Hanya tersisa tiga, damn.

Walaupun kehilangan mata kanan dan dua jari, Levi bisa dibilang beruntung bisa selamat dari ledakan tombak petir sedekat itu. Andaikata saat itu Levi tidak segera menarik [Name] dan melindungi diri menggunakan pedang, mungkin sekarang dia suda wasalam.

Oh, benar juga, dimana gadis serampangan itu?

"Si bocah itu dimana?"

"Maksudmu [Name]?"

Levi terdiam, yang merupakan pertanda bahwa itu merupakan jawaban 'iya'. Hange terdiam sesaat, menunduk menatap rerumputan yang ia pijak.

"[Name] pergi bersama Zeke menuju Shiganshina."

Kembali ke waktu sekarang, dimana Levi dan Hange bertemu dengan Jendral Magath dan Pieck.

"Tujuanku adalah membunuh Zeke."

"Tujuan kami sama dengan kalian, Tuan Magath dan Pieck Finger."

Jendral Magath menarik pistol, mengacam akan menembak Levi. Walaupun pria itu memiliki kekuatan setara dengan sembilan titan, apakah dia masih bisa menghindari peluru dengan mudah di kondisi seperti itu.

Bung, kalau [Name] ada disana, dia pasti akan memakimu sembari berkata, Bagaimana jika aku menembakmu saat kondisi bugar seperti itu? Apakah kau bisa menghindarinya dengan baik, Tuan Magath?

Saya yakin tokoh utama kita yang serampangan itu akan berkata demikian.

"Kau bilang kau akan membunuh Zeke, tapi dimana dia sekarang?"

"Dia mungkin sedang sibuk dengan Eren supaya bisa menggunakan darah bangsawannya. Tidak, lebih tepatnya dengan founding titan."

Sebenarnya sudah, tapi gagal seperti yang [Name] katakan. Rumbling ini membuktikan bahwa pada pertaruhan kali ini Eren Yeagerlah yang menang, bukankah begitu?

"Sepertinya kau tau semuanya, Profesor titan Hange, bahkan lebih dari kami para Marleyan. Apa kau pernah melihat founding titan?"

Hange membuka mulut, melontarkan sebaris kalimat pada mereka. Sebuah upaya terakhir untuk keselamatan dirinya sendiri dan sang rekan.

"Itu besar sekali dan aku tau sepertinya tidak ada yang bisa kita lakukan padanya. Jadi, kita tidak punya pilihan selain harus melakukannya."

Tangan Hange mengepal didepan dada, pertanda bahwa dirinya sungguh serius dan tidak akan menghinati Pieck serta Jendral Magath.

"Ayo gabungkan kekuatan kita."

Sementara itu disisi lain, kelompok [Name] tengah mengisi perut di—Oh, [Name] kurang mengetahui distrik apa ini sebab dirinya tidak terlalu hafal tempat ini. Walaupun [Name] sempat membaca manga, rasanya daerah disini cukup berbeda.

Mana [Name] hanya hafal bagian wilayah sesuai dindingnya saja. Sisanya ya tidak tahu.

Maklum, [Name] memang tidak bakat menghafal kecuali jika itu nama dan wajah orang tampan.

"Aku hampir gila, sial."

Kendati hampir gila, [Name] agak merasa bersyukur semuanya berjalan seperti yang ada di manga.

Walaupun alur pengumpanan Falco pada Ibu Connie tidak berlangsung, semuanya masih berjalan seperti dijalan seharusnya. Connie sudah memutuskan untuk tidak menuruti ego dan membantu orang yang kesulitan.

Memang pada awalnya Connie sempat ragu dengan perkataan [Name]. Tapi jika bocah serampangan yang kurang adab itu sampai menjamin kembali Ibu Connie ke dalam bentuk manusia, itu artinya [Name] tengah serius.

Seperti seorang peramal, semua perkataan gadis itu akan menjadi kenyataan.

Dimulai dari perpecahan militer di paradise hingga rumbling, semuanya terjadi sesuai perkataan [Name].

Ga tau aja kau Connie kalau [Name] sudah dapat spoiler.

Ngomong-ngomong, Armin dan Annie juga sudah bertemu. Annie yang terbebas dari kristalnya itu pergi menuju tempat perayaan rumbling bersama Hitch. Dan akhirnya mereka pun bertemu, sesuai dengan perkiraan [Name].

Tentu saja dengan kondisi dimana Annie tengah memakan satu pie utuh setelah empat tahun berlalu. Yang mana langsung ditertawai dan diejek oleh Connie.

Colt sendiri juga bersama [Name]. Ia yang semulanya berada di tempat Keluarga Blous memutuskan untuk mengikuti [Name].

Seperti itik, sungguh.

Awalnya Colt tidak menyangka bahwa Falco akan benar-benar menjadi manusia kembali—lebih tepatnya menjadi salah satu pengguna titan shifter.

"Apa kau sengaja melakukan ini? Mencegah aku untuk melemparkan Falco ke mulut titan ibuku?"

Iris mata Connie dan [Name] bersirobok. Colt yang tengah memakan pie langsung berhenti, ia pun menatap [Name] lekat. Terdiam sesaat, [Name] kemudian mengulas tawa pelan.

"Tidak, semuanya memang akan berjalan seperti ini, aku hanya membelokannya sedikit."

Lagi-lagi perasaan ini datang. Perasaan aneh tiap kali menatap sang pelintas dimensi didepan sana. Bukan jatuh cinta, bukan pula waspada.

"Kenapa?"

Tapi lebih ke perasaan asing kendati sudah lama berjuang bersama.






































Tapi lebih ke perasaan asing kendati sudah lama berjuang bersama

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Aku hanya tidak ingin ikut campur terlalu jauh."


ISEKAI | AOT X ReadersWhere stories live. Discover now