𝑯𝒖𝒋𝒂𝒏 𝒑𝒆𝒓𝒕𝒂𝒎𝒂 𝒅𝒊 𝑱𝒂𝒌𝒂𝒓𝒕𝒂🌧️

321 48 11
                                    

Playlist || Jaz: Berdua Bersama

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Playlist || Jaz: Berdua Bersama

            Setelah menunaikan ibadah solat zuhur, aku langsung bergegas keluar dari mushola sekolah yang kebetulan ada di lingkungan depan.

Mental aku sudah jauh lebih baik sekarang, selepas kejadian di kantin tadi. Setelah dari perpustakaan Samboja menawarkanku ke UKS tapi aku bilang tidak perlu cukup antar aku saja ke kelas. Di kelaslah Hafifah ceritakan bagaimana Samboja memaki Caca dan gengnya bahkan Samboja pun mengancam ke mereka kalau sampai ganggu aku lagi mereka akan dilaporkan ke kepala sekolah.

Ada alasan apa Samboja membelaku sebegitunya?

Aku langkahkan kakiku untuk menuju pintu keluar sambil memasuki alat solatku ke dalam tas, tanpa melihat ke arah depan lagi dan lagi aku bertabrakan dengan seseorang.

Aku melihat siapa yang aku tabrak, mata aku menangkap sosok Samboja yang mau keluar dari mushola juga.

"Maaf, ya. Tadi aku nggak lihat," ucapku, sedangkan angin semilir menyapu wajahku. Aku merasakan angin siang ini begitu dingin dan setelah aku melihat langit, awan hitam muncul. Sepertinya akan turun hujan.

"Gapapa, Ra. Lo mau pulang?" tanya Samboja yang aku tanggapi anggukan pelan.

"Ya udah, bareng saja sama gue. Yuk!" imbuh Samboja yang langsung mengajakku untuk pulang bersamanya.

Aku berpikir sejenak, karena jelas aku tidak mau mudah percaya sama orang yang baru satu hari aku kenal.

"Gimana, ya?" aku jadi bingung seketika mau kasih jawaban apa.

"Gapapa kok, Ra. Lagi pula sudah mau hujan. Lo nggak dijemput siapa-siapa 'kan?" Samboja bertanya seperti itu, sepertinya ia mewanti-wanti kalau aku akan ada yang menjemput terlihat dari ekspresi wajahnya.

Aku menggelengkan kepala. "Nggak ada, aku naik angkutan kota," jawabku. Aku lihat wajahnya kembali berbinar.

"Ya sudah, bareng saja. Dari pada keburu turun hujannya. Yuk!" ajaknya lagi.

Akhirnya aku menerima ajakan Samboja dan ia terlihat bahagia saat tawarannya aku terima. Kami akhirnya berjalan bersama untuk sampai ke depan, tempat kami meletakkan sepatu. Lalu kami memakai sepatu bersampingan.

"Kamu habis zuhur juga?" tanyaku sambil mengikat tali sepatu sebelah kiri.

Samboja hanya mengangguk sambil mengikat tali sepatunya juga, aku cukup terkejut melihat anggukan Samboja. Langsung terlintas di kepalaku sebuah pertanyaan dan juga perkataan Hafifah soal Samboja tadi pagi.

SAMBOJA [Lengkap]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora