O5

2.3K 437 1.1K
                                    

Bia memeluk mbok Ijah dengan erat. Dia asisten rumah bia yang selama ini menemani bia dirumahnya. Wanita berumur setengah abad itu juga tidak kalah erat memeluk bia yang sudah ia anggap sebagai putrinya sendiri.

"Sarapan dulu Non bia, ini Mbok Ijah masakin kangkung kesukaan bia loh," ucap Mbok Ijah sambil tersenyum. Kemarin sejak ia datang ke rumah ini, bia selalu memeluknya. Mbok Ijah paham, bia takut dirinya ditinggal lagi oleh keluarganya.

Pagi ini bia mengawali harinya dengan tersenyum. Dia senang Mbok Ijah sudah pulang dari kampungnya. Secara, dia takut Mbok Ijah tidak akan kembali lagi.

Sekarang adalah hari sabtu, hari weekend nya anak SMA. Mungkin hari yang paling di nantikan setelah 5 hari full-day. Orang-orang pasti kebanyakan akan menggunakan hari liburnya pergi untuk berlibur, tapi berbeda dengan bia. Gadis itu jarang keluar dari rumahnya, dia lebih nyaman berdiam di rumah sambil berkutat dengan ponselnya.

Bia adalah kaum nolep.

"Kangen banget sama kangkung masakan Mbok Ijah." Bia mengambil piring, melihat semua masakan Mbok Ijah yang terbilang banyak. Dia antusias sekali melihat menu sarapan hari ini.

Bia mengambil ponsel, memotret menu sarapannya lalu mengirimkannya pada Alvin. Terlihat bia mengetik sesuatu di sana. Hal itu tidak luput dari pandangan Mbok Ijah, perlahan dia tersenyum.

"Ehemm, Non bia masih suka sama cowok itu ya?" tanya Mbok Ijah sambil terkekeh.

Bia mengangguk antusias. "Kemarin bia dianter sama Alvin ke sini, Mbok. Bia seneng banget, itu baru pertama kalinya dia anter bia pulang," ungkap bia sambil perlahan memasukkan nasi kedalam mulutnya.

"Berarti udah ada kemajuan ya," jawab Mbok Ijah. Dia tahu semua kejadian yang menimpa Bia. Termasuk siapa yang bia sukai, karena gadis itu selalu bercerita padanya. Tentang Bia yang selalu dibully disekolahnya, hal itu ingin sekali Mbok Ijah laporkan. Tapi bia selalu melarangnya dengan alasan tidak ingin mencari masalah.

Bia mengangguk dengan ragu, "Mungkin iya tapi bia masih belum yakin. Bisa aja Alvin anter karna kasihan kan Mbok."

***

Alvin menyingkirkan kaki yang berada di perutnya dengan kesal. Pantas saja semalaman dia merasa sesak saat tertidur. Alvin bangun perlahan-lahan, lalu berjalan membuka gorden kamarnya. Sinar matahari langsung masuk menyinari kamar Alvin hingga membuat dua orang yang masih terlelap itu menggeliat, merasa terganggu.

"Sinar surgaa," ucap Dion mengigau.

Alvin berjalan menuju nakas, mengambil ponsel. Dia melihat bia dan Alena yang mengirimi pesan di jam yang sama. Alvin membuka pesan Alena lebih dulu.

Alena

Ayo ke pantai

boleh, sekarang?

Alvin duduk di ranjang, sembari menunggu balasan Alena. Dia tersenyum tak kala melihat bahwa pesannya langsung dibaca oleh Alena. "Pengen banget kesana ya Al," gumamnya.

iya vin, lo siap-siap aja, gue mau izin dlu ke papa

Alvin langsung menutup ponsel tanpa berniat melihat pesan dari bia. Dia mengedarkan pandangannya, melihat dua temannya itu masih tertidur lelap. Ia langsung menghela napas panjang.

DRABIA Where stories live. Discover now