"Ini punya gue njir, jangan asal rebut dong!"

"Lu dah makan banyak yah, perut lo gak mledug hah?"

"Nggak. Sini No, jangan nyebelin lo, ah."

"Lo bedua kayak orang kelaperan tau gak?" sindir Bonny, sinis.

Kino cengengesan. "Emang laper, Bon," jawab cowok itu lalu manyun. "Gak dikasih makan gue waktu nginep di rumah Rega."

"Halah tai, lo pemakan segalanya kalo di rumah gue." Rega mendecih, merebut kue yang tinggal setengah di tangan Kino.

"Doi masih koloran." Ody mendecak, ketika melirik Bonny. "Sana ganti, kita mau jogging nih."

"Lah?" Bonny mengerutkan dahi. "Kenapa gak bilang dari tadi, sih, gue mager, baru bangun tidur."

"Si tai, diajak ke jalan yang bener mah gak mau aja." Alex ambil suara, sudah males sebenarnya kalo ngajak Bonny, susah banget kalo diajak olahraga bareng.

"Buka grup makanya." Regi yang duduk di samping Alex ambil suara, tapi mata cowok itu terus melirik ponsel ditangannya. "Dah, sana ganti, udah dari tadi kita nunggu lo."

Bonny menghela nafas berat. "Mager sumpah."

"Udah, Bon, naik ayoo. Olahraga sore lebih banyak ngasilin keringet." Kino mendorong tubuh Bonny naik ke tangga, dibantu Rega.

Bonny menghela nafasnya lagi, berjalan mandiri ke atas kamarnya.
__

"Ilma ...."

Ilma yang uring-uringan karena masih memantengi ponsel lamanya, menunggu balasan pesan dari cowok itu yang sampai sekarang belum ada kabar jadi menoleh ke arah pintu kamar yang di buka.

"Mamah," panggil cewek itu jadi merubah posisinya jadi duduk. "Udah pulang?"

"Udah, baru tadi. Eh, ada temen kamu tuh di bawah."

Ilma mengernyitkan dahi. "Temen? Irene balik lagi?"

"Bukan Irene, emang temen kamu cuma Irene gitu? Irene terus," decak Yuri.

Ilma sempat tersenyum masam. "Emang siapa?" tanyanya kemudian.

"Katanya, namanya Abi." Yuri cengengesan kecil dengan raut wajah berbinar, kayak ABG ketemu cogan yang mau dia pepet. "Btw, Ma. Kok temen kamu tuh mirip Abi yang ada di komik kamu, ya, mukanya, namanya juga sama."

"Mau ngapain Abi ke sini?" tanya Ilma, mengabaikan ucapan Mamahnya tadi.

"Entahlah." Yuri mengedikkan bahu. "Buru cepet turun, udah nunggu lama dia, kasian."

"Udah lama?"

Yuri mengangguk. "Kayaknya, sih, gitu, dia nunggu di luar rumah."

"Lah?" Ilma tambah menautkan alisnya. "Kenapa nggak pencet bel rumah?"

"Udah katanya." Yuri mendecak, heran sendiri. "Kenapa nggak kamu bukain coba?"

"Ilma gak denger loh, Mah," ucap Ilma, dengan ekspresi linglungnya. Dia benar-benar gak denger apa pun dari tadi.

"Ngapelinnya HP terus, sih," sindir Yuri, melirik ponsel di tangan Ilma.

Ilma cengengesan, lalu menggaruk rambutnya sambil bangkit dari kasur."

"Ilma samperin dulu," ucapnya, lalu turun dari lantai atas, melihat cowok itu sedang merunduk memainkan ponselnya.

"Abi," panggil cewek itu membuat Abi mendongak ke arahnya sambil tersenyum.

Abi tampak berbeda hari ini. Rambutnya yang hari ini dia rapihkan, dengan hoodie hitam yang dia pakai, terlihat casual dan rapi. Benar-benar gak ada sosok Abi si berandal sekolah.

Obesity, Is Me!Where stories live. Discover now