Dosen

4.7K 407 35
                                    

Aku menggerutu tidak jelas di sepanjang koridor kampus, bagaimana tidak? Karena ulah Haechan; sahabatku mengajakku begadang bermain game online jadi beginilah, aku kesiangan masuk kelas. Bukan bermain sih, lebih tepatnya Haechan yang mengajariku bermain game online dan aku hanya iseng saja. Tapi tetap saja Haechan salah, karena dia mengajariku di waktu yang kurang tepat.

Beberapa kali aku merapalkan doa, ya semoga saja dosen yang sangat aku benci itu belum masuk ke kelas meskipun itu adalah hal yang mustahil.

Mengambil nafas secara rakus, aku berdiri memandang pintu berwarna putih itu dengan tatapan gusar. Bahkan telapak tanganku berkeringat saking gugupnya.

Akhirnya aku memberanikan diri untuk mengetuk pintu, kemudian membuka pintu berwarna putih polos itu dengan hati-hati.

Sial, apa aku bilang. Mustahil jika si dosen killer itu belum masuk ke kelas.

Aku membungkukkan tubuhku, lalu tersenyum canggung sembari menggaruk pipiku yang sama sekali tak gatal.

Dosen itu menatapku dengan tatapan—errrgghh seperti ingin membunuhku saat itu juga.

"Pak, saya—"

"Kamu telat 6 menit 39 detik"

Aku meringis, mataku bergulir ke arah Somi; pacar dari Haechan yang tak lain juga masih sahabatku. Aku menatapnya seolah meminta pertolongan namun dia hanya mengacungkan jempol dan mengatakan kata semangat tanpa suara.

"Saya minta—"

"Keluar dari kelas saya dan mulai hari ini sampai minggu depan jangan pernah ikut kelas saya lagi" serunya dengan aura mendominasi.

"Gak bisa gitu dong Pak"

"Saya bilang keluar!"

Mengepalkan tangan dengan kuat, aku mengangkat kepalaku, menatap dosen dengan balutan kemeja hitam dan celana bahan itu dengan tatapan kesal.

"Dasar dosen rese!" Aku bersiap untuk memukul kepalanya dengan buku tebal yang ada di tanganku namun segera aku urungkan, bagaimanapun aku harus menghargai dia kan? Ah ini membuatku frustasi.

Segera aku keluar dari kelas ini, dan melangkahkan kakiku tanpa arah.

Pada akhirnya aku memilih untuk menunggu Somi di kantin, sudah dua jam setengah berlalu dan Somi belum juga kemari padahal aku sudah mengirimkannya pesan. Oh aku lupa, sepertinya si galak itu korupsi waktu.

Mengesalkan, tapi ada untungnya juga aku disuruh keluar dari kelas, mendengarnya mengoceh dalam bahasa Inggris membuat kepalaku pening.

"Woy!"

Aku terlonjak kaget ketika ada yang menepuk bahuku, namun tak lama aku menghela nafas lega karena itu Somi.

"Baru kelar?" Tanyaku sambil meminum ice lemon tea yang sempat aku pesan tadi.

"Iya anjir gila dua jam cuma ngomel masalah tugas"

Aku hanya terkekeh mendengar ocehan Somi. Ya sudah pasti, si Mark itu ingin semua muridnya mengumpulkan tugas on time, telat sepuluh detik saja tidak ada toleransi.

"Gak tau kenapa tuh dosen seneng banget korupsi waktu, gue nunggu lo disini ampir tiga jam anjir, bosen banget gue"

"Ya apalagi gue, lo ada untungnya keluar dari kelas masih bisa berlarian kesana kemari dan tertawa ya meskipun nanti ada konsekuensinya. Lah gue dikelas, kayak mayat idup anjirlah"

"Gila sih, gue bisa gila kalo gini terus" ujarku sambil menggeleng-gelengkan kepalaku.

BRAK!

Mark Lee asWhere stories live. Discover now