Pilot (2)

3.7K 397 11
                                    

Aku sedang duduk di sofa ruang keluarga sambil berselonjoran, jangan lupakan sepiring buah semangka ada pangkuanku. Tadi pagi aku merengek ingin buah semangka, mungkin ini bawaan baby.

Sudah 8 bulan setelah kami -aku dan Mark- melangsungkan pernikahan, dan empat bulan yang lalu, aku dinyatakan positif hamil. Tentunya aku dan benar-benar bahagia.

Tapi ada satu hal yang cukup aku sesali sekarang, menjadi istri seorang pilot ternyata tidak seperti yang aku kira.

Jadwal Mark sangat padat akhir-akhir ini, tujuan penerbangannya juga ke negara-negara yang lumayan jauh.

Terkadang aku ingin menangis saja rasanya, saat mengandung seperti ini, aku lebih membutuhkan Mark untuk ada disisi ku.

"Kak?" Aku sedikit terlonjak ketika Jeno memanggilku.

Selama Mark bekerja, Mark selalu menyuruhku untuk tinggal di rumah orangtuanya atau orangtuaku, dia khawatir apalagi sekarang aku tengah mengandung buah cinta kami berdua.

"Iya Jen?"

Jeno duduk di sebelahku, kali ini aku berada di rumah orangtuaku karena orangtua Mark sedang berada diluar kota untuk mengurus sesuatu.

"Cieee bentar lagi suaminya pulang"

"Iya setelah itu ditinggal lagi" jawabku cemberut.

Jeno terkekeh "Ya kan itu emang resiko punya suami pilot, siapa yang pengen punya suami pilot dulu huh?"

Aku tidak membalas perkataan Jeno, memilih untuk menyantap buah semangka yang sempat dianggurkan.

"Mama kemana Jen?"

"Apa sayang?"

Tiba-tiba mama duduk di sebelahku sambil membawa sepiring potongan-potongan buah semangka.

"Nih tambah lagi"

Aku hanya tersenyum "Makasih ma"

Tak lama aku merasakan ponselku bergetar, aku meraih ponselku yang berada di dekat pahaku kemudian tersenyum lebar mengetahui siapa yang menelpon.

Tapi bukankah Mark sedang berada di dalam pesawat? Kenapa meneleponku, setahuku juga dia sudah berangkat satu jam yang lalu, ya karena sebelum lepas landas, Mark menghubungiku dulu.

"Halo-"

"S-sayang"

Terdengar suara gaduh di seberang sana, teriakan-teriakan orang juga menggema, aku mulai khawatir, raut wajahku berubah menjadi pucat pasi.

"M-mark ke-kenapa? Ada apa Mark? Kamu baik-baik aja kan? Mark?"

"Iya sayang, aku janji aku bakal kembali, aku janji aku bakal pulang. Aku janji, tolong tunggu aku, jaga kesehatan kamu"

Aku melihat raut wajah mama dan Jeno yang ikut berubah.

"Mark kamu kenapa? Ada apa ini? Mark kamu harus pulang, a-aku gak mau kehilangan kamu, kamu harus pulang!!!" Aku berteriak kencang disusul dengan lelehan liquid bening yang keluar dari pelupuk mataku.

"Iya aku janji aku bakal-"

Dug!

Pip pip!

"Mark! Mark!!!" Aku berteriak seperti orang gila.

Setelah suara benturan keras itu, sambungan kami terputus, tubuhku mendadak lemas.

"Kak" Jeno memegang tanganku sedangkan mama mengusap bahuku lembut.

Sepertinya mereka juga mengerti situasi.

Mark Lee asWhere stories live. Discover now