\21\ Salahkah ia?

12.9K 916 34
                                    

Selamat  membaca!💊

"Tetap disini, ku mohon" lirih Arvin

Elina diam dengan tatapan yang mengarah pada Arvin. Ia melihat pancaran aura sendu, sedih dan kecewa dalam mata Arvin. Karena tak tega akhirnya ia kembali duduk.

"Kenapa?" Tanya Elina lembut sambil menatap Arvin. Ia melupakan eskrim yang berada ditangannya yang kini sudah mencair mengotori tangannya sendiri.

Arvin yang melihat itu segera membuang eskrim yang berada di tangan Elina dan mengeluarkan sapu tangannya dari saku celana. 

Arvin dengan telaten membersihkan tangan Elina yang sontak saja perlakuan itu membuat Elina terkejut dan diam-diam tersenyum.

"Makasih Arv" ujar Elina tulus.

"Sama-sama bu" balas Arvin.

Hening!

Elina sungguh tidak tahan dengan situasi ini, ia menoleh pada Arvin yang tengah menatap kosong kedepan. Elina tahu bahwa ada masalah yang menimpa laki-laki ini, terbukti dengan pancaran aura kesedihan yang begitu kentara.

Elina memberanikan diri menggenggam tangan Arvin yang membuat sang empunya terkejut.

"Ada apa? Mau cerita?" Tawar Elina bersimpati.

Arvin terdiam beberapa saat lalu menghembuskan nafasnya gusar, ia menoleh kearah Elina. Dimata Elina ia bisa melihat sorot mata meneduhkan yang membuatnya berangsur-angsur tenang.

"Tidak ada apa-apa bu, hanya masalah kecil saja" jawab Arvin sambil menyandarkan tubuhnya kekursi taman.

"Saya nggak bakal maksa kamu buat cerita, tapi jikalau kamu menganggap saya adalah teman.... kamu boleh bercerita apapun itu. Tidak usah canggung, karena jikalau saya mampu insyaallah saya akan bantu" ujar Elina tulus diiringi senyuman.

Arvin terdiam, dan matanya tak sengaja melihat tangannya yang masih digenggam Elina. Elina yang melihat arah tatapan Arvin pun dengan cepat melepas pegangan tangannya.

"Maaf saya refleks" ringis Elina tak enak.

Arvin tersenyum kecil karena melihat wajah menggemaskan Elina. Ia menghirup udara sebentar sebelum memulai bercerita.


"Apa saya salah bu dokter?" Gumam Arvin menatap sendu kearah Elina. Elina masih diam membisu belum menanggapi, ia memberi ruang pada Arvin untuk melanjutkan ceritanya.

"Apa salah jika kali ini saya menentang keinginan kakek? Apa saya memang ditakdirkan untuk hidup membuat oranglain bahagia diatas bahagia saya?Apa saya tidak berhak menentukan arah hidup saya sendiri? Sepecundang itukah saya selama ini? Jawab bu dokter!" desak Arvin karena sudah lelah dihantui dengan pertanyaan itu selama ini. 

Cukup sudah beberapa tahun kebelakang ia diam bak robot yang digerakkan oleh sang pemilik, sekarang izinkanlah ia bangkit sendiri dan mencari jati dirinya yang hilang selama ini.

"Coba lebih detail, saya bingung" ujar Elina karena ia tidak tahu akar permasalahannya darimana.

"Saya dijodohkan!"

Sontak saja ucapan itu membuat tubuh Elina kaku, ia melotot tanda terkejut ketika kenyataan ini menimpa dirinya. Setelah beberapa saat akhirnya ia bisa mengontrol kembali raut wajahnya meski rasa sesak kini mulai meradang di rongga dadanya.

Eh, bu Dokter (TAMAT)Where stories live. Discover now