Pelindung Riyana

63 46 11
                                    

Firman sedang menunggu kedatangan Nugraha disalah satu cafe terdekat di sana, Firman juga ingin memberi masukan bagaimana menjadi orang tua tunggal. Pada awalnya Firman sendiri tidak mampu menjadi orang tua tunggal bagi Riyana, tetapi seiring berjalannya waktu Firman bisa menjadi Ibu serta Ayah bagi Riyana.

Tidak lama datang seorang laki-laki yang ternyata Nugraha, Firman mempersilahkan Nugraha untuk duduk terlebih dulu sebelum dia menyampaikan maksud yang ingin disampaikan.

"Terima kasih," ujar Nugraha kepada waiters yang membawa pesanannya.

"Langsung ke intinya saja," ujar Nugraha cepat ketika Firman baru saja ingin membuka mulutnya.

"Pak Firman isi beberapa pertanyaan ini serta tanda tangan," Firman memberikan formulir pendaftaran itu kehadapan Nugraha.

"Pak apa boleh saya kasih saran?" ujar Firman ketika Nugraha sedang mengisi formulir.

"Silahkan,"

"Saya tahu gimana beratnya jadi orang tunggal karena saya sendiri merasakannya, tapi kekerasan bukan jalan terbaik untuk mendidik anak terutama anak yang usianya masih kecil," Firman menjeda ucapannya sedangkan Nugraha terdiam sejenak ketika mendengar perkataan dari Firman.

"Jadi, saya harap semarah apapun Bapak terhadap Gatara jangan sampai berakhir dengan memar di tubuh Gatara. Bukan Bapak saja yang mengalami dampak perpisahan ini tetapi lebih berat lagi bagi Gatara yang masih membutuhkan kalian sebagai orang tua. Saya harap Bapak mengerti maksud saya," lanjut Firman dan membuat Nugraha tertegun.

Nugraha menyadari kesalahannya sangat menyadarinya, sudah gagal kah dia menjadi orang tua bagi anaknya? Apa dia orang tua yang baik bagi anaknya? Pertanyaan itu seakan mengelilingi kepala Nugraha.

Firman melihat raut wajah bersalah Nugraha, Firman tahu bahwa Nugraha itu Ayah yang baik tapi hanya saja dia sedang berada di posisi belum menerima kenyataan yang ada.

"Berjalan ke depan lah, jangan berlarut dalam masalah yang menimpa saat ini. Kita tidak bisa mengulang sesuatu yang sudah berlalu tetapi kita bisa menjaga yang ada pada kita saat ini," Nugraha menatap Firman, benar ucapan Firman dia tidak harus berlarut dalam masalah seperti ini.

"Bapak benar, saya memang orang tua yang tidak bisa di andalkan. Bahkan tangan saya melukai orang yang paling berharga dalam hidup saya," Firman menepuk pundak Nugraha tiga kali.

"Belum ada kata terlambat untuk memperbaiki," namun bukan nya senang Nugraha nampak terlihat murung mendengar nasihat Firman.

"Kenapa waktunya tidak tepat, besok saya akan dinas keluar kota beberapa tahun ini. Bagaimana saya bisa memperbaikinya? Apa saya ajak Gatara ikut saja?" Nugraha nampak frustasi sekarang karena pilihan ini begitu sulit baginya.

Nugraha tidak bisa menolak kesempatan ini, karena ini bisa menjadi kesempatan dia untuk naik jabatan. Nugraha hanya ingin melakukan yang terbaik untuk keluarga nya saat ini, hanya itu saja. Apa salah?

"Lebih baik Bapak obrolkan langsung dengan Gatara, keputusan ada di tangan Gatara," Firman memberi sedikit saran untuk memecahkan masalah Nugraha saat ini.

"Kalau Gata ikut nanti di sana sama siapa? Sedangkan saya pasti bakal sibuk kerja," Nugraha menghela napas panjang memikirkan beberapa kemungkinan yang ada.

"Bagaimana kalau Gatara tinggal sama saya saja? Atau tidak saya menjadi wali Gatara disaat Bapak tidak ada?" Nugraha menatap mata Firman dalam, bisakah dia menyerahkan Gatara kepada orang lain?

"Bapak tidak perlu khawatir, Gatara akan baik-baik saja kok. Atau tidak Bapak sewa pembantu di rumah Bapak untuk mengurus kebutuhan Gatara, sedangkan biar saya yang pantau atau mewakilkan Bapak untuk Gatara. Lagian saya juga punya anak yang memang seusia Gatara, mungkin itu akan mempermudah saya dalam menjaga Gatara," Nugraha memejamkan matanya sejenak untuk memikirkan ide dari Firman.

About Time (End) Where stories live. Discover now