58

7.1K 913 37
                                    

_58_

Selepas minggu ujian yang mencekik, minggu baru datang, minggu dimana hasil dari ujian sebelumnya akan diumumkan, sekaligus akan diberitahukan peringkat dari tiap angkatan. Jika ada siswa yang nilainya di bawah rata-rata yang sudah ditentukan sekolah, mereka akan mendapatkan kelas tambahan saat liburan.

Senin ini semua siswa sudah cemas, mereka berdoa agar nilai mereka tidak ada yang turun. Mereka masuk ke dalam kelas dalam kekalutan. Tahun ini soal ujiannya lebih sulit daripada tahun lalu. Bahkan ada satu hingga dua soal yang tidak ada di buku dan mereka tidak merasa jika pernah diajari oleh guru mereka.

Di kelasnya Jaemin duduk dengan tenang di kursinya, dari semua sahabatnya, yang sekarang berwajah pucat karena cemas adalah Haechan, Han, dan Hyunjin. 

"Semoga nilaiku tidak turun lagi" doa Haechan yang diamini oleh Han dan Hyunjin.

"Hey, nilai kalian tidak akan turun, kalian belajar kan sebelum ujian?" Seungmin bertanya pada ketiganya.

"Belajar tentu saja, tapi ada beberapa yang tidak bisa kujawab dari hasil ujian kemarin." ujar Han.

"Ne, ada juga satu soal yang aku merasa tidak pernah sekalipun sonsaengnim mengajari kita." sambung Haechan.

"Di tempat les memang tidak diajarkan soal yang tidak diajarkan itu? Aku malah pernah melihat soal itu sebelumnya, tidak sama tapi polanya serupa." penuturan Jaemin tidak hanya membuat sahabatnya menoleh, tetapi juga teman sekelasnya.

"Kau bisa menjawab soal sulit yang tidak pernah diajarkan itu?" tanya Yeji.

"Ne, Jaena dan Eric sepupuku mengajariku soal itu, mereka selalu mengajariku dengan memberikan kepadaku soal acak, mereka yang mengajariku." jawab Jaemin, lalu menatap Jeno.

"Kau pastinya juga pernah minta tolong diajari Jaena kan?" Jeno mengangguk.

"Ne, aku juga pernah melihat soal itu, aku bertanya padanya darimana dia bisa mempelajari soal itu, dia mengatakan jika dia diajari oleh ibunya, kebetulan ibu Jaena adalah seorang dosen di bidang Matematika, dan beliau yang mengajarkan apa yang belum diajari oleh guru di sekolah kepada Jaena. Lalu kalau sepupumu Eric itu bagaimana bisa tahu soal semacam ini juga?" tanya Jeno.

"Dia belajar itu di sekolahnya, dia anak olimpiade jadi dia belajar pelajaran satu tingkat di atas teman seangkatannya, dan dari apa yang dia pelajari, dia selalu membagi ilmunya kepadaku." ujar Jaemin.

"Jadi kau tidak belajar dengan Oh Sehun ssaem?" tanya Lia, Jaemin menggeleng.

"Tidak, aku selalu belajar dengan Eric, entah lewat telepon atau bertemu secara langsung, dad- maksudku Oh ssaem hampir tidak pernah mengajariku di rumah, hanya sesekali. Terkadang Oh ssaem hanya menunjukkan rumusnya saja dan aku diminta mengerjakannya sendiri. Itu saja aku masih banyak yang salah. Jika masalah tugas Oh ssaem memang akan membantuku, tapi hanya sebatas itu, selebihnya aku akan mengerjakannya sendiri, dan jika sudah baru aku menelepon sepupuku untuk mengeceknya, dia yang akan membenarkannya, mengajariku bagaimana caranya." jelas Jaemin.

"Jadi tugasmu selalu mendapat bagus bukan karena Oh ssaem?" tanya salah seorang siswa, Jaemin menatapnya tajam.

"Kau pikir selama ini aku manusia jenis apa, hah? Manusia sepertimu yang memanfaatkan koneksi orang tuamu dengan menyogok guru agar memberikan nilai bagus, huh?" siswa itu langsung terdiam.

"Oh ssaem juga bukan orang licik seperti itu, tolong berpikirlah dulu sebelum bicara, agar perkataanmu tidak menjadi bumerang untuk dirimu sendiri." Jaemin mendengus sebelum dia kembali fokus ke luar jendela. Menyesal dia menimpali perkataan sahabatnya tadi mengenai soal yang katanya belum diajarkan tapi dia sudah melihat soal itu sebelumnya.

[2JAE/JAEJAE] ONLY YOUWhere stories live. Discover now