Before I meet with Riyana

86 50 25
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, tapi Gatara masih terlelap dalam tidurnya, hari ini dia enggan sekali untuk bangun karena dia tidak ingin menghancurkan mimpi indahnya saat ini. Gatara berpikir mungkin mimpi ini akan datang sesekali jadi dia tidak mau melewatkan momen bahagia dalam mimpinya ini.


Brakkk!
Seketika Gatara langsung bangun dari tidurnya karena mendengar kegaduhan dari arah ruang tamu. Baru saja Gatara berharap bisa terus bermimpi indah tapi nyatanya dia salah.

Gatara dapat melihat Mamah dan Papah nya sedang bertengkar, Gatara benci momen ini, Gatara tidak mengharapkan hal seperti ini terjadi dalam keluarganya.

Sudah beberapa bulan ini orang tua Gatara selalu bertengkar, tidak ada yang mau mengalah diantara keduanya.

Gatara melihat Nugraha-papahnya yang mengepalkan tangannya kuat-kuat, semarah itukah Papahnya?

"Mamah anggap aku siapa sih? Sudah berbulan-bulan Mamah kayak gini, kalau aku punya salah bilang biar aku bisa perbaiki," Nugraha frustasi dengan perubahan sikap istrinya ini.

"Anggap suami," jawab enteng Sisil dan membuat Nugraha semakin naik pitam dibuatnya.

"Mah jangan kayak gini, kita bicara baik-baik kalau ada masalah," Nugraha bersikap setenang mungkin agar masalah ini tidak begitu lebih runyam.

Sisil tidak menjawab perkataan Nugraha dan dia malah asik dengan ponselnya.

"Capek aku hadapin kamu!" ucap Nugraha kemudian pergi begitu saja dengan amarah yang masih terpendam dalam dirinya.

Gatara menatap kepergian Nugraha yang begitu marah, Gatara kemudian menatap Sisil yang sepertinya tidak merasa bersalah atas kejadian ini.

Gatara mencoba mendekati Sisil yang sibuk dengan ponselnya, entah apa yang membuatnya asik sampai tidak mempedulikan kepergian Nugraha.

"Mah,"

"Mamah,"

"Mah,"

Panggilan dari Gatara dianggap angin lalu oleh Sisil, hal itu membuat Gatara menghembuskan nafas panjang.

"MAMAH!" teriak Gatara dan hal itu mampu membuat Sisil menghentikan kegiatannya dan kemudian menatap Gatara.

"Mamah nggak tuli ya Gata, nggak ada sopan santun nya jadi anak," Gatara memejamkan matanya ketika Sisil memarahinya.

"Mamah kenapa lagi sih? Mamah nggak capek ribut terus sama papah? Yang Gata perhatiin kayaknya Mamah yang nyari masalah," mendengar perkataan Gatara barusan membuat Sisil menggebrak meja cukup keras.

"Tahu apa kamu hah?! Anak sama Papah sama aja," setelah mengucapkan itu, Sisil pergi begitu saja tanpa menjelaskan apapun itu.

Gatara menatap punggung Sisil yang semakin jauh, dia tidak ingin keluarga nya seperti ini, dia ingin keluarganya seperti dulu lagi.

Gatara kemudian bergegas kembali ke kamarnya karena hari ini dia harus berangkat sekolah, setelah selesai berkemas Gatara sedikit berlari keluar tetapi langkahnya terhenti disaat matanya menatap meja makan.

Dulu meja makan itu terasa hangat baginya, tapi kini semuanya terasa begitu hampa.

Gatara pergi menaiki sepeda kecilnya, kaki-kakinya terus mengayuh pedal agar cepat sampai di sekolah. Setelah sampai gerbang sekolah dia melihat anak-anak yang seusianya diantar oleh orang tuanya, Gatara juga menginginkan nya.

About Time (End) Where stories live. Discover now