E p i l o g

31K 1.1K 28
                                    

Jangan lupa tap ☆ nya ya...

Selamat membaca 🤗

Elina melepaskan stetoskop yang bertengger dilehernya, ia menghela nafas sembari mendudukan dirinya yang amat terasa penat.

Sungguh, pasien dari waktu ke waktu kian bertambah saja, belum lagi ia harus memeriksa para pasien rawat inap. Lelah sekali rasanya.

Ia meraih segelas air yang berada dimejanya kemudian meneguknya hingga tandas, sesekali memijat keningnya guna meredakan rasa pusing yang menderanya.

Tok tok tok

Pintu ruangan Elina diketuk dari luar yang membuatnya menghela nafas. Bukankah ini waktunya untuk ia beristirahat? Mengapa masih ada saja orang yang mengganggunya?

"Masuk" balas Elina masih dalam posisinya.

"Maaf menganggu waktunya bu dokter, saya akan keluar membeli makan. Apa ibu berniat menitip sesuatu?" Tanya Fera dengan menundukkan pandangannya seolah merasa bersalah karena telah menganggu Elina yang ia yakini tengah kelelahan terbukti dengan gurat wajahnya yang lesu.

"Saya tidak menginginkan apa-apa Fera, terimakasih atas tawarannya" balas Elina sembari tersenyum meyakinkan.

"Baiklah, kalau begitu saya permisi bu dokter. Mari" pamit Fera yang langsung melenggang pergi.

Elina tersenyum sebagai balasan, sungguh ia tidak habis pikir pada Fera. Pernikahannya dengan Faris tinggal menghitung hari dan wanita itu masih sibuk bekerja? Meskipun Elina sudah mengizinkannya cuti untuk beberapa hari tapi ia tetap bersikukuh dengan pendiriannya.

Yasudah, bukan salah Elina kan?

"Dasar Fera"

¤¤¤

Hari-hari berlalu sudah,tak terasa kini sudah tiba waktunya dimana hari pernikahan Fera dan Faris diselenggarakan sehingga membuat Elina dan juga Arvin kini tengah bersiap untuk menghadiri pesta itu.

"Udah belum El?" Tanya Arvin dengan pandangan yang fokus pada laptop dipangkuannya pada sang istri yang tengah merias dirinya.

"Belum, sebentar" balas Elina tanpa menengok kearah Arvin karena pandangannya difokuskan pada lipstik yang akan digunakannya.

Elina berdiri setelah penampilannya dirasa sempurna. Dress berwarna gold juga rambut yang ia biarkan tergerai membuat penampilannya kini nampak menawan.

"Udah yuk" ajak Elina sembari mengambil dompetnya sedang Arvin mulai mendongakan kepalanya melihat istrinya yang terlihat sangat cantik sekarang.

"Ayo, kok diem?" Intruksi Elina heran karena Arvin sama sekali tidak menjawab ucapannya.

"Kamu cantik" gumam Arvin sembari bangkit berdiri sedang Elina tersenyum manis dengan pipi yang memerah.

"Makasih mas suami" balas Elina manis yang membuat Arvin terkekeh.

"Bisa aja sih" gemas Arvin sembari mencubit hidung mungil istrinya.

"Jangan dicubit ih, sakit tahu" kesal Elina sedang Arvin terkekeh akan perlakuannya barusan.

"Maaf sayang, yuk berangkat" ajak Arvin sembari mengulurkan tangannya berniat menggandeng Elina.

Eh, bu Dokter (TAMAT)Where stories live. Discover now