Menutup pintu tanpa dikunci dan membuka kloset.

Jin muntah.

Yang ia muntahkan kali ini darah yang menghitam.

"Hueekk.."

Ia meremas erat perutnya yang terasa amat sakit. Jin terduduk. Tenaganya sudah habis hanya untuk muntah. Ia mentup mulutnya yang tidak berhenti mengeluarkan darah. Bajunya sudah kotor dan hanya erangan yang bisa ia lakukan.

Jin menatap langit-langit kamar mandi yang saat ini memburam dipelupuk matanya.

"Jin c-capek."

Matanya tertutup diiringi hembusan nafasnya yang kian tenang.








...








"Timnya ga imbang! Gara-gara Taeyong maen jadi kalah kan."

Taehyung protes dan kesal karena ia kalah. Padahal kekalahannya karena tim Yoongi yang sudah berpengalaman.

"Ih sembarangan aja!!."

Yoong celingak celinguk memandang kepinggir lapangan yang sudah ramai. Tapi ia sama sekali tidak melighat atensi Seokjin.

Sampai seseorang berteriak

"ADA YANG PINGSAN DIKAMAR MANDI!."

Sontak mereka langsung berlari, bahkan Namjoon menbuang bola basketnya sembarangan.

Mereka sampai disana yang sudah terdapat beberapa orang berkerumun. Yoongi langsung menyelinap masuk.

Seseorang yang sudah terkulai lemas dengan genangan darah dibajunya. Wajah itu pucat pasi bahkan ia tidak melihat dada itu naik turun.

"ENGGA.. GA MUNGKIN."

Ia menggendong tubuh dingin itu dan berlari keluar. Taeyong melihat Jij yang dibawa panik oleh Yoongi ikut berlari mengekor dibelakangnya.

"Gue ambilin mobil."

Taehyung satu-satunya orang yanh masih bisa berpikir jernih disini langsung berlari mengambil mobil dan berhenti tepat didepan Yoongi.

"Ayo kerumah sakit."

Tanpa aba-aba Namjoon yang sedari tadi memegang Jin kala ia digendong Yoongi ikut masuk disebelah kursi kemudi. Sementara Taeyong duduk dibelakang dengan Jin berada diantaranya.

"Seokjin!! Seokjin buka mata lo!!."

Mereka semua ikut pilu mendengar teriakan Yoongi yang sedari tadi tidak berhenti memanggil nama sang adik.

Padahal tadi ia masih bisa tertawa bersama, tapi semuanya sirna dalam sekejap.

Taeyong mencoba menggenggam tangan Jin yang dingin. Ia meraba nadinya.

Lemah, hampir tidak terasa.

"Tae cepet nyetirnya!!."

Langsung ia menancapkan gas pada mobil itu seketika mereka saling menggenggam pada mobil karena Taehyung yang ngebut membelah jalanan.

"Tahan Dek!! Bertahan demi gue."











...









Mereka sampai disana dan langsung membawa Jin dengan brankar. Keadaan ini membuat ruang IGD terasa 10 kali lebih jauh.

Seorang Dokter datang dan langsung ikut mendorong brankar itu. Keadaannya darurat bahkan Dokter Dokyeom tidak sendirian.

Jin dibawa masuk sementara mereka menunggu diluar.

"Ayah!!."

Taeyong menghampiri Dokyeom.

"Ayah tolong selametin Jin."

Dokyeom mengangguk dan langsung masuk kesana. Sudah ada beberapa suster yang memasang oksigen dan oxymeter pada Jin.

Dokyeom mendekat dan memeriksa keadaan Jin. Ia melotot dan langsung mengambil defibrator. Sementara perawar lain sudah memasangkan oksigen dan juga selabu darah.

Dada Jin kini terbuka tanpa busana. Beberapa kabel disana.

Sementara diluar Yoonhi terduduk, ia menutup wajahnya dan menangis tanpa suara. Hatinya begitu hancur. Kini sang adik harus berjuang lagi. Yoongi tidak ingin kehilangannya, Seokjin adalah orang yang berarti.

Bagaimana jika nanti ia pergi? Apa yang akan terjadi dengan hidupnya? Soohan?

"Gue t-takut."

Baru kali ini Namjoon melihat seseorang begitu hancur. Ia juga sama hancurnya dengan Yoongi. Seokjin adalah orang yang baik, ia tidak boleh pergi begitu saja.

Taeyong terus memandangi celah kaca pintu, ia melihat dada Jin yang tegang dan melemas akibat defibrator yang berusaha mengembalikan detak jantungnya lagi.

Dari belakang, tangan Taehyung terulys merangkul kembarannya. Gadis ini tidak menangis namun matanya menatap nanar keadaan IGD yang penuh dengan tenaga medis berlalu lalang.

"Ayah pasti bisa sembuhin Jin."









...










Mereka menunggu hampir satu jam. Saat pintu terbuka Yoongi berdiri dan menghampiri Dokyeom yang nampak lelah.

"Dok bagaimana keadaan Jin?."

Dokyeom menatap sekeliling. Mungkin akan lebih nyaman jika mereka berbicara berdua.

"Kita bicara diruangan saya."

"Engga! Ayah bicara disini! Seokjin teman kita juga," ucap Taeyong

Yoongi menyadari ada kemiripan antara sikembar dengan Dokter Dokyeom. Mereka adalah anak-anaknya. Dunia memang terasa sempit.

"Jin koma. Kankernya sudah menyebar. Maafkan aku, aku sudah berusaha tapi akan sulit bagi Jin untuk bertahan."

"Engga mungkin! Dokter jangan sembarangan. Jin bakal sembuh dia udah kemo berkali-kali."

Satu hal yang baru mereka tahu. Sahabat barunya sudah berjuang sejak lama melawan sakit. Ia tidak menyadarinya karena jin yang selalu terlihat baik-baik saja dihadapan mereka.

"Tolong beritahu Soohan. Dia berhak ada disini."

Setelah itu, Dokyeom melangkah pergi. Namun tangan itu dicekal.

"Apa yang terjadi?," tanya Taehyung.

Mereka sama sekai tidak mengetahui jenis penyakit apa yang Jin derita sampai-sampai ayahnya berkata demikian.

"Kanker hati. Sudah hampir dua tahun."

Taeyong terduduk lemas. Ia memandang kosong ubin rumah sakit.

Mereka baru saja saling mengenal dan bertemu dalam waktu singkat. Haruskah ia merasa takut akan ditinggalkan?




















TBC



MAAF YA KALO GAK NGEFEEL

Can U See Me?Where stories live. Discover now