26

1.8K 212 28
                                    

Alvin menyenderkan tubuhnya di pintu mobil, kedua tangannya bersidekap dada. Ia menunggu bia muncul di parkiran sekolah. Setelah beberapa menit ia menunggu, Alvin akhirnya melihat gadis itu sedang berlari kecil menghampirinya. Ternyata Bia kalah cepat dari Alvin.

Alvin melihat jam di tangannya. "Telat tiga menit," ucapnya singkat.

Dengan napas terengah, bia menyempatkan untuk tersenyum menampilkan deretan giginya. "Masih nungguin temen ngasih catatan, maaf ya."

"Emang ada yang mau berteman sama lo?" balas Alvin sinis membuat bia mengangguk ragu.

"Mungkin ada,"  jawab bia ragu.

"Naik bi," pinta Alvin tak ingin berlama-lama. Bia pun menurut, ia masuk ke dalam mobil Alvin perlahan-lahan. Sedangkan Alvin masih belum masuk ke dalam mobilnya. Entah laki-laki itu sedang apa, bia hanya melihat Alvin diam di samping mobil dari balik kaca.

"Lo balik sama siapa vin? Gue lupa gak pesen taksi. Jadi gak ada yang jemput gue," ujar Alena menghampiri Alvin. Ia melihat dengan samar seseorang di dalam mobil Alvin. "Itu bia?" unjuknya.

Alvin mengangguk dengan ragu. Ia langsung ingin menghilang dari sini jika keadaannya seperti ini. Harusnya tadi ia tidak mengajak bia pulang bersama. Jika ia bisa memutar waktu, Alvin ingin menarik kembali pesannya tadi.

"I-itu... lo beneran gak ada yang jemput Al?" gugup Alvin bingung.

Alena menggeleng. "Gue beneran gak ada yang jemput. Ini aja gue bersyukur lo masih ada di parkiran. Tapi kayanya lo mau nganterin cewek lo ya?" ujar Alena memasang ekspresi kecewa.

"Kenapa Alvin? Alena nggak ada yang jemput ya?" sahut bia muncul dari di belakang Alena membuat keduanya menoleh pada bia.

Alena langsung menyilangkan tangannya depan dada. "Yaa. Gue lupa hubungin taksi," ujar Alena menatap bia.

"Kenapa nggak ngehubungin taksi dari sekarang?" tanya bia menyahuti lagi.

"Taksi datengnya lama!" jawab Alena terdengar ketus di telinga bia. "Tapi tenang aja, gue gak bakal ganggu kalian kok. Kalian kalo mau pulang bareng silahkan, gue bisa pulang sendiri," timpalnya lagi.

"Enggak! Lo pulang sama gue aja Al," cegah Alvin sembari melirik bia yang langsung menyorot dirinya dengan tatapan sendu.

Maaf bi, gue gak pengen tengkar lagi sama Alena.

"Bia lo-" baru saja Alvin akan berbicara kepada bia, tapi Alena memotong pembicaraannya.

"Lo bisa pulang sendiri kan bi? Tinggal telpon supir lo, lo kan orang kaya. Masa nggak punya supir?" sahut Alena menyindir bia dengan terang-terangan.

"Tapi Al, kayanya mau hujan deh. Pasti bentar lagi hujan, bia bisa aja kehujanan kan?" tanya Alvin menebak cuaca.

Bia sontak mendongakkan kepalanya melihat cuaca yang tiba-tiba berubah begitu saja, padahal tadi cuaca lagi panas terik. Seakan-akan langit paham akan perasaan bia sekarang.

"Mendung dikit doang Vin, lagian dia bisa hubungin supirnya dari sekarang kan? Suruh aja supir lo cepet kesini bi," ujar Alena mendengus kesal. Alvin seolah berpihak pada Bia, itu membuat dirinya sedikit cemburu.

DRABIA Where stories live. Discover now