About Time

20 8 6
                                    

Abraham, Ambara dan wanita yang mengaku jika itu adalah Ibu Abraham kini sudah duduk di sebuah bangku di taman yang tidak jauh dari sana. Abraham menatap sayu wanita didepannya ini, Ambara yang tidak tahu apa-apa hanya diam saja, sejujurnya dia juga tidak mengenali siapa wanita ini.

"Apa yang membuat Abraham percaya dengan ucapan Bibi," ujar Abraham memecahkan keheningan diantara mereka.

"Bibi?" gumam Ambara yang heran dengan situasi ini.

Bibi, iya dia Rena asisten rumah tangga yang selama ini bekerja di rumah orang tua angkat Abraham.

Wanita yang dipanggil bibi itu mengeluarkan sebuah kalung dari saku bajunya, kemudian memberikannya kepada Abraham.

"Maafkan Bi..ah I-ibu," ujarnya dengan sangat gugup sambil memberikan kalung itu didepan Abraham.

Abraham mengambil kalung tersebut yang ternyata kalung itu adalah pasangan dari kalung yang di tinggalkan ibu kandungnya dulu. Sontak Abraham merasa jika ini sangat menyakitkan, selama ini Ibu kandung nya selalu bersamanya akan tetapi Ibu yang sering dia panggil Bibi itu tidak pernah memberi tahunya.

"Kenapa? Kenapa Bibi buang aku? Apa salah aku?" pertanyaan beruntun dari Abraham membuat wanita yang bernama Rena itu seketika menangis.

Ambara yang melihat itu mencoba menenangkan Rena yang semakin menangis.

"Jawab!" teriak Abraham begitu lantang karena emosinya sudah tidak terkendali lagi.

"Abraham," tegur Ambara ketika melihat raut wajah takut dari Rena.

Rena menguatkan dirinya untuk bercerita yang sebenarnya kepada Abraham, masa di mana dia melaluinya dengan banyak luka yang membekas di hatinya.

"Saat itu, Ibu sedang hamil 7 bulan, di mana itu akan mendekati kelahiran kamu. Tapi tiba-tiba Ibu mendapat kabar jika ayahmu meninggal dalam sebuah kecelakaan, Ibu saat itu sangat terpukul dengan kepergian ayah kamu, Ibu sangat frustasi Abraham," Rena terdiam sejenak sambil memukul keras dadanya yang terasa sesak saat ini.

Abraham diam dengan tampang datarnya, itu bukan alasan untuk membuang Abraham, kan? Ibunya hanya perlu kuat dan bertahan menerima keadaan ini, meski sulit tapi dia harus mempertahankan Abraham saat itu.

"Saat hari kematian ayahmu, rumah yang satu-satunya kita punya diambil oleh nenekmu, ibu terpaksa keluar dari rumah itu dan hari itu sangat menyakitkan bagi Ibu. Ibu harus berjuang sendirian dengan perut besar, Ibu tahu seharusnya tidak menelantarkan kamu, tapi kamu harus tahu satu hal, setelah Ibu menyimpan mu didepan bak sampah tidak lama Ibu pergi menghampiri kamu kembali, tapi Ibu terlambat, kamu sudah dibawa oleh Bu Beliam dan suaminya, maafkan Ibu nak," jelas Rena dengan air mata yang terus mengalir deras.

Abraham hanya diam saja mendengarkan perkataan Rena, dia tidak tahu harus beraksi seperti apa. Ambara yang melihat itu kemudian menggenggam tangan Abraham untuk sekedar menguatkannya.

"Tapi kenapa Ibu baru bilang sekarang?" tanya Abraham dengan intonasi yang rendah.

"Ibu tidak memiliki apapun untuk kamu, setidaknya Ibu harus memiliki rumah untuk membawamu kembali dan memberikan kehidupan yang layak untuk kamu, maafkan Ibu," Abraham memijat pelipisnya yang berdenyut nyeri, begitu banyak kejutan yang dia terima dalam kurun waktu yang sangat bertepatan.

"Abraham, apa kamu mau pulang bersama Ibu?" tanya Rena dengan binar mata yang berharap.

Abraham tidak menjawab, kemudian dia berdiri dan bersiap akan pergi, tapi hal itu ditahan oleh Ambara.

"Bukannya beliau yang lo cari? Kenapa setelah kalian bertemu sikap lo kayak gini," sinis Ambara dengan sikap labil Abraham.

"Lo nggak tahu perasaan gue Bar," ujar Abraham yang juga tidak kalah sinis.

About Time (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang