24

2K 227 30
                                    

"Hukum dia. Memang dia siapa sampai berani melukai cucu saya?"  Suara berat Widhi terdengar tegas di telinga Agra.

"Baik Pak. Tapi Leon dulu yang-"

"Saya tidak peduli, Agra. Saya mau anak itu dihukum!"

"Dia pasti kami hukum Pak Widhi. Jadi anda tidak perlu khawatir," balas Agra langsung mendengar telponnya dimatikan begitu saja. Dia menghembuskan napasnya sekejab, lalu jarinya bergulir menekan kontak seseorang. 

***

"Kok bisa-bisanya kamu nggak takut bikin ulah lagi Alvin? Memang hukuman yang bapak beri masih terlalu ringan?"

"Ringan pak."

Pak Laksmono melotot kaget mendengar jawaban spontan Alvin. "Kalo ringan kenapa gak dikerjain Alvin?!! Capek saya ngurusin kamu," gregetnya.

"Orang tua saya aja nggak ada capek-capeknya ngurusin saya pak, nah ini bapak. Cuma wali kelas bisa bilang capek, orang bapak aja gak ngasih saya makan."

"Kata siapa orang tua kamu gak capek?! Mama kamu lapor ke saya kalo udah capek ngadepin tingkah kamu tiap harinya. Nilai udah pas-pasan, disekolah bikin ulah. Gak pernah absen dari hukuman sampai guru-guru semua juga hafal sama tingkahmu. Saya jadi takut kamu gak lulus."

"Kalo gak lulus ya sekolah lagi Pak," balas Alvin enteng.

Pak Laksmono memijit kepalanya sendiri. Frustasi dengan murid satunya ini. "Saya sampe bingung harus ngomong apalagi," gumamnya sambil mengambil ponsel di atas meja.

Pak Agra kepsek : Hukum anak itu, jangan sampai hukumannya ringan

Pak Laksmono membaca ulang, memastikan lagi. Setelah memastikan bahwa Pak Agra ingin Alvin benar-benar dihukum, dia menghela napas berat sembari menatap Alvin iba.  Sedangkan laki-laki itu hanya duduk bersantai di depannya berlagak seperti tidak ada masalah apapun.

"Kamu tadi tengkar sama Leon kenapa? Coba ceritakan ke saya," ujar Pak Laksmono heran.

"Panjang ceritanya pak, males saya cerita. Saya cuma butuh UKS ini.. liat, bibir saya juga lebam." Laki-laki itu menunjukkan lukanya pada Pak Laksmono.

"Alah kecil itu. Kamu liat wajah Leon tadi? Lebih banyak lebamnya, saya sampe ikutan ngeri. Untungnya gak bikin gantengnya ilang kan?"

"DIHH!?? masih gantengan saya juga!" protes Alvin tak terima. Leon memang tampan, tapi lebih tampan dirinya menurut Alvin sendiri.

"Nilai sama orangnya sama-sama jelek! Kamu coba liat Leon, nilainya hampir semua sempurna dari dulu."

"Jangan banding-bandingin murid kaya gitu dong, Pak! Saya ini udah usaha sebisa mungkin loh?"

"Terus kalo udah usaha harusnya makin rajin sekolah, eh malah nyampe sini bikin ulah. Terus kemarin kenapa kamu bolos hah?" ketus Pak Laksmono kembali mengungkit.

"Nyamperin bia."

Pak Laksmono mengernyitkan dahinya. "Bia? Anak diem itu? Emang, siapanya kamu?" tanyanya lagi.

"Gak tau,"

Pak Laksmono menggebrak mejanya greget. "Gimana sih Alvin? Kamu bikin bingung saya, kemarin bolos dan sekarang bikin teman kamu terluka. Untungnya gak sampe kebablasan, kalo bablass saya juga yang kena dampaknya karna saya wali kelas kamu."

DRABIA Where stories live. Discover now