Sosok Gatara

64 47 7
                                    

Firman sedang membereskan berkas-berkas yang tertinggal di rumah dia teringat ketika sedang dalam perjalanan ke kantor, akhir-akhir ini Firman disibukkan dengan pekerjaannya yang begitu banyak, sungguh melelahkan.

Gatara berjalan memasuki komplek perumahan tempat keluarga Riyana tinggal, Gatara melihat mobil Firman terparkir di depan dan seketika senyum Gatara mengembang, Gatara kemudian mengamati kediaman Riyana dia melihat lebih jauh ke arah pintu rumahnya yang sedikit terbuka.

"Masuk apa jangan ya?" ujar Gatara menimang-nimang apa seharusnya dia masuk atau tidak.

"Tapi nanti ngerepotin om Firman lagi, yasudah nanti aja nunggu Papah nggak sibuk,"

"Gatara," ujar Firman ketika melihat Gatara yang bersiap akan pergi dari tempatnya.

"Eh om Firman, belum berangkat kerja om?" tanya Gatara basa basi dengan senyuman kikuk nya yang membuat Firman tersenyum kecil dibuatnya.

"Ini mau pergi, tadi ada berkas yang ketinggalan," jawab Firman yang membuat Gatara menganggukkan kepalanya.

"Kamu ada perlu apa ke rumah om?" tanya Firman dan membuat Gatara terdiam, dia bingung harus meminta tolong Firman atau tidak.

"Mm anu om itu," ujar Gatara yang kebingungan dengan apa yang harus dia katakan, sontak saja Firman mengusap bahu Gatara pelan.

"Bilang ada apa biar om bantu, oh iya kamu kemarin nggak apa-apa kan?" tanya Firman khawatir sambil meneliti tubuh kecil Gatara.

Ditubuh Gatara terdapat beberapa luka memar dan hal itu membuat Firman menatap kasihan Gatara, semarah apapun orang tua jangan sampai bermain tangan, karena anak-anak seusia Gatara mudah terguncang psikisnya.

"Gata nggak apa-apa kok om. Om Firman bisa bantu Gata buat daftar sekolah di sini nggak? Soalnya papah Gata sibuk kerja om," Firman menatap mata Gatara yang terlihat sayu, Firman memeluk tubuh kecil Gatara guna memberi kehangatan untuknya.

"Om bantuin kamu, tapi ada beberapa yang harus di tanganin sama papah kamu sendiri," Gatara melemaskan bahu nya seketika ketika mendengar itu.

"Papah Gatara sibuk kerja terus om, emang apa yang harus papah Gatara tanganin?" Gatara menundukkan kepalanya dalam ketika bertanya.

"Gata punya nomer ponsel nya papah?" tanya Firman yang dijawab anggukan oleh Gatara.

"Sini biar om bicara sama papah nya Gata," Gatara memberikan ponsel milik nya kepada Firman.

Firman mendial nomer Nugraha untuk meminta ijin perwakilan mendaftar sekolah Gatara.

"Oh halo, apa ini dengan wali nya Gatara," ucap Firman ketika mendengar jawaban dari sebrang sana.

"Iya kenapa emangnya? Anak saya bikin ulah? Sekarang dimana anak itu biar saya kasih pelajaran," jawab Nugraha ketika menerima panggilan karena Gatara.

"Begini pak nama saya Firman orang yang mengantar anak bapak kemarin, saya minta ijin untuk menjadi wali Gatara daftar sekolah dan bila bapak mengijinkan nanti kita bisa bertemu untuk bapak mengisi beberapa berkas, apa bapak bisa?" jelas Firman panjang lebar, sedangkan Gatara terus memperhatikan wajah Firman yang sedang serius.

"Silahkan pak lagian saya terlalu sibuk untuk mengurus anak itu, nanti kita bertemu untuk lebih lanjut, saya sibuk," seketika panggilan tertutup begitu saja, Firman sendiri tidak habis pikir dengan apa yang diucapkan Nugraha barusan. Adakah sosok orang tua seperti ini?

"Ayo kita beli seragam dulu," ajak Firman dan mendapat gelengan dari Gatara.

"Gata bawa kok Om, ini di tas ada seragam sama buku sekolahnya Gata," Firman tidak menyadari jika Gatara membawa ransel sekolah nya.

About Time (End) Where stories live. Discover now