2O

1.8K 229 22
                                    


Bia mengangguk mantap. "Udah tau jawabannya. Tapi nggak bisa ngerangkai kalimatnya Leon. Bia nggak pinter ngerangkai kata," ujar Bia mengerucutkan bibirnya kesal.

"Serius ketemu jawabannya? Padahal pertanyaannya gak ada jawaban. Itu gue ngasih soal ngawur," ujar Leon langsung tertawa kecil.

Bia terbelalak. "Heh! Berarti ini jawaban bia dapet darimana?" tanya Bia polos. Untungnya bia belum menjawab.

Leon menghendikan bahunya. "Lo tanya gue bi? Gue sendiri gak tau," sahut Leon masih terkekeh. "Hebat bener lo bi, bisa nemuin jawaban yang pertanyaannya aja ngawur. Udah ngalahin profesor."

Bibir bia ikut naik ke atas, membentuk senyuman. "Kapan lagi coba, bisa ngeliat kamu ketawa kaya gini?" jawab Bia dengan polosnya.

Tawa Leon seketika sirna. Dia sontak membenarkan kerah seragam, kembali bersikap biasa.

Sedangkan bia sendiri terperanjat kaget melihat di sampingnya banyak sekali buku-buku. Alvin datang bersama dengan kedua temannya. Laki-laki itu sengaja meletakkan lima buku tebal itu dengan kasar di samping bia.

"Gue heran, kenapa lo bisa bareng terus sama dia bi," ujar Alvin bertanya pada bia, tapi tatapannya menyoroti Leon dengan tatapan sinis.

"Al-Alvin di sini ngapain?" gugup bia sontak berdiri dari duduknya, ia melihat di belakang Alvin ada dua temannya yang juga sedang menatapnya dengan pandangan bertanya.

"Maaf bi ganggu lo, kita di sini dihukum sama Pak Laksmono gara-gara kemarin bolos sekolah," ucap Firsa tersenyum kikuk.

Bia menggeleng-gelengkan kepalanya. "Nggak kok, kalian nggak ganggu sama sekali. Bia di sini lagi belajar, ayo sini kalo mau gabung,"

Alvin terkekeh. "Belajar tapi berduaan?"

"Gue cuma di suruh ngajarin bia di sini. Gak usah berisik, ini perpustakaan." Leon balas menatap Alvin dengan wajah datar.

"Lo diem, gak usah ikut campur."

"Alvin yang dibilang Leon bener, kalo diperpustakaan dilarang berisik. Mending belajar bareng aja di sini sama kita, gimana?" tanya Bia juga menatap Dion dan Bams bergantian.

Dion mengangguk ragu, "Boleh-boleh aja bi,"

Alvin berdecih. "Gak sudi gue belajar sama lo bi, apalagi sama temen cowok lo itu." Alvin mengambil kembali lima bukunya, lalu pergi meninggalkan mereka dalam keheningan.

"Eee bi, gue sama Dion pergi dulu ya. Gue mau ngerjain hukuman dari Pak Laksmono, sekali lagi maafin temen gue kalo ganggu kalian berdua." Firsa langsung menarik Dion pergi dari pandangan bia.

Firsa tidak berbohong. Mereka memang sedang dihukum oleh Pak Laksmono karna berani membolos sekolah kemarin. Guru itu menyuruh mereka pergi ke perpustakaan, merangkum minimal lima buku dengan judul yang berbeda maksimal dua halaman.

Itu membuat Dion dan Firsa langsung membatin Alvin kesal. Gara-gara Alvin mereka berdua jadi ikut terkena hukuman. Dion lebih memilih dihukum berdiri dibawah terik matahari ketimbang harus menulis sebanyak itu.

Bia melihat Leon dengan ragu. "Leon, kita lanjut besok lagi boleh? Aku mau pergi dulu," pinta bia membuat Leon dengan terpaksa menganggukkan kepala, seakan paham dengan situasi sekitarnya.

DRABIA Where stories live. Discover now