Donor darah

18 9 2
                                    

Mata Riyana mengerjap secara perlahan untuk menetralisir cahaya yang masuk ke retina nya, Nadine yang memang sedang menjaga Riyana langsung menghampiri Riyana dan melihat kondisinya.

"Apa yang lo rasain sekarang?" tanya Nadine sambil meneliti seluruh tubuh Riyana.

Riyana memejamkan matanya sejenak untuk mengingat apa yang terjadi, saat ini otaknya masih loading karena nyawanya yang masih belum terkumpul.

"Gata, Ga-Gata gimana keadaannya tolong Nad bawa gue ke tempat Gata," Riyana langsung bangun dari tidurnya disaat dia sudah tahu betul apa yang terjadi.

"Lo tenang dulu, Ga..ta baik-baik aja kok," elak Nadine ketika melihat bagaimana Riyana begitu sangat khawatir dengan kondisi Gatara.

"Lo bohong Nadine! Kalau lo nggak mau anterin gue ke sana, oke gue bisa sendiri," setelah mengatakan itu Riyana memaksakan dirinya untuk berdiri, namun baru beberapa langkah tubuhnya sudah terhuyung.

"Keras kepala banget sih lo," desis Nadine yang membantu Riyana menopang tubuhnya.

Nadine langsung mengambil kursi roda yang ada disudut ruangan, dia tidak ingin Riyana pergi sendiri karena takut jika tiba-tiba saja tubuhnya ambruk di tengah jalan.

Nadine membantu Riyana untuk duduk di kursi roda dengan begitu dia langsung mendorong kursi roda itu menuju ruangan Gatara.

Nugraha yang memang sedang dilanda rasa khawatir dia terus saja berlari di lobby rumah sakit tanpa mengindahkan tatapan para pengunjung yang menatap nya marah.

Nugraha selama ini salah menilai Gatara, kenapa selalu saja penyesalan yang Nugraha terima, mengapa hal seperti ini selalu saja terulang dalam hidupnya.

Nugraha merasakan sesak di dadanya, dia gagal jadi papah yang baik untuk Gatara, dia gagal menjaga Gatara.

"Firman," ujar Nugraha dengan napas tersengal-sengal ketika melihat Firman dari kejauhan.

"Gimana keadaannya?" tanya Nugraha dengan raut wajah khawatir yang membuat Firman menghela napas panjang.

Firman mempersilahkan Nugraha untuk masuk keruangan dimana Gatara dirawat, Nugraha menatap Gatara yang terbaring lemah di brangkar rumah sakit, wajah Gatara penuh dengan lebam. Nugraha mengusap rambut Gatara pelan.

"Dia kritis dan butuh donor darah sekarang juga, tapi darah yang dimiliki Gatara sangat langka," jelas Firman yang membuat kaki Nugraha melemas mendengarnya.

"Bagaimana ini bisa terjadi?" tanya Nugraha dengan lirih sambil terus memperhatikan raut wajah Gatara yang pucat pasi.

Firman menceritakan semua kejadian yang terjadi pada Gatara, dimulai dari pencarian Riyana, dan tentu Firman juga menceritakan bagaimana insiden ini terjadi oleh segerombolan anak SMA yaitu geng Ferrox.

"Tolong jaga Gatara, saya akan mencari Sisil ibu Gatara, dia mewarisi darah itu dari ibunya," setelah mengatakan itu Nugraha langsung berlari lagi keluar rumah sakit untuk mencari keberadaan Sisil.

"Sisil angkat panggilan telepon saya," desis Nugraha yang terus mendial nomer Sisil yang terus tidak ada tanggapan.

"Bimo, ke rumah Sisil sekarang," titah Nugraha kepada Bimo yang mengambil alih kemudi.

Riyana telah sampai didepan ruangan Gatara, di sana juga masih setia teman-teman Gatara dan Riyana yang masih di rumah sakit.

"Yan kenapa lo kesini, lo harus istirahat," ujar Ambara ketika melihat kedatangan Riyana dan Nadine.

"Gue mau tahu kondisi Gata," ujar Riyana dengan wajah khawatir yang selalu tercetak jelas di sana.

"Tapi lo juga harus istirahat," ujar Barabas melihat kondisi Riyana yang masih pucat.

About Time (End) Where stories live. Discover now