🌙ㅣ11. Dia yang Selalu Berbeda

134K 14.5K 385
                                    

''Bukan sekadar kasihan, namun juga kepedulian atas penderitaan yang terpendam sejak lama''

''Bukan sekadar kasihan, namun juga kepedulian atas penderitaan yang terpendam sejak lama''

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tok tok tok!

Rembulan membuka matanya yang setengah terpejam saat berada di meja belajar. Ia sudah menyelesaikan semua tugas dari sekolah, tinggal merapikan buku-bukunya saja, tapi sepertinya Rembulan sudah mengantuk.

"Bulan?"

Rembulan bangkit, ia melangkah perlahan dan membuka pintu kamar. Yang pertama Rembulan lihat adalah, senyuman tampan seseorang di depan sana, sedang menatapnya dengan pandangan penuh tanya.

"Kenapa belum tidur?" tanya Alzero.

Rembulan menggeleng. "Belum mau, Bang. A-ada apa ya? Bulan dipanggil Papa?"

Alzero menggeleng. "Abang gak ceritain masalah di sekolah kok, cuman cerita sama bang Rion aja, jadinya sekarang Bulan ikut abang, kita bicara."

Rembulan masih diam, ia menatap Alzero dengan tatapan takut. Bagaimana jika Alderion marah? Apa yang akan diperbuat Alderion?

"Bang Rion gak marah," ucap Alzero seolah mengerti isi pikiran Rembulan. "Ayo sini, 'kan ada abang, besok-besok abang beliin aksesori ya buat Bulan," ucapnya lagi lalu mengulurkan tangannya pada Rembulan.

Akhirnya Rembulan mengangguk, tangannya menerima uluran tangan Alzero membuat lelaki itu memekik senang dan menarik Rembulan menuju lift. Mereka berdua akan ke lantai tiga, ke ruangan di mana tempat biasanya berkumpul.

Dentingan lift terdengar, dua orang lelaki yang tengah serius mengobrol di hadapan sebuah televisi mengalihkan pandangannya saat Alzero memanggil.

"Bulannya kebetulan belum tidur," ucap Alzero menatap Alderion yang tampak tidak ingin berlama-lama lagi untuk membicarakan sesuatu pada Rembulan.

"Sini duduk." Alderion menepuk tempat kosong di sampingnya, di sana juga sudah ada boneka beruang besar yang selalu Rembulan peluk jika ia berada di ruangan itu.

Rembulan menurut, ia hendak melepaskan tangannya dari genggaman Alzero namun tidak bisa, lelaki itu enggan melepaskannya.

"Gak usah modus!" Alvano menarik lengan Rembulan, matanya menyipit menatap Alzero yang malah terkekeh santai lalu duduk di hadapan Alderion.

"Bulan belum ngantuk?" Alderion mengelus kepala Rembulan perlahan, membelainya dengan senyuman lembut terlihat, ia mendapat balasan berupa gelengan dari Rembulan. "Bentar ya, kita tunggu Varo dulu."

"Buat apa?" Alvano bertanya datar, sontak Alderion menatapnya penuh tanya.

"Kok nanya? Biar lengkaplah, namanya juga mau diskusi, harus leng—"

"Ck, gak usah bang. Buat apaan nungguin orang yang sama sekali gak peduli? Buang waktu aja."

"Vano—"

4 Brother'z | Open POTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang