demo di rumah lo. Bisa-bisanya bikin gue nangis."

Karena Ayahnya di pindah tugaskan kerja, Intan terpaksa ikut pindah sekolah. Tapi, Intan dan Ilma masih sering komunikasi seperti ini.

Intan juga beberapa kali menyarankan jalan cerita ke Ilma untuk komik yang akan di buat. Intan mendeklarasikan dirinya sebagai fans pertama Shielma-Nama pena Ilma di webtoonnya.

"Jangan bilang True Love nggak ada sekuelnya?"

Ilma menghela napasnya berat. "Nggak tau, gue masih pikir-pikir. Mau nulis juga istirahat dulu gue."

"Sambil cari angin seger buat jadiin inspirasi buat sekuel True love, ya! Ya, ya? jangan gantungin cerita dong, Ma! Please."

Di seberang suara Intan yang terdengar, membuat Ilma mengusap wajahnya. "Itu nggak gantung njir, itu sad ending."

"Lo tau nggak, menurut pembaca sad ending itu sama dengan ngegantung."

Ilma memutar matanya, jengah. "Iya deh, nanti gue mikir-mikir dulu."

"Bagus, bagus. Btw, lo apa kabar?"

Ilma terkekeh kecil. "Marah-marah dulu lo ya, baru nanya kabar."

Intan terdengar cengengesan. "Sorry lah. Masih kebawa suasana True Love njir."

Ilma menarik senyum simpul. "Sebagus itu komiknya?"

"Beuh, Ma! Ternyata saran gue emang manjur banget. Cocok deh buat lo!"

Ilma beranjak dari tempat tidurnya, pindah ke depan lukisannya yang masih setengah jadi. "Thanks deh udah saranin."

"Dah nggak usah makasih. Nanti kalo komik True Love volume satu dah terbit, kirim Bandung satu."

Ilma berdecih. "Mauan lo."

"Iya dong hihi. Eh Ma, udah dulu, ya. Emak gue udah banting-banting panci tuh di Dapur, tadi gue disuruh nyuci piring emang, tapi sampe sekarang belum gue kerjain."

Ilma tertawa, "Anak durhaka lo."

Intan kembali terkekeh. "Gue matiin ya, byeeee!"

Ilma melemparkan ponselnya ke Kasur, lalu meraih kuas kecil yang ada di atas piringan cat itu.

"My time," ujarnya, sambil tersenyum tipis saat menatap lukisan laut yang belum jadi seutuhnya itu.

Ilma biasanya ngelukis di kanvas dengan menggunakan cat minyak untuk menenangkan dirinya.

Kayak kesannya tuh beda kalo dia sedang ngelukis komik di tablet lukisnya.

Ilma mulai menorehkan dengan hati-hati di kanvas itu. Bermain gradasi warna di sana.

__

Ilma menggaruk rambutnya, saat tidak menemukan jaket itu di kamarnya. Padahal dia ingat menaruh jaket itu di tempat gantungan bajunya.

Obesity, Is Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang