Barista ganteng

52 42 3
                                    

Seluruh murid SMA Bhineka berhamburan keluar kelas karena bel pulang sudah berbunyi, momen seperti inilah yang selalu ditunggu semua murid yang bersekolah.

Riyana memperhatikan Gatara yang sedari tadi hanya diam saja, dia tidak terbiasa dengan sikap dingin Gatara saat ini.

Ambara mencolek tangan Riyana dan mengisyaratkannya untuk berbicara dengan Gatara.

"Gata gu-"

"Lo pulang sama Nadine atau nggak Ambara, gue balik dulu," Riyana menatap punggung Gatara yang menjauh dari hadapannya.

"Seriusan itu Gatara?" tanya Nadine tidak percaya dengan sikap Gatara yang dingin.

"Apa gue keterlaluan ya?" Riyana sekarang menyesal seharusnya dia tidak membentak Gatara yang ingin sekedar membantunya.

"Udah tenang aja paling besok juga balik lagi," ujar Ambara sambil menepuk bahu Riyana beberapa kali.

"Ya udah balik sama gue aja kita kan searah," Riyana hanya mengangguk saja menanggapi ucapan Ambara barusan.

Gatara mengayuh pedal nya sedikit kencang karena dia harus segera sampai ditempat tujuan, di sana Gatara sudah melihat beberapa orang yang sudah ramai memenuhi tempat tujuannya.

"Ta sini woy!" ujar Canva ketika melihat keberadaan Gatara yang baru sampai, dan diangguki oleh Gatara.

"Buruan ganti baju terus lo layani mereka yang dari tadi nungguin kopi bikinan lo," Gatara mengangguk kemudian berlari ke ruang ganti.

"Sabar ya orang nya sudah datang," ujar Canva untuk menenangkan orang-orang yang sudah mengantri di sana.

Gatara bekerja di salah satu cafe yang tidak jauh dari sekolahnya, dia bekerja sebagai barista di sana dan kebetulan juga cafe itu milik kakaknya Ardi.

Gatara meluangkan waktunya untuk bekerja di sana setelah sepulang sekolah dan berakhir pukul dua belas malam nanti. Itu alasan mengapa Gatara tidak memakai uang pemberian Nugraha-Papahnya.

"Mas nya ganteng, kopi bikinan nya juga enak," puji salah satu pengunjung cafe di sana yang membuat Gatara terkekeh pelan.

"Terima kasih pujiannya, mau kopi apa?" tanya Gatara ramah dengan senyum khas nya yang membuat siapa saja menyukainya.

"Kopi latte," Gatara mengangguk kemudian menyiapkan pesanannya.

Canva si pemilik cafe melihat kegigihan Gatara dalam bekerja, Gatara sosok orang yang akan melakukan sesuatu dengan serius bukan main-main.

"Kopi bikinan lo emang the best Ta," puji Canva ketika Gatara sudah selesai melayani para pelanggan.

"Bisa aja lo bang, oh iya sorry hari ini gue telat," ujar Gatara sambil terus mempersiapkan beberapa racikan kopi di sana.

"Tenang kali kayak sama siapa aja lo," Canva menepuk bahu Gatara pelan yang membuat Gatara tersenyum.

"Halo bang Canva tersayang," Canva seketika bergidik ngeri mendengar suara Abraham yang baru saja datang dengan Ardi.

"Maaf gue nggak tertarik sama yang batangan," Gatara tertawa ketika mendengar perkataan Canva barusan.

"Nggak abangnya nggak adiknya, kalau ngomong emang suka asal jeplak aja," ujar Abraham sambil mendengus kesal.

"Dih maaf ya gue bukan abangnya dia," dengus Canva dan hal itu mendapat tatapan horor dari Ardi.

"Siapa juga yang mau jadi adik lo!" Canva tertohok dengan ucapan adik laknatnya ini, si mulut pedas siap beraksi.

About Time (End) Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin