\17\ Hubungan baru

15.5K 1.1K 20
                                    

Selamat  membaca!💊


"Arvin!" Pekik Elina yang membuatnya langsung menutup mulut akibat refleks berteriak hingga orang-orang menoleh padanya.

Sudah kepalang malu, akhirnya Elina berlalu darisana setelah menunduk sopan pada semua orang sebagai tanda permintaan maaf.

Jadi ternyata selama ini Arvin menyembunyikan identitasnya dan membohongi semua orang?

Tak jauh berbeda dengan Elina, para staf beserta seluruh anggota rumah sakit juga tidak menyangka bahwa sang cucu dari seorang billionare itu menjelma menjadi seorang OB? Dan lebih parahnya lagi mereka memperlakukannya sebagai pembantu.

Kini, seorang Arvin tengah berdiri gagah didepan mereka dengan banyak perubahan salah satunya karena pakaian mewah yang laki-laki itu kenakan.

Arvin sempat mendengar pekikan Elina tadi, dirinya sungguh merasa tidak enak karena merasa telah berbohong padanya. Ia berniat ingin menyusul Elina namun apalah daya ketika sang kakek malah membawanya keatas podium kecil untuk menyampaikan beberapa pra-kata.

Arvin berdiri disamping Wirawan yang tengah menyampaikan pidato singkatnya pada seluruh karyawan. Hingga tibalah acara inti dimana dengan lantangnya Wirawan berkata bahwa pimpinan baru rumah sakit ini adalah dirinya.

Tentu saja disambut baik oleh mereka dan suara riuh tepuk tangan terdengar. Arvin turun dari atas podium dan berniat mencari keberadaan Elina yang tidak terlihat diruangan ini.

Namun, langkahnya terhenti ketika banyak orang-orang yang mengucapkan selamat padanya serta ucapan permintaan maaf.

"Nggak papa, karena itu salah satu tugasnya OB. Jadi, santai saja" Ujar Arvin sekenanya karena melihat raut tegang diwajah mereka.

Arvin pamit pergi dan berjalan kearah Luthfi yang menundukkan pandangannya ketika bersitatap dengan Arvin.

"Hey bro" sapa Arvin sambil menepuk bahu Luthfi.

"I-iya tuan" gugup Luhtfi

Arvin tergelak dibuatnya, sungguh Luhtfi yang ia kenal adalah sesosok orang yang humoris bukan malah jaim seperti ini.

"Heh kenapa gugup gitu?" Tanya Arvin heran

"M-maaf tuan" balasnya kecil.

"Udahlah Luhtfi, lo nggak pantes kayak gini. Gue masih Arvin sahabat lo oke. Jangan canggung seperti ini" ujar Arvin

"Tapi lo-eh maksudnya tuan kan pimpinan rumah sakit ini" balas Luthfi

"Yaelah, ngomong lo-gue aja jangan sungkan. Pokoknya gue nggak mau tahu, jangan bertingkah kayak gini lagi ke gue seakan-akan gue ini adalah orang asing. Inget nggak? Siapa orang pertama yang nyambut gue ketika baru bekerja disini? Siapa yang ngajarin gue masak ketika gue sempat kelaparan di kos-san, siapa yang suka teriak-teriak ke gue nyuruh ini-itu, siapa yang suka nginap dikos-san gue ketika gue ngeluh karena gue kesepian bahkan saat hujan petir sekalipun lo bela-belain datang kekos-san gue bawa makanan karena lo khawatir gue belum makan, siapa hah?... gue nggak bakal lupain itu semua Luhtfi. Meskipun sekarang gue berubah, bukan berarti sikap gue sama lo juga akan berubah. Kita sahabat oke... selamanya" jelas Arvin yang membuat Luhtfi tanpa sadar meneteskan air matanya.

Luhtfi memeluk Arvin erat, dirinya sungguh tidak percaya bahwa sahabatnya ini adalah orang terpenting ditempatnya ia bekerja.

"Udah lah yah, jangan melow jelek tahu" ledek Arvin yang membuat Luhtfi langsung terkekeh dan menghapus air matanya kasar.

"Lo harus jelasin ke dokter Elina tahu, karena mau bagaimanapun lo terbilang deket sama dia. Gue tau kok rasanya dibohongin itu sakit" titah Luhtfi.

Eh, bu Dokter (TAMAT)Where stories live. Discover now