\48\ Hari bahagia/duka?

14.6K 770 17
                                    

Selamat membaca!💊

"Saya terima nikah dan kawinnya Elina Fransisca binti Deral Brata Antapadi, dengan mas kawin tersebut dibayar tunai" ujar Arvin lantang dalam satu tarikan nafas.

"Bagaimana para saksi?" Tanya pak penghulu.

"SAH"

Arvin menengadahkan kedua tangannya keatas, mengucap syukur pada tuhan atas segala maksud dan tujuannya kini sudah tercapai dengan sempurna.

ia tersenyum lega ketika telah menyelesaikan acara sakral ini. Kini dirinya bukan lagi pria lajang yang melakukan hal ini itu dengan bebas, sekarang dirinya sudah menjadi seorang suami yang memang sudah sepatutnya membimbing istrinya ke jalan yang di ridhai oleh sang maha pencipta.

"Sekarang ananda Arvin boleh menjemput istrinya kemari untuk menandatangani dokumen-dokumen ini" titah sang penghulu setelah menyelesaikan doanya.

Arvin langsung bangkit dari duduknya, para tamu mulai bersorak sorai menggoda dirinya yang dimana hal itu hanya dibalas senyuman tipis saja oleh Arvin.

Pernikahan yang Arvin adakan ini terkesan begitu mewah, bahkan ia tak tanggung-tanggung mengundang tamu yang hadir dengan puluhan ribu banyaknya.

Tok tok tok

Arvin telah sampai dipintu kamar Elina dan langsung saja mengetuknya. Sungguh jantungnya berdegup tak karuan sekarang. Apalagi dalam seminggu ini Arvin sama sekali tidak berkomunikasi bahkan bertatap muka langsung dengan Elina karena tuntutan para orangtua yang mengharuskan mereka menjalani tradisi pingitan.

Ceklek

Suara pintu terbuka terdengar, Arvin langsung saja menoleh namun ternyata bukan Elina yang membuka pintunya melainkan seorang MuA.

"Silakan mas, non Elina nya ada didalam" ujar perias itu ramah.

"Ah yah, terimakasih" balas Arvin sembari tersenyum kecil.

Arvin menghela nafasnya sebentar setelah kepergian MuA itu, ia harus buru-buru menemui Elina sekarang karena takut jikalau para tamu akan menunggunya terlalu lama.

"Masuklah Arvin"

Suara merdu Elina kini menyapa indra pendengarannya lagi. Ia tersenyum dan mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan Elina dikamar yang terbilang luas ini.

Pandangannya jatuh pada seseorang yang tengah membelakanginya dengan gaun pengantin yang melekat pas ditubuhnya apalagi dengan kerudung yang terpakai rapih dikepalanya.

Arvin sungguh dibuat takjub sekarang.

"E-el?" Panggil Arvin ragu sembari mendekatinya.

"E-el?" Panggil Arvin ragu sembari mendekatinya

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.
Eh, bu Dokter (TAMAT)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ