60

8.1K 991 33
                                    

_60_

"Bagaimana kalau hari ulang tahunmu, juga menjadi hari kematianmu?" satu ruang guru terdiam mendengar itu. Sehun hanya menahan tawanya melihat itu, tetapi sama sekali dia tidak ada niat untuk menghentikan anaknya.

"Oh ssaem, anda tidak akan menghentikannya?" tanya guru yang duduk di sebelah Sehun dengan berbisik.

"Nah, Anda sendiri kenapa tidak menghentikannya dan malah bertanya padaku?" tanya Sehun balik, guru itu hanya diam.

"K-Kau-! Berani kau berbicara seperti itu padaku! Aku gurumu! Dasar tidak sopan! Anak kriminal, pantas kelakuanmu tidak ada bedanya dengan orang tuamu yang ada di penjara." mendengar itu Sehun berdiri, Jaemin menatap tajam pada Go ssaem.

"Anda bilang apa baru saja, Go ssaem?" Go ssaem yang sudah merasa kesal sudah tidak memikirkan keselamatannya sendiri. Dia kesal karena direndahkan olehnya siswanya sendiri.

"Anak kriminal! Memang anak yang terlahir untuk menjadi krim-"

"Anak pelacur!" Jaemin menatap Go ssaem yang langsung menghentikkan perkataannya. Dia menatap tak percaya pada apa yang baru saja Jaemin ucapkan.

"Anda tidak ada bedanya dengan ibu Anda yang menjajakkan dirinya untuk memenuhi naf- PLAK!" Go ssaem menampar pipi Jaemin, membuat Sehun geram bukan main. Namun tangannya di tahan oleh Jaemin.

"Anda marah saat saya mengatakan Anda anak pelacur, benar?" Go ssaem menatap tajam Jaemin.

"Kau! Meski kau diangkat anak oleh Oh ssaem kau tetap saja anak dari kriminal yang ada di penjara saat ini." Jaemin menyeringai mendengar itu.

"Meski anda merubah nama anda, tetap saja tidak menutupi identitas asli anda yang seorang anak pelacur." balas Jaemin, Go ssaem terdiam, kata-katanya dibalikkan oleh Jaemin.

"Anda marah saat saya mengatakan Anda adalah anak pelacur, bahkan Anda menampar saya. Sedangkan saya sejak tadi menahan diri untuk tidak mencekik Anda karena sudah mengatakan saya anak kriminal. Saya menahan diri karena saya tahu Anda guru, dan Anda masih butuh uang untuk menghidupi diri Anda. Tapi sepertinya Anda baru saja membuat saya tersinggung." Jaemin berjalan langkah demi langkah mendekati Go ssaem yang justru berjalan mundur dengan tubuh yang bergetar takut.

"Jika Anda tidak ingin diinjak-injak oleh orang lain, seharusnya Anda menjaga ucapan dan sikap Anda. Oh ssaem sudah menikah, bahkan istrinya sekarang sedang mengandung, dan Anda datang padanya, berusaha menggodanya seperti pelacur yang haus belaian. Ah saya seorang pelajar tapi perkataan saya tidak terdidik sama sekali. Tapi tak apa, karena saya bicara pada orang yang juga tidak terdidik sama sekali." Jaemin tersenyum menatap Go ssaem.

"Sudah banyak yang mengingatkan Anda jika Oh ssaem sudah menikah dan meminta Anda untuk tidak mendekatinya, tapi apa yang Anda lakukan? Anda tutup telinga, memasang wajah tebal tidak tahu malu dan tetap mendekatinya." Go ssaem merasakan kakinya melemah dan jatuh terduduk, Jaemin berdiri menjulang di depannya.

"Benar, saya anak seorang kriminal, saya lahir dari seorang ibu yang saat ini mendekam di penjara, tapi saya tidak mempermasalahkan itu, saya menghargai ibu saya, beliau sudah susah payah melahirkan saya, saya  menghormatinya, menghargainya, meski saya sudah punya ibu baru, saya tidak akan pernah melupakan beliau, saya tetap merawatnya meski beliau ada di penjara." Jaemin menatap Go ssaem yang tidak mau menatap matanya.

"Ibu kandung saya mengotori tangannya dengan membunuh nenek saya karena sebuah alasan, saya mengenal ibu saya dengan baik, ibu saya bukan orang yang akan bertindak nekat jika bukan karena sebuah alasan, dan saya yakin mendiang nenek saya pasti mengatakan sesuatu yang membuat ibu saya terluka, mungkin sesuatu yang menyinggung Minhee? Yang saya tahu, ibu saya melakukan sesuatu untuk anaknya, menyingkirkan duri agar anaknya tidak terluka. Itulah ibu saya." Jaemin berjongkok dan jemarinya mengangkat dagu gurunya.

"Nah ssaem, apa Anda juga menghargai ibu Anda meski ibu Anda adalah kupu-kupu malam?" tanya Jaemin, Go ssaem tidak memberikan jawaban.

"Ssaem, untuk diingat saja ya, tolong lain kali jaga lisannya ya? Anda tidak ingin dipermalukan seperti ini lagi, kan? Jadi, mari saling menjaga lisan masing-masing. Anda menjaga lisan Anda, maka saya akan menjaga lisan saya. Jangan dikira orang yang dari dulu diam saja tidak bisa marah, saya bisa marah juga loh ssaem, jadi jangan menganggap orang lain remeh, ne?" Jaemin lalu berdiri dan kembali menatap Go ssaem sekali lagi dengan senyum, yang bagi semua guru di sana mengerikan.

"Go Inha ssaem, jika Anda masih punya harga diri dan punya malu, saya harap besok saya sudah tidak melihat Anda lagi di sini. Anda paham maksud saya kan? Dan saya harap Anda meminta maaf pada kedua orang tua asuh saya, dan juga kepada ibu saya yang saat ini ada di penjara karena menghina saya sama saja dengan menghina ibu saya. Saya harap Anda akan melakukan itu, setidaknya Anda masih punya hati." Jaemin lalu berbalik menatap daddynya yang hanya bisa menghela nafas.

"Pulang?" Jaemin mengangguk.

"Nana mau peluk mommy~" anak itu berubah manja pada sang daddy, Sehun terkekeh kecil.

"Berharap saja mommymu tidak jantungan mendengar tingkahmu hari ini." Jaemin tertawa kecil.

"Jangan ceritakan, kasihan mommy dan adik bayi nanti. Kajja pulang daddyy!" Sehun mengangguk, dia membereskan barangnya dan pergi lebih awal bersama putranya. Dia keluar ruang guru dan menatap kakaknya, Yoo Yongseok yang hanya bisa geleng kepala.

"Jaeminnie, daddy lihat semakin lama kau jadi semakin mirip Jaehyun, apa saja yang dia ajarkan padamu, huh?" Jaemin menatap daddynya dan menggeleng.

"Tidak ada, bisa dikatakan apa yang daddy lihat tadi adalah diri Nana yang sudah lelah dengan semuanya dan akhirnya meledak, ini tidak ada hubungannya dengan Jaehyun hyung sama sekali sebenarnya. Tapi kalau memang daddy dan lainnya menganggap begitu, tidak masalah. Tapi kesannya Jaehyun hyung jadi membawa pengaruh buruk, ah tidak masalah." Sehun geleng kepala sendiri dan merangkul anak manisnya.

"Nanti biar daddy patahkan tangan Jaehyun, karena sudah membuatmu jadi seperti ini." Jaemin tertawa.

"Selama tidak membunuhnya, Jaehyun hyung itu kesayangan Nana, nomor empat, yang pertama Yoona eomma, yang kedua mommy Jongin, ketiga adalah daddy Sehun, keempat Jaehyun hyung, kelima Jaena, keenam sahabat-sahabat Nana, ketujuh dan kedelapan adalah hyungdeul tampan dan cantik Nana, kesembilan adalah..." Sehun menatap anaknya yang tidak meneruskan ucapannya.

"Nugu?" tanya Sehun, Jaemin mendongak menatap daddynya dan sebuah senyum kecil terlukis, sebuah senyum kecil yang tulus.

"Siwon appa."

_60_

[2JAE/JAEJAE] ONLY YOUWhere stories live. Discover now