25

2.1K 218 54
                                    

Alvin duduk di samping Alena yang sedang serius membaca buku. Salah satu tangannya memegang cokelat yang ia sembunyikan di balik punggungnya. Setelah menemukan gadis ini dari kejauhan, Alvin sempat berbalik arah untuk membeli coklat. Dia tidak ingin menghampiri Alena dengan tangan kosong, apalagi sudah dipastikan jika gadis itu sedang marah padanya.

"Lagi apa lo? Gue ganggu nggak?" tanya Alvin basa-basi.

Alena menghiraukannya, dia tak berkutik sama sekali. 

Alvin mengangguk paham. "Jadi gue dikacangin nih?"

"Sori ya Al. Lo boleh marah sama gue, tapi jangan diemin gue kaya gini ya? Gue gak betah kalo lo diemin gue." Alvin memegang buku yang dibaca oleh Alena, lalu meletakkannya di sembarang arah. Kedua tangan Alvin menggenggam erat tangan gadis itu, membuat Alena mengalihkan tatapannya menyorot Alvin dengan tatapan tak dapat diartikan.

"Jangan marah sama gue Al. Gue nggak sengaja bentak lo, gue kelepasan. Maafin gue Alena, lo mau apa biar gue dimaafin sama lo, hm?" lirih Alvin memelas. Tapi Alena masih enggan membuka mulutnya, gadis itu hanya menatap Alvin.

"Lo semarah itu sama gue, sampe lo males ngomong sama gue Al? Gue bentak lo karna gue lagi emosi, gue juga udah nyuruh lo pergi karna gue gak mau nyakitin lo Al.. tapi lo tetep gak mau pergi, gue jadi kelepasan."

Alvin tetap berusaha membujuk Alena, dia tidak akan berhenti berbicara sampai gadis itu memaafkannya.

"Gue mau lo putus sama bia," ucap Alena dengan nada tegas, seolah tak ingin dibantah.

"Ha-hah?!" Alvin memasang wajah dongo, bingung.

"Lo tadi tanya ke gue... gue mau apa? Gue mau lo putus sama bia. Bisa?" jelas Alena membuat Alvin langsung terdiam lama.

"Lo keberatan?? Kenapa Vin? Lo udah mulai sayang sama dia ya? Cinta lo sama bia?" desis Alena mulai memanas, seolah tidak terima Alvin hanya diam menandakan bahwa laki-laki itu keberatan dengan  permintaannya.

Alvin menggeleng cepat. "Gak Al. Gue gak ada perasaan sama sekali sama bia. Tapi permintaan lo susah buat gue turutin, bia nggak pernah mau putus dari gue. Dia keras kepala banget, bahkan gue juga tadi emosi karna debat sama bia."

"Jadi lo gak bisa turutin kemauan gue?"

Alvin mengatupkan mulutnya.

"Sesusah apa sih vin? Bia itu sepele, kalo bia gak mau putus dari lo. Ya udah, gak usah lo pikirin. Lo bisa jalan sama siapa aja tanpa mikirin bia, kan yang gak mau putus si bia. Kalo bia sakit hati, biarin aja. Itu resiko bia sendiri, suruh siapa jadi orang keras kepala?" saran Alena dengan mudahnya.

"Gak semudah itu Al, gue udah coba ngelakuin segala hal yang bikin bia sakit hati. Tapi dia tetep aja nggak mau ngelepasin gue. Gue sekarang udah nggak ngerti harus gimana lagi selain pasrah," jawab Alvin menghela napas berat.

"Kalo lo pasrah berarti emang lo sendiri yang gak mau putus dari bia!" ketus Alena tajam.

"Udah Al gak usah bahas bia, gue nggak mau bikin lo marah lagi sama gue." Alvin berbalik badan, mengambil coklat batangan dengan bungkus berwarna coklat itu di belakang tubuhnya.

"Nih, coklat buat lo. Gue beli ini karna ini manis sama kaya lo," ujar Alvin sedikit tersenyum membuat Alena tertawa geli.

Ia menerima coklat pemberian Alvin. "Lo lagi ngerayu gue ya?" protes Alena terkekeh. Gadis itu sedang mencoba memperbaiki suasana hatinya yang memburuk dengan memaafkan Alvin.

Alvin ikut terkekeh, lalu mengangguk antusias. "Biar lo gak marah lagi sama gue," ujarnya sembari mengacak-acak rambut Alena dengan gemas. "Udah gak marah lagi sama gue kan?"

DRABIA Where stories live. Discover now