"Gue... gue nggak bisa terima dengan alasan kepergian Kak Naya."
Ganes meletakkan putung rokoknya di atas pembatas balkon. "Ini semua takdir, Gis," katanya sambil meraih kedua pundak Gista agar menghadapnya.
Gista juga tahu jika semua itu adalah takdir. Tapi, Gista tidak bisa tenang jika dia belum membalaskan semua perbuatan laki-laki bajingan itu. Dan satu lagi. Gista telanjur menghakimi bahwa semua laki-laki itu sama.
Ditambah kejadian tadi pagi anatara dirinya dengan Danar menambah keyakinannya bahwa laki-laki itu memang berbahaya. Hal itu membuatnya semakin sulit untuk berdamai dengan keadaan.
"Tuhan nggak akan mungkin nguji lo di luar batas kemapuan lo. Tuhan tahu lo mampu makanya Tuhan ngasih ujian ini, Gis," ucap cowok itu lembut.
Ganes menatap Gista penuh harap."Please! Nggak usah cari siapa pelaku pemerkosaan itu lagi, Gis. Gue nggak mau lo semakin membenci cowok karena amarah lo yang enggak ada ujungnya."
Gista memang pernah bercerita pada Ganes kalau ia akan membalaskan semuanya pada pelaku itu.
"Dengan lo ngikhlasin semuanya. Hidup lo akan normal kembali. Lo enggak akan terus-terusan benci sama laki-laki karena lo udah lupain semuanya." Ganes berusaha memberi nasehat pada Gista.
"Dan biarin bajingan itu hidup bahagia. Tidur nyenyak kayak orang tanpa dosa? Iya?!" sentak Gista tidak terima.
Gista menggeleng. Menyentak tangan Ganes dari pundaknya. "Gue nggak ngerti ya sama jalan pikiran lo, Nes. Bisa-bisanya lo nyuruh gue ngebiarin pelaku itu hidup tenang setelah buat keluarga gue hancur kayak gini!"
"Gue bisa kok lakuin semuanya sendiri kalo lo emang nggak mau bantuin gue, Nes!"
"Bukan kayak gitu Gis maksud gue."
"Ya terus maksud lo apa nyuruh gue ngikhlasin semuanya?!"
"Gue mau lo hidup normal kayak cewek lainnya," ujar Ganes mengambil sisa putung rokoknya.
"Maksud lo gue nggak normal gitu?!" Gista mendengus geli.
Memangnya selama ini Ganes pikir Gista itu bukan cewek tulen apa? Dia dulu waktu SMP juga pernah suka sama cowok. Hanya saja sekarang rasa benci Gista telah menutup matanya untuk melihat cogan-cogan CANTAKA.
"Kalau lo normal nggak mungkin lo ngejutekin semua cowok yang mau deket dan ngenal lo lebih jauh lagi."
Gista berdecih. "Kalau semua ditanggepin itu namanya murahan. "
Ganes tertawa kecil. "Iya juga sih," ucapnya membenarkan Gista.
Cewek berhidung mancung itu kembali mendengus geli.
Sementara, Ganes diam beberapa saat. Sebelum akhirnya kembali membuka bibirnya untuk bersuara.
"Oke. Gue nggak akan ngelarang lo buat nyari tahu pelaku itu. Selama itu bisa bikin lo bisa ngihklasin kepergian mereka. Gue cuman minta satu hal. Jangan sampai diri lo dikuasai oleh dendam."
***
Seorang cewek berkuncir kuda berjalan menyusuri lorong sekolahnya yang sudah ramai. Beberapa siswi yang berpapasan dengannya segera menyingkir dengan mimik wajah ketakutan. Bukan hanya junior, ataupun teman seangkatannya, tapi juga kakak kelasnya.
Beberapa di antara mereka ada yang meliriknya sinis. Bahkan, secara terang-terangan menyindirnya. Mengatakan bahwa Gista itu cewek bar-bar, enggak bermoral, dan no have akhlak. Mentang-mentang bisa bela diri main hajar sana-sini.
Heh. Memangnya mereka sesuci apa sampai mengatakan Gista itu no have akhlak?
Gista mendesah pelan. Ini semua pasti karena videonya kemarin yang tersebar kemana-mana. Mereka pasti berpikir kalau Gista itu cewek berandalan. Padahal, maksud Gista tidak lain dan tidak bukan adalah memberi pelajaran pada cowok berengsek itu agar tobat dan seenaknya saja pada perempuan.
ESTÁS LEYENDO
GISTARA (END)
Novela JuvenilKejadian yang menimpa kakaknya membuat Gistara Arabhita membenci cowok. Dia menganggap semua cowok itu sama, yakni tiga B yang berarti belang, bejat, dan berbahaya. Akan tetapi, Gista yang membenci cowok terpaksa harus terus berurusan dengan Mangga...
