Ibra Maella

38 33 3
                                    

Bima sudah ditempat tongkrongan biasa dia bermain, Bima menghisap rokok yang terselip dikedua jarinya. Pikirannya menerawang ke kejadian tempo hari, tentang pertemuannya dengan Tariana.

Untuk pertama kalinya Bima merasa iba terhadap kondisi orang lain, dan untuk pertama kalinya juga Bima harus bersikap peduli terhadap orang lain.

"Lo kemarin kemana aja?" tanya Malbi yang sudah duduk di samping Bima, pasalnya rencana mereka menghancurkan sparingan tidak jadi karena tiba-tiba saja Bima sulit dihubungi.

"Gue ada urusan," jawab Bima yang terus menghisap rokoknya yang sisa setengah lagi.

"Oh iya Bim, kemarin ada geng motor yang nyamperin basecamp kita dan mereka kayaknya nyariin lo," ujar Malbi ketika mengingat dimana ada segerombolan geng motor yang menghampiri basecamp nya.

"Siapa? Apa gue kenal sama mereka?" tanya Bima penasaran siapa geng motor yang mencari dirinya hingga sampai ke basecamp.

"Geng Ferrox, gue nggak kenal sama mereka tahu aja lo kenal dari namanya," jawab Malbi yang kini sudah meneguk minuman soda nya.

"Ferrox?" gumam Bima yang merasa asing dengan nama geng motor ini.

"Gue nggak tahu, lo coba sama yang lain cari tahu," Malbi mengangguk mantap ketika mendengar instruksi dari Bima.

"Gue cabut dulu ada urusan, lo handel anak-anak dulu Bi," Bima menepuk bahu Malbi beberapa kali yang kemudian melenggang pergi dengan menaiki motornya.

Bima melajukan motornya ke arah rumah yang baru saja dia beli untuk tempat tinggal Tariana, bisa diceramahi habis-habisan kalau ibunya tahu dia membawa seorang perempuan pulang.

Bima memarkirkan motornya didepan halaman rumah dan melenggang pergi masuk tanpa mengetuk pintu dulu.

"Kemana cewek itu," gumam Bima ketika tidak melihat sosok Tariana didalam rumah.

"Aduh," Bima mengedarkan pandangannya ketika mendengar suara ringisan, suara itu terdengar dengan beberapa barang yang jatuh.

Bima langsung bergegas menuju salah satu kamar yang ada di sana, Bima melihat Tariana yang sudah duduk dibawah.

"Lo nggak apa-apa?" tanya Bima sambil membantu Tariana untuk berdiri.

"Kaki gue sakit," ringis Tariana ketika kakinya keseleo.

"Sini lo duduk dulu, biar gue bantu kurangin sakitnya," Bima memposisikan dirinya didepan Tariana, dia memijat pelan kaki Tariana guna sedikit menghilangkan rasa sakit nya.

Tariana tertegun, baru kali ini ada seseorang yang begitu memperdulikan nya selain orang tuanya. Tapi Tariana menepis pikirannya itu, dia berpikir jika Bima sama saja seperti yang lainnya.

"Udah nggak sakit?" tanya Bima sambil menatap Tariana yang juga sedang menatapnya.

"Udah nggak, makasih Bim," ujar Tariana yang merasa kakinya sudah jauh lebih baik.

"Lo nggak sekolah?" tanya Tariana ketika melihat Bima yang sedang memakai seragam sekolah.

"Males gue," ujar Bima sambil merebahkan dirinya di kasur single size yang ada di ruangan tersebut.

"Pendidikan itu penting Bim," nasihat Tariana yang hanya dianggap angin lalu oleh Bima.

"Semalas apapun lo kalau menyangkut pendidikan lo harus bisa lawan rasa malas lo itu," ujar Tariana sambil membereskan barang-barang yang dia jatuhkan tadi.

"Bima," ujar Tariana yang tidak mendengar respon dari lawan bicara nya ini.

Tariana menghampiri Bima yang tidak merespon perkataannya, dia terpesona dengan raut wajah damai Bima yang sedang tertidur.

About Time (End) Where stories live. Discover now