18

1.1K 101 24
                                    

maaf banget up nya kelamaann. aku kemaren-kemaren belum mood nulis soalnya. maaf yaa!

MAAF BRAY

.

Now Playing : keshi - like i need you

Happy Reading!

Happy Reading!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🌼

"Kak Dito edan!"

"Kak Dito kampret!"

"Kak Dito sialan!"

"Kak Dito brengsek!"

"Kak Dito setan!"

"Kak Dito goblookkk."

Tangisan kencangku menjadi akhir dari kata-kata makian untuk Kak Dito. Ucapannya seminggu tadi membuatku kepikiran sampai sekarang.

Rambut acak-acakan, kamar berantakan, dan wajah pucat. Penampilanku sekarang tak jauh beda dengan gembel. Ungkapan edan itu benar-benar mempengaruhi hidupku selama seminggu. Mama sangat syok sampai-sampai tidak tahu harus berkata apa lagi. Bang Arsen sudah pulang ke kostnya karena tidak kuat kalau harus menghadapi masalah selanjutnya.

"Rara, keluar dulu! Ayo makan."

Gedoran pintu kamar membuatku tersadar kalau dari pagi aku belum makan. Aku mengambil ikat rambut yang ada di atas nakas lantas mengenakannya.

Saat aku membuka pintu, Mama masih berdiri di depan kamarku seraya tersenyum lebar. Aku menatap penampilan Mama yang nampak rapi.

"Mama mau kemana?" tanya ku.

"Mama sama Papa mau ke rumah nenek kamu," jawab Mama.

Aku mengangguk pelan lalu berjalan ke meja makan. Aku sangat lapar.

Mama dan Papa melambai saat akan melewati daun pintu. Aku tersenyum tipis lalu mulai memakan makananku.

Baru satu suapan, tiba-tiba bel rumahku berbunyi. Aku berdecak lantas berjalan menuju pintu untuk membukakan pintu.

"Hai."

Aku melotot. Kak Dito datang dengan membawa rantang yang pasti isinya makanan. Aku meringis menahan malu karena penampilanku yang terlihat seperti gembel.

"Gue nggak disuruh masuk, nih?"

"Eh, silahkan masuk, Kak," ujarku pelan lalu menepi agar Kak Dito bisa masuk.

Pintu utama aku buka lebar-lebar. Lalu mengekori Kak Dito yang sudah berjalan di depanku. Dia berbalik sambil tersenyum.

"Lo dirumah sendiri?" Dia meletakkan rantangnya di meja.

Aku mengangguk. "Iya. Mama sama Papa barusan pergi."

Kak Dito mengangguk sekali kemudian duduk di sofa. Ia mengeluarkan ponsel dari saku celana dan menghubungi seseorang. Aku masih menatapnya sambil berdiri.

Love Zone [ON GOING]Where stories live. Discover now