- end -

1.8K 132 33
                                    

Soohan masih memerhatikan Jin yang sejak tadi hanya tertidur, sesekali ia bangun untuk meminta minum ataupun di elus kepalanya karena pusing.

Sungguh menyakitkan melihat Jin yang menahan sakitnya karena tidak ingin Soohan bersedih. Sebisa mungkin ia pun tidak menunjukkan raut sedihnya.

Ia menggenggam tangan Jin yang dingin dan lemah. Sedangkan tangan satunya ia letakkan dipucuk kepala sibungsu.

"Adek.."

Dengan lembut ia memanggil Jin. Mata itu terbuka pelan, nafasnya masih cepat dan sesak.

"Ma... dingin."

Jin menggigil. Soohan langsung mendekap tubuh itu dan menyalurkan kehangatan dari tubuhnya.

"Ini udah mama peluk biar ga dingin lagi."

Jin tidak membalas pelukannya. Tangannya mati rasa, tidak bisa bergerak. Hanya kepala dan dadanya saja yang masih berfungsi, itupun harus dengan rasa sakit membelenggunya.

"P-papa," ucap Jin pelan sambil menatap kearah jendela luar.

Wajah bercahaya itu tersenyum padanya dan merentangkan kedua tangan hangat.

"Ma.. mama mau titip pesan buat papa?."

Deg

Seketika jantungnya berdegup kencang. Ia melepas pelukannya dan menangkap wajah Jin, bibir itu sudah membiru.

"Adek bicara apa nak? Jangan seperti itu. Mama gak suka."

Jin malah teesenyum, matanya terlihat berbinar walau sayu.

"Mama bilang udah ikhlas kalo Jin nyerah."

Moment saat Jin koma melintas dikepalanya. Ia mengatakan kalimat itu tanpa memikirkan bahwa hal itu bisa saja terjadi.

Air matanya mulai menetes. Ia memeluk sang anak erat.

"P-papa tunggu sebentar."

Pelukannya semakin erat. Ia tidak ingin siapapun membawa pergi Jin.

Dengan senyuman ia membisikkan sesuatu pada telinga sang ibu.

"Papa bilang Mama jangan nangis. Nanti Papa sama Adek tunggu Kakak, Mama nyusul, tapi sekarang mau jemput adek dulu."

Tangan bergetarnya kini melepas pelukan Jin. Menidurkannya di atas kasur.

Ia tidak mengalihkan sedikit pun pandangannya dari Jin.

"B-bilangin Pa-papa.. Mama t-terimakasih karena buat a-adek ada disini."

Jin tersenyum. Tangannya yang mati rasa kini bisa ia gerakan. Terangkat untuk meraih kalung yang ia beri untuk Soohan.

"Makasih kembali Mama.."

Suaranya begitu lantun dan lembut. Tidak seperti kesakitan ataupun tersiksa.

Tangan Jin yang menggantung pada kalungnya melemas. Mata itu tertutup perlahan. Diiringi hembusan nafas yang panjang untuk terakhir kalinya.

"Adek pamit."









...







Setelah mendapat telfon dari Soohan ia sampai dirumah dengan waktu yang singkat.

Ia keluar dari mobil sambil berlari membawa kantung berisi sup jagung. Ia menaiki tangga dengan terburu-buru. Sesampainya disana sudah ada Soohan yang berdiri tegak.

"Adek mana Ma!?."

Ia bisa melihat wajah Soohan yang sendu dengan air mata menetes dikedua pelupuk matanya.

"MAMA ADEK MANA!?."

Soohan tidak menjawab. Ia menunduk. Membuat Yoongi geram dan menyingkirkan tubuh Soohan.

Pintu itu ia buka kasar. Langlah cepatnya mendekat kearah ranjang yang kini terdapat Jin berbaring dengan mata tertutup.

Kakinya melambat saat ia sadari dada sang adik tidak naik turun sejak ia tiba disana.

"Dek! Adek!!! Ini Kakak bawain sup pesenan Adek tadi. Ayo makan sama-sama."

Yoongi mengguncangkan tubuh Jin pelan.

"Jadi karena ini? Karena ini kamu bilanh surug Kakak habiskan semua!?."

Suara putus asa itu menggema dikamar Jin.

Ia menjatuhkan kantung itu. Lalu terduduk dilantai. Matanya tidak bisa menahan lagi. Ia menangis. Menutup matanya dan berteriak kepada langit.

"Tuhan kumohon... kuserahkan dia kembali padamu. A-aku ikhlas."




Diluar sana terdapat Soohan dan ketiga teman Jin.

Taehyung menenangkan Soohan sedangkan Namjoon hanya menatap miris keadaan Yoongi.

Sementara Taeyong. Ia berbalik. Memunggungi semua orang disana. Ia tidak sanggup melihat kematian dari seseorang yang berarti baginya.

Sampai dimana sesuatu menyentuh bahunya lembut.

Kupu-kupu entah darimana datangnya hinggap dibahu kanan. Ia berdiri disana beberapa saat. Mata mereka saling pandang.

Kupu-kupu putih tanpa corak itu terbang didepan wajahnya, indah.

Seketika matanya berhenti menangis.

"Maaf untuk waktu singkat ini."

Taeyong melihat kupu-kupu itu terbang menjauh dan menghilang.

























- THE END -













hari raya idul adha ini mengajarkan kita bahwa harus menyerahkan harta kita untuk diberikan kepada tuhan.

Seperti kisah ibrohim yang merelakan ismail untuk disembelih.

Ismail adalah harta berharga baginya. Ia ikhlas memberikan ismail pada Allah karena bentuk ketaattannya.

Ismail yang seorang nabi, ia ikhlas. Ia sudi dan rela jika harus disembelih.

Sementara Ibrohim penuh dengan kebimbangan karena anak yang ia rawat dan ia sayangi harus berjumpa dengan Allah.

Maka dari itu Allah mengganti ismail dengan hewan Qurban sebagai hadiah untuk ketaattannya pada Allah.

Berserah dirilah kepada Nya. Maka engkau akan diberikan yang lebih baik.










Terimakasih temen-temen yang udah stay di book ini.

Mohon maaf karena banyak kekurangan dan kesalahan. Karena yang kita tahu manusia tidak luput dari itu semua.

Kak kontraknya abis ya?
-jin

Ngapain si ganggu aja. Iya udah abis!! Sana pulang.

Kak author belon transfer. Jangan lupa bonusnya!!
-jin

Iya bawel.

Okay temen2 terimakasih atas partisipasinya mohon maaf sekali lagi karena ending yang mungkin kurang dari harapan teman teman semua

Sampai ketemu lagiiii!!

Can U See Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang