tiluopat

967 121 6
                                    

Seokjin yang baru genap satu minghu dirawat kini keadaannya membaik. Ia bahkan sudah bisa kembali membaca buku yang ia minta pada Yoongi, buku lama sewaktu ia masih murid kelas 10.

Sebentar lagi Jin akan memasuki masa remaja waktu SMA nya. Walau banyak yang mengatakan bahwa masa remaja harus dinikmatibdan diberi bumbu manis cinta monyet, Seokjin ingin memberi prestasi yang bagus disana.

Sejujurnya ia bosan. Ia ingin pulang dan menikmati waktu liburan yang tinggal setengah lagi. Namun ia tidak yakin Dokyeom akan mengijinkannya.

Hanya ada Soohan disini. Ia membantu Jin makan dan juga pergi kekamar mandi. Efek kemo kemarin membuat badannya lemas. Untung rambut Jin masih utuh sekarang. Semoga saja tidak ada efek mengerikan.

Yoongi barusan pulang karena ia masih harus berbincang dengan sekertaris sang Papa. Mengenai perusahaannya yang kemungkinan besar akan diurus oleh Yoongi. Meskipun masih sekolah tapi karena keadaannya mendesak, terpaksa Yoongi harus bisa diandalkan.

"Jin mau buah?."

Ia mendongak melihat Mamanya yang sudah memotong buah Arumanis diatas piring. Jin mengangguk.

"Makasih Ma."

Semakin hari hubungan mereka membaik. Soohan selalu memberi perhatian dan semua perkataannya terdengar lembut. Berbeda dengan dulu.

"Jin boleh tanya?."

Soohan menoleh lalu mengangguk.

"Emm.. Mama makin sayang sama Jin. Jin suka. Tapi apa karena Mama kasian sama Jin yang sakit-sakitan ini?."

Memang hal itu menjadi momok di pikirannya beberapa waktu ini. Entah mengapa hal sepele seperti ini membuatnya overthinking tidak jelas.

"Jin gak suka dikasihani," lanjut Jin sambil menundukkan kepalanya. Ia tidak berani memandang wajah Soohan. Bisa-bisa ia akan menangis.

Ranjang pesakitan Jin bergerak. Seseorang duduk disana. Tangan Jin yang terbebas infus ditarik pelan oleh Soohan. Mengelusnya penuh kasih sayang.

"Kalau Mama cuma kasihan, apa pantas Mama merasa senang waktu merawat kamu?."

Tangan Soohan masih mengelus punggung tangan Jin yang nampak tulang itu.

"Kalo gitu sekarang Mama tanya yaa.. apa Adek ga suka Mama seperti ini?."

Jin menggeleng cepat "Enggak Ma! Adek suka. Suka sekali apalagi Mama selalu perhatian sama Adek. Dari dulu Adek selalu pengen diperlakuin gini sama Mama."

Tangan Soohan terulur mengusap air mata yang mengalir dipipi Jin.

"Kamu sayang sama Mama?."

Jin mengangguk.

"Karena Adek sayang sama Mama. Makannya Mama seperti ini. Semua yang Mama lakuin juga bentuk sayang buat kamu. Seperti yang selalu Adek lakuin ke Mama."

Jin paham. Ia menatap Soohan yang masih tersenyum padanya.

"Maafin Mama yang terlalu jahat. Sampai-sampai kamu ga percaya kalau Mama tulus sayang sama Adek. Bukan karena kasihan."

"Mama gak jahat!! Mama baik. Selalu minta Jin buat jadi anak yang hebat. Tanpa Mama, Jin ga akan ada disini."

Anak yang hebat? Padahal ia selalu menuntut Jin melakukan hal yang ia inginkan. Memintanya untuk berlaku dewasa padahal ia masih butuh kasih sayang yang sedari dulu selalud diabaikan.

"Waktu kamu kecil Mama ga pernah bisa kasih kamu cinta kaya ibu lainnya. Mungkin kalau Adek liat pasti sekarang adek benci sama Mama."

Soohan juga menangis saat ini. Terbayang olehnya kala itu. Dimana seharusnya seorang balita mendapat perhatian penuh dari ibunya. Bukan dari asisten rumah tangga maupun perawat bayi.

Sementara Jin tidak menyukai ini. Ia tidak mengingatnya karena ia tau pasti sang Mama punya alasan, ia juga berharap dan selalu berdoa. Kali ini doanya terkabul namun melihat sang Mama menangis membuatnya ikut terluka.

"Mama jangan nangis. Maafin adek yang ngira Mama cuma kasihan. Adek sayang sama Mama."

Jin langsung memeluk Soohan dan dibalas dengan belaian hangat dikepala dan juga kecupan-kecupan untuk jin.

"Enggak sayang. Gakpapa yang penting anak Mama sehat."

Jin hanya mengangguk walau sesungguhnya ia sama sekali tidak merasa demikan.












...











"Kenapa obatnya sebanyak ini Dok?."

Kini Seokjin sedang berada dikamar rawatnya. Ia sudah berpakaian rumah dan melepas infus yang hampir 10 hari menancap dilengannya.

Dokyeom masih memeriksa dengan stetoskop pada dada anak berusia 15 tahun ini.

"Hukuman buat kamu. Karena kemarin tidak disiplin sampai collapse dan membuat semuanya panik," ucap Dokyeom sambil melepas stetoskop ditelinganya.

Tangannya terulur memegang kening Jin. Hangat.

"Nyonya.. mungkin Jin akan sering demam. Berikan obat ini jika suhu tubuhnya tinggi."

Soohan mengangguk. Ia menatap Jin yang malah tersenyum padanya. Seperti anak tidak berdosa padahal sudah beberapa kali membuat Yoongi takut setengah mati.

"Apa senyum-senyum?," tanya Yoongi.

"Hehe... senang bisa pulang. Sebentar lagi kan Jin mau masuk SMA bareng Kakak."

Yoongi mendekat dan menyentil pelan dahi sang adik. Jin hanya mengaduh pelan padahal tidak sakit sama sekali.

"Pikirin dulu kesehatan. Sekolah mah gampang yang penting lo sehat dulu."

Jin mengangguk. Lalu tangannya menghormat kepada Yoongi.

Dokyeom merasa suasana disinu begitu hangat. Walau ada sosok yang hilang tapi mereka sejauh ini bisa menghadapinya dengan baik.

"Tetap diingat jangan kelelahan. Makan dengan baik walau sedikit-sedikit. Ya sudah saya permisi ya?."

Dokyeom menunduk lalu pergi meninggalkan ruangan Jin.

"Ayo Kak pulang."

"Bentar gua ambilin kursi roda dulu."

"Eh gausa kak. Kan udah ga lemes lagi," pinta Jin.

Lalu oa bangkit dan mencoba turun namus sayang kakinya terserimpet sedikit. Hampir saja ia jatuh jika tidak ditahan oleh Yoongi.

"Batu sih lo!!."

Lagi. Jin hanya tersenyum.

Tiba-tiba Yoongi langsung menggendong Jin dipunggungnya. Jin terkejut tapi ia menikmati.

Begitu pula Yoongi. Perasaannya tidak begitu senang karena berat Jin yang semakin menyusut sejak terakhir ia bawa ke rumah sakit.

Mereka bertiga keluar. Soohan yang membawa tas berisi pakaian dan obat-obatan Jin. Tangannya satunya berada dipunggung anak bungsunya. Jaga-jaga takut nanti terjatuh atau yang lain.

Jin menikmati gendongan sang Kakak. Ia mencium aroma Yoongi yang khas. Membuatnya merasa nyaman dan ingin terus berada disini.

Jin tau betul bahwa mungkin waktunya tidak akan lama. Maka dari itu ia akan menikmati setiap detik yang tuhan berikan. Saat semuanya berharap panjang umur, Jin tidak akan meminta kepada tuhan untuk itu. Ia cukup bersyukur atas semuanya, yang ia ingin hanya menikmati sisa waktu yang singkat ini bersama mereka yang Jin kasihi.























TBC




untuk temen-temen kuu yang budiman aku udah up book baru yang kemarin banyak votenya.

Check juseyoo~

Can U See Me?حيث تعيش القصص. اكتشف الآن