Abraham dan Ambara

18 9 2
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 12 malam tetapi mereka masih setia di tempatnya untuk menjaga Gatara, Firman mengusap kepala Riyana pelan yang kini sudah berada di pelukannya, Riyana tertidur karena lelah menangis.

Firman sudah mencoba mengembalikan Riyana keruang inapnya namun tetap saja dia tidak mau dan bersikukuh untuk menjaga Riyana. Untung saja kondisi Riyana sudah jauh lebih baik dari sebelumnya.

Firman menatap teman-teman anaknya ini yang masih setia di tempatnya, mereka semua sangat kelelahan, Firman menepuk bahu Ardi yang ada disebelah nya, Ardi yang mendapat tepukan itu langsung terbangun dari tidurnya, Ardi mengucek matanya dan menguap menahan kantuk.

"Kamu ajakin yang lain untuk pulang, biar om yang jaga disini," ujar Firman yang membuat Ardi langsung terduduk dengan hati-hati karena posisi awalnya dia bersandar ke kursi.

"Nggak om, kita jagain disini aja temenin om," tolak Ardi yang membuat Firman mengulas senyum.

"Kalian besok harus sekolah, om nggak mau kalian bolos sekolah, kamu ajakin mereka pulang ya, om nggak tega lihat kalian tidur nggak nyaman kayak gini," ujar Firman sambil melihat satu persatu teman anaknya ini yang tertidur tidak nyaman sama sekali. Apalagi Barabas yang sedari tadi bergerak tidak karuan.

Ardi mengangguk menyetujui apa yang diinginkan Firman, Ardi menepuk pipi Nadine yang masih tertidur di bahunya. Nadine mengerjapkan matanya untuk menetralisir cahaya yang masuk, karena peka kemudian Ardi langsung menghalau cahaya yang menyilaukan mata Nadine. Nadine tersenyum dengan perlakuan Ardi barusan.

"Bangunin Ambara, kita pulang karena besok sekolah," ujar Ardi sambil menyelipkan anak rambut kebelakang telinga Nadine.

Nadine mengangguk yang kemudian membangunkan Ambara yang berada di sampingnya, Nadine membangunkan Ambara pelan lain halnya yang dilakukan oleh Ardi.

"Bangun, bangun!" ujar Ardi sambil menepuk bahu Abraham dan Barabas begitu brutal.

"Gak santai lo Di!" sinis Abraham yang masih menampilkan wajah bantal khas bangun tidurnya.

"Om Firman nyuruh kita pulang karena besok sekolah," ujar Ardi sambil membangunkan Barabas yang masih enggan bangun.

Barabas menguap lebar sambil meregangkan otot-ototnya yang terasa sakit karena tidur tidak nyaman, kini Ardi dan temannya sudah sadar sepenuhnya, mereka beranjak dari rumah sakit setelah menyalami tangan Firman.

Ambara sedari tadi hanya diam saja ketika keluar rumah sakit, dia bingung harus pulang dengan siapa, Nadine sudah pasti dengan Ardi atau tidak Barabas, sedangkan dia? Ingin meminta tumpangan pada Abraham tapi dia urungkan saja, Abraham masih bersikap dingin kepadanya.

Setelah sampai parkiran rumah sakit Ambara langsung berjalan menuju jalan raya, dia akan pulang menaiki kendaraan umum saja.

Ardi yang melihat itu langsung menggeplak kepala Abraham yang hanya melihat saja tanpa bertindak sedikitpun, Abraham yang tiba-tiba saja mendapat geplakan menatap Ardi tajam.

"Anterin pulang bego, lo mau dia kenapa-napa dijalan?" tanya Ardi sambil menunjuk Ambara menggunakan dagunya.

Abraham menatap Ambara sekilas, rasa bersalah kini sudah memenuhi perasaan Abraham, apa dia keterlaluan karena mengabaikan Ambara begitu saja tanpa menjelaskan masalahnya? Kini pertanyaan itu muncul di kepala Abraham.

"Dia kenapa sih?" tanya Nadine penasaran dengan sikap Abraham yang berubah sangat total.

"Kepo!" ujar Ardi sambil menjawil hidung mancung Nadine.

"Balik ah jadi nyamuk gue," ujar Barabas sambil bergegas menuju motornya.

Abraham menaiki motornya yang kemudian menghentikannya di depan Ambara, Ambara yang melihat itu hanya melirik sekilas yang kemudian asik dengan ponselnya, dia ingin memesan GO-JEK.

About Time (End) Where stories live. Discover now