malas (15)

1.3K 154 18
                                    

Di sebuah ruangan yang dihuni oleh anak muda berusia 15 tahun yang tertidur lelap akibat meminum obat setelah makan, terdapat seseorang lain yang memerhatikan setiap tarikan napas itu.

Hembusannya terdengar halus dan tenang, tidak berat ataupun cepat seperti beberapa hari lalu.

Hampir satu jam ia berada disini dan hanya duduk termenung, tanpa berniat untuk membangunkannya. Ini sudah menjelang siang, ia tau tidak lama lagi pasti yang ditunggu akan segera bangun.

Benar saja. Mata itu terbuka perlahan, menyesuaikan pupil matanya pada cahaya yang ada disana. Beberapa kali mengerjap pelan. Ia pun tersadar bahwa sedang diperhatikan oleh seseorang, ia menoleh dengan ekspresi yang terkejut.

Sementara orang yang ditatapnya

"Apa!?."

Hanya memberikan pertanyaan dengan nada ketus.

Jin segera mendudukkan dirinya. Ia memandang Yoongi dari atas kebawah. Kakaknya yang kini berada dihadapannya berpakaian sama dengan Jin, memakai baju rumah sakit dengan dahi yang terbalut perban dipelipis kanannya, juga tangan kanan yang menggunakan penyangga karena patah.

"Maaf kak gara-gara Jin kaka jadi--"

"Apa? Minta maaf terus mau sampe kapan!?."

Jin menunduk. Ternyata ia seharusnya tidak minta maaf, tapi bagaimanapun juga ia merasa bersalah karena menjadi penyebab Yoongi celaka dan terluka.

"Sampe Jin ga buat Kakak susah lagi."

Yoongi mendengar itu langsung mengusap wajahnya kasar dengan tangan kanannya.

"Lo tuh bocah! Udah pasti nyusahin orang dewasa. Lupain semua yang gue bilang ke lo. Nyatanya dulu gue juga lebih nakal. Bukannya lo tau itu?."

Ya Jin tau, ia paham waktu Kakaknya berusia sama dengan Jin. Yoongi hampir dikeluarkan dari sekolah kalau tidak mendapat hak peto karena ia berprestasi dalam olahraga. Hal itu karena ia tertangkap basah sedang merokok dibelakang sekolah karena hari itu pulang lebih awal.

Bahkan ia di skors, dan di kurung dirumah selama 1 bulan. Dengan diantar jemput supaya tidak ada membolos lagi. Bahkan Papanya waktu itu hampir memukuli Yoongi kalau tidak dicegah oleh sang Mama.

"Tapi kakak nakalnya ga celakain orang lain."

"Jin, Stop salahin diri lo sendiri! Lo bahkan sakit-sakitan gini karena gue ga becus jagain lo."

Mendengar itu Jin langsung mendekat, memegang kedua bahu sang Kakak yang tengah menunduk.

"Kak! Adek gapapa, ini hukuman karena adek belum cukup baik. Kakak jangan kaya gitu, Adek ikhlas kok adek juga yakin kalo bisa sembuh."

Bukannya berhenti menangis, Yoongi malah memeluk erat sang adik. Niatnya supaya ia tidak terlihat sembab karena air matanya tidak berhenti mengalir.

Baru kali ini Jin melihat kakaknya hancur, apalagi karena dirinya. Bukan hanya Yoongi, tapi Papanya juga. Ia merasa menjadi anak yang buruk. Tidak memberi kebahagiaan bagi keluarga, justru malah membuat mereka sedih.

"Lo harus sembuh pokoknya!."

Jin mengangguk dalam pelukan Yoongi, ia melepas pelukannya pelan dan menatap dalam mata kecil sang Kakak.

"Kakak balik ke kamar ya?."

Entah ada apa dengannya. Jin merasa jika kakaknya disini hanya akan membuatnya menangis. Lebih baik ia tidak berada didekatnya agar sang kakak bisa lebih baik.

"Gue baru ketemu dan bisa ngobrol sama lo. Jangan seenaknya nyuruh pergi gitu aja, Dek," ucap Yoongi lembut.

Ia berusaha sehalus mungkin menghadapi sifat naif sang adik. Karena sudah cukup ia begitu kerasa terhadap dirinya.

Can U See Me?Where stories live. Discover now