🌙ㅣ7. Hanya Panggilan Saja

Mulai dari awal
                                    

"Mungkin Varo masih capek." Laila membuka suara, ia tersenyum pada Alvaro yang tetap fokus pada makanan. "Varo baru pulang dari luar negeri, masih butuh istirahat."

"Iya sih, Maaa." Alzero menyahut. "Tapi parah banget dia gak nyambut Mama sama sekali. Kurang sopan 'kan jadinya?"

"Zero." Alderion memperingati lewat suara. Jika Alzero terus berbicara, maka bisa saja piring yang ada di hadapan Alvaro melayang ke arahnya.

"Tapi Zero bener 'kan? Gak sopan."

Prang!!

Seketika suasana hening saat suara dentingan sendok ke piring terdengar memekakan telinga, Rembulan yang dari tadi menyimak pun terlonjak dan tangannya refleks mencengkram erat bajunya. Rembulan mendadak merasa ia sedang didatangi oleh Syaila, karena Syaila pasti akan menimbulkan suara keras jika mendatangi Rembulan.

Perhatian Rembulan teralih pada Alvaro yang kini menggeser kursinya mundur dan bangkit dari tempatnya. Raut wajahnya datar, tidak menampilkan ekspresi apapun, dan itu terlihat menyeramkan.

"Varo selesai," ujar Alvaro dengan suara beratnya, lalu ia pergi meninggalkan meja makan yang kini menjadi sunyi.

"Ro! Varo!" Alderion ikut berdiri, namun Anggara menahan tangannya.

"Dia capek, Rion. Biarin dia sendirian dulu."

"Tapi Pa—"

"Rion."

Alderion melihat Anggara menatapnya dengan tajam, terpaksa Alderion kembali duduk dan hanya mengembuskan napas pelan, ia menoleh pada Rembulan yang ada di sebelah kirinya, gadis itu tampak terkejut.

Alderion mendekat, mencium pelipis gadis itu dan tersenyum manis. Seolah-olah kejadian barusan hanyalah angin berembus. "Ayo makan," ucapnya membuat Rembulan mengerjap.

Rembulan tidak langsung menuruti perintah Alderion, ia melirik mamanya yang juga sedang menatapnya. Laila tersenyum dan mengangguk, menyuruh Rembulan untuk melanjutkan kegiatannya.

Rembulan pun akhirnya menurut, dengan perasaan yang campur aduk ia menyuapkan nasi pada mulutnya. Matanya pun sedikit melirik Alvano yang duduk di hadapannya, lelaki itu menjadi diam dan tidak mengoceh, apalagi Alzero yang bungkam, bahkan makananya pun tidak disentuh lagi.

Rembulan mendadak gemetar, sebenarnya ada apa? Apa kehadirannya membuat mereka seperti ini?

Jika iya, Rembulan takut.

- 4B -

Ditarik paksa oleh Alvano, akhirnya Rembulan mendudukkan dirinya di permadani tebal dan lembut di sebuah ruangan yang ada di lantai tiga. Kata Alderion ini ruangan tempat berkumpul mereka sekaligus tempat santai atau tempat bermain. Alvano juga di sana tampak asik dengan sebuah stik game di tangannya.

Rembulan hanya memeluk boneka beruang yang Alzero berikan padanya tadi, katanya sebagai hadiah selamat datang.

"KICK!! TENDANG DONG BANG TENDANG BUKAN SLEDING!!" teriak Alvano menggema.

"Ya sabar dong," sahut Alzero yang menjadi rekan tim dari Alvano. "Lagian sama aja kali. Gue nendang, gue lari, gue mukul, dianya bakalan kabur."

"AH TAU AH!! LO MAH JAWAB MULU!!"

"Lo juga teriak mulu, pusing gue!"

Rembulan menghampiri keduanya, lama-lama ia bosan jika harus duduk sendirian, apalagi tak jauh darinya ada Alvaro yang sedang fokus pada ponselnya. Rembulan agak sedikit takut dengan Alvaro.

4 Brother'z | Open POTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang