𝑳𝒆𝒃𝒊𝒉 𝑩𝒂𝒊𝒌 𝑴𝒖𝒏𝒅𝒖𝒓!

190 28 36
                                    

Playlist || Last Child: Bernapas Tanpamu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Playlist || Last Child: Bernapas Tanpamu.


          Jika memiliki cintamu adalah anugerah terindah yang terjadi di dalam hidupku, maka, aku ingin semua itu terjadi secara lama. Bukan, cuma hanya sekedar angin lalu, sesaat.

Tapi, perasaan yang belum pernah aku rasakan dengan siapapun, terasa jelas setelah bersamamu, setelah kita berdua di pantai Jakarta sore itu.

Samboja mengantar aku sampai depan pintu rumah, motor yang ia kendarai ia titipkan di mini market depan.

Malam hari di dekat rumahku, sangat ramai oleh anak-anak sebaya padaku, ibu-ibu yang duduk bergerumbul, melihat ke arah rumahku, memang, di depan rumahku ini ada sebuah pohon mangga besar yang di bawahnya ada tempat untuk duduk. Di dekat pohon mangga itu juga lapangan bulu tangkis untuk main anak-anak sekitar, atau, untuk dijadikan pertandingan antar RT.

Seperti ibu-ibu rumpi pada umumnya, ibu-ibu dekat rumahku pun senang sekali mencari objek pembicaraan untuk bahan ghibah. Seperti sekarang, saat aku membuka pintu gerbang dan Samboja ada di sampingku, aku mendengar bisik-bisik mereka, dan mereka juga melihat ke arahku; biasalah ibu-ibu.

"Di sini, emang konsep ibu-ibunya kaya gitu, ya?". Tanya Samboja, aku sudah masuk ke dalam halaman rumahku, dan Samboja, ada di luar saat ini.

'Hus'. Aku memberikan Samboja isyarat untuk diam, karena ibu-ibu itu masih saja menatapku sambil mulutnya berkomat kamit.

"Sudah ah, lebih baik kamu pulang, sudah mau masuk isya juga". Pintaku, Samboja mengangguk pelan, dan setelahnya dia pamit padamu.

"Terima kasih, untuk hari ini". Anggukkan pelan dari aku, membuat Samboja tersenyum manis, dan berpamitan untuk yang kedua kali.

Dia menjauh dari rumahku, berjalan pergi untuk pulang. Sempat ditanya oleh salah satu ibu-ibu itu, tapi Samboja hanya menjawab 'antar Sora pulang, Bu. Tadi ada kelas tambahan, jadi baru sampai jam segini'

Aku lihat punggung Samboja sampai hilang di persimpangan jalan, setelah memastikan Samboja sudah tidak terlihat lagi, aku melontarkan senyum kepada ibu-ibu itu, karena mereka terus menatapku meminta penjelasan. Tapi setelah senyum, aku masuk ke dalam, lalu membersihkan tubuhku yang sudah lengket karena keringat.

Masuk ke dalam, setelah itu mengunci pintu rumah. Bebersih lalu masuk ke dalam kamar, mengulang lagi tentang hari ini. Bersama dia.

Sejujurnya, aku masih merasa penasaraan dengan ucapan Samboja tadi sore itu. Dia menggantung pertanyaanku, dia justru mengalihkannya, dan meminta aku untuk memotretnya, yang saat ini foto dirinya ada di ponselku.
'Suatu hari nanti, lo bakal lihat foto ini berkali-kali'

SAMBOJA [Lengkap]Where stories live. Discover now