🌙ㅣ1. Lun adalah Panggilannya

Mulai dari awal
                                    

Brak!

Lima buku berserakan di hadapan Rembulan, kemudian dengan tidak santainya gadis yang berteriak tadi mencengkram erat dagu Rembulan membuatnya mendongak secara paksa.

"GUE BILANG JANGAN ADA YANG SALAH!" teriak gadis itu dengan tatapan tajam. "SEMUA TUGAS GUE ADA YANG SALAH! LO SENGAJA?!"

Kedua mata Rembulan berkaca-kaca, pipinya terasa panas karena cengkeraman yang ia dapatkan.

"M-maaf kak, B-bulan gak sengaja."

"GAK SENGAJA APA LO GAK TAU?! LO 'KAN BISA SEARCHING, TERUS SALIN, APA SUSAHNYA SIH?!"

Kenapa gak sendiri aja yang bikin?

Rembulan tidak mampu membalas, ia hanya berbicara dalam hati. Rembulan takut jika ia harus diseret paksa keluar kelas dan menerima perlakuan kasar.

"M-maaf kak. Nanti Bulan perbaiki lagi."

Kakak kelas Rembulan, dengan name tag Syaila itu mendengkus keras saat mendengar jawaban Rembulan. Ia mengempaskan wajah Rembulan dengan kasar, lalu melipat kedua tangannya di depan dada.

"Gak guna!! Pulang sekolah lo ikut gue!" ucapnya dengan keras, tatapan bengisnya tidak pernah absen melihat ke arah Rembulan.

Tidak ada jawaban, tidak ada yang bersuara lagi setelah keributan itu terjadi. Rembulan diam membiarkan teman-teman sekelasnya berbisik heboh mengenai kejadian barusan.

Rembulan menidurkan kepalanya di atas meja, air matanya mengalir pelan pada kayu yang sudah dicat dengan warna cokelat di bawah pipinya itu. Rembulan tidak tahu, apa salahnya jika ia tidak memiliki uang dan bukan anak dari orang kaya? Kenapa ia harus menerima perlakuan kasar seperti ini? Majikan pada hewan peliharaannya saja tidak separah itu. Apa Rembulan tidak pantas menerima kebaikan? Padahal Rembulan selalu berusaha berbuat baik untuk orang lain.

Hanya saja, di SMA Pelita ini, bukan Rembulan saja yang mendapat perlakuan kasar dari murid-murid yang memiliki status jauh diatasnya. Masih banyak lagi orang lain menderita seperti halnya Rembulan. Dan Rembulan tahu, kehidupan mereka itu seperti Rembulan. Tidak punya uang, bukan orang kaya, tidak mempunyai kekuasaan.

SMA Pelita yang digadang-gadangkan memiliki murid dengan attitude bagus ini ternyata tidaklah seperti anggapan orang luar. Andai saja Rembulan tahu sekolah elit di kota ini adalah sekolah yang paling tidak adil dalam memperlakukan murid-muridnya, pasti Rembulan tidak akan mati-matian belajar untuk masuk ke dalamnya.

- 4B -

"M-maaf kak!" Rembulan berseru kencang saat satu tangannya ditarik paksa oleh dua orang perempuan di hadapannya, ia berteriak meminta tolong, memohon ampun dan juga memaksa agar ia dilepaskan, tapi tidak ada yang mau mendengar. Orang-orang di sepanjang koridor pun seolah-olah tuli, seolah-olah buta, mereka tidak mau melihat dan mendengar Rembulan.

"Bulan j-janji gak akan salah lagi!!" Rembulan memundurkan tubuhnya, memberontak dan berusaha melepaskan tangannya dari cekalan keras yang diberikan teman dari Syaila.

"Bacot banget lo!" Theara membentak, ia menyumpal mulut Rembulan menggunakan kertas yang ia gulung-gulung membentuk sebuah bola, setelahnya terkekeh riang begitu melihat Rembulan bungkam dengan air matanya yang mengalir.

"Bawa aja ke gudang, kurung di sana." Syaila memerintah, gadis itu membiarkan dua temannya menyeret Rembulan untuk tetap melangkah sementara dirinya menunggu.

Kepala Rembulan menggeleng keras, selama ini ia belum pernah dikunci di gudang. Selama ia sekolah di sini, ia pun tidak berani masuk ke dalam tempat penuh debu yang dikenal angker itu. Rembulan menangis lagi, tidak bisa melawan adalah hal yang paling Rembulan takutkan dalam dirinya.

Ia tidak bisa berbuat apa-apa jika seseorang berbuat seenaknya padanya. Diri Rembulan seperti sudah diatur untuk tetap diam dan menurut walaupun ia merasakan sakit.

Theara melepaskan cengkramannya, ia menyuruh Ghea untuk menahan Rembulan terlebih dahulu sementara dirinya membuka kunci pintu gudang. Tentu saja ia punya, dengan kekuasaan yang dimiliki Syaila, apa yang tidak mungkin?

Setelah pintu gudang terbuka, dengan gerakan cepat Ghea mendorong punggung Rembulan hingga gadis itu tersungkur ke lantai. Mereka tertawa keras, sebelum akhirnya terhenti saat Syaila datang.

"Makanya, lo harus tahu kalau lo lagi berhadapan sama siapa." Syaila membungkuk, menyetarakan pandangannya dengan Rembulan namun dengan jarak yang cukup jauh. "Sekarang, lo tunggu di sini sampai satpam sekolah bisa nemuin lo. Gue mau cabut," ucapnya enteng.

Kedua temannya kembali terkekeh, mereka menutup kedua pintu gudang dan menguncinya kembali dari luar. Meninggalkan Rembulan yang kini berteriak meminta pertolongan dengan memukul-mukul pintu dari dalam.

"Kak, maaf!"

"Kakak!! Bulan minta maaf!!"

"Kak!!"

"Bukain pintunyaa!!"

Rembulan menangis kencang, ia sudah memukul-mukul pintu juga menendangnya, tapi percuma. Pintu tidak akan berbaik hati padanya, dengan membiarkan Rembulan keluar dari sana.

Rembulan menyerah, ia merosot ke lantai. Ia hanya bisa menangis sendirian dengan memeluk lututnya sendiri, sampai ada sesuatu yang menepuk pundaknya cukup keras.

Hai semuanya! Selamat sudah baca part pertama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai semuanya! Selamat sudah baca part pertama. Bertahan sampai tamat oke?!

Jangan lupa, follow akun instagram aku @ariraa_wp atau @zanava.fam untuk menghubungi aku atau ngobrol di sana💜

Tinggalkan jejak sebagai tanda kalian sudah berkunjung ya!!

4 Brother'z | Open POTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang