Duda (1)

4.1K 435 26
                                    

"Bu guru, Trevor sama Aldric berantem"

Aku yang tadinya berfokus pada tugas milik anak-anak akhirnya menundukkan kepala; lebih tepatnya memusatkan atensi ku pada seorang anak gadis kecil yang tak lain adalah murid ku.

Nafasnya tersengal karena mungkin berlari menuju ruang guru.

Dan setelah mendengar itu raut wajahku berubah menjadi sedikit panik, pasalnya Trevor bukanlah tipe anak yang nakal atau sering membuat masalah, dia anak yang pendiam dan jarang bersosialisasi.

Itulah yang dikatakan oleh kak Wendy; seniorku, ya aku adalah guru TK baru disini. Aku menggantikan kak Wendy yang kebetulan sedang cuti karena sebentar lagi dia akan melahirkan.

"Dimana?" Tanya ku.

"Di kelas Bu, ayo cepet Bu"

Tanpa menunggu lama, aku langsung bergegas menuju ke ruang kelas yang dimaksud.

Dari luar kelas sudah banyak anak-anak yang menonton, aku semakin panik dan langsung masuk ke dalam kelas.

Disana ada Trevor yang tengah berdiri dengan wajah datar dan Aldric yang tengah menangis sambil terduduk di lantai.

Aku langsung membantu Aldric untuk berdiri tak lupa setelah itu menghubungi orangtuanya untuk datang ke sekolah.

Aldric sudah dibawa ke ruang konseling oleh rekanku dan di dalam kelas sekarang menyisakan aku dan Trevor.

Aku berjongkok; menyamakan tinggi ku dengan Trevor, anak itu terlihat gusar, bola matanya bergerak gelisah.

Melihat itu aku tersenyum; mencoba meyakinkan Trevor jika aku tidak akan memarahinya. Kemudian tanganku menyentuh bahu anak manis itu, mengusapnya pelan; memberi ketenangan.

"Sayang, cerita sama ibu. Kenapa Trevor sama Aldric bisa berantem?" Tanya ku lembut.

Wendy bilang Trevor memang susah didekati dan tidak mudah menerima orang baru disekitarnya, bahkan Wendy sendiri baru bisa berinteraksi dengan Trevor setelah tujuh bulan.

"Trevor? Ibu janji gak akan marahi kamu nak, sekarang jelasin sama—"

"Mommy!"

Alih-alih menjawab, anak itu malah menyebut mama nya, aku menoleh ke arah belakang, mungkin saja sang mama nya sudah datang, namun disana tidak ada siapa-siapa.

"Mommy? Dimana sayang?" Tanya ku.

Kali ini aku tersentak kaget saat Trevor secara tiba-tiba memeluk leherku dengan erat "Hiks mommy, Aldric bilang Evo gak punya mommy, Aldric bilang Evo gak bisa ngerasain kasih sayang dari mommy, Aldric bilang Evo gak akan punya mommy hiks A-aldric—"

"Udah sayang, ibu ngerti. Gapapa, Evo punya ibu"

Aku tidak tahan lagi mendengar itu, bahkan aku nyaris mengeluarkan air mata ku jika tak ingat setelah ini aku harus ke ruang konseling untuk menemui orangtua Aldric juga.

"Hiks mommy, jangan tinggalin Evo"

Pada akhirnya aku menggendong Evo dan masih mencoba untuk menenangkannya.

Setelah sampai di ruang konseling, bisa ku lihat tatapan dari orangtua Aldric nampak tak bersahabat. Namun aku masih berusaha tetap tenang.

Ada kepala sekolah juga disana, beserta dua orang guru konseling.

Aku duduk di salah satu sofa dengan Trevor yang berada di pangkuanku, anak itu menyembunyikan wajahnya dileher ku; merasa ketakutan.

"Oh jadi ini anak yang sudah melukai anak saya? Dasar gak punya etika, pantes aja sih orang gak punya ibu" celetuk ibu Aldric.

Mark Lee asWhere stories live. Discover now