O6

2.2K 442 1.4K
                                    

Malam akhirnya tiba, Alena melambaikan tangannya dari dalam pintu mobil yang langsung dibalas oleh Dion dan Firsa. Mereka baru saja mengantarkan mereka berdua di kediaman Firsa.

Alvin melajukan mobilnya menjauhi rumah Firsa lalu Alena menoleh pada Alvin dengan ekspresi bingung. "Kenapa Dion gak lo anter ke rumahnya?" tanya Alena penasaran.

"Dia emang lebih sering tidur di rumah Firsa," jawab Alvin berbohong. Temannya yang bernama Dion itu lagi menghindari orangtuanya yang selalu bertengkar, makanya dia lebih memilih menginap di rumah Firsa.

"Kenapa nggak diem di rumahnya aja?"

"Males katanya," jawab Alvin sambil menoleh ke arah Alena sebentar. Alena hanya mengangguk-anggukan kepalanya.

Lama mereka berdiam, akhirnya Alvin membuka suara. "Mau makan dulu sebelum pulang?" tanya nya.

Alena menolak. "Nggak nafsu."

"Terus mau apa, hm?"

"Langsung pulang aja, gue udah ngantuk," jawab Alena sambil terkekeh pelan. Alvin mengacak-acak rambut Alena gemas membuat sang empunya lagi-lagi tersipu malu.

"Jangan di acak-acak Alvin, nanti susah di sisir," ujar Alena mengerucutkan bibirnya membuat Alvin makin gemas.

Hanya butuh waktu 15 menit dari rumah Firsa, Alvin sudah tiba di depan rumah Alena. Tapi Alena hanya diam tidak bergeming.

"Al? Udah sampai," panggil Alvin sembari menyentuh tangan Alena.

Alena menoleh pada Alvin dengan tatapan sayu. "Lo sayang sama bia, vin?" tanya Alena. Dia tiba-tiba memikirkan hubungan bia dan Alvin. Juga memikirkan sikap Alvin akhir-akhir ini yang berbeda. Alena takut Alvin menjadi milik bia sepenuhnya.

Jika saja Alena tidak kalah cepat dari bia, mungkin saat ini Alena yang menjadi pacar Alvin.

"Gak sama sekali," jawab Alvin tanpa ragu. "Kenapa tiba-tiba lo nanya gitu?" Alvin balik bertanya.

Alena menggelengkan kepalanya. "Gue cuma-"

Alvin menarik Alena ke dalam dekapannya. Lalu mengusap pelan kepala Alena. "Gue nggak akan pernah sayang sama bia Al. Gue bisa pastiin itu," ujar Alvin membuat Alena sedikit tenang.

"Kenapa lo gak putusin bia, vin?"

Pertanyaan Alena membuat Alvin melepaskan pelukannya. "Gue nunggu bia nyerah."

***

Bia baru saja selesai mencuci mukanya. Dia berjalan menuju meja riasnya. Lalu melihat semua skincare nya yang tinggal sedikit.

"Besok aja beli, mumpung masih hari libur."

Karena hari kemarin bia sudah memakai retinol, hari ini bia berarti tidak akan memakainya. Bia mulai memakai toner, menuangkan di tangannya lalu meratakannya di wajah. Setelah itu, bia meneteskan serum di wajahnya dan memakai pelembab wajah. Selain pelembab wajah, bia juga memakai pelembab untuk bibirnya.

"Nah selesai," ucapnya sambil tersenyum di depan kaca. "Semoga cepet sembuh ya, bia males di sebut muka polkadot terus tau!" ujar bia lagi, seakan-akan berbicara dengan jerawat yang ada di wajahnya.

DRABIA Where stories live. Discover now