Kejadian yang menimpa kakaknya membuat Gistara Arabhita membenci cowok. Dia menganggap semua cowok itu sama, yakni tiga B yang berarti belang, bejat, dan berbahaya.
Akan tetapi, Gista yang membenci cowok terpaksa harus terus berurusan dengan Mangga...
"Dia mungkin bisa lari dari tanggung jawab, tapi tidak akan pernah bisa lari dari kesalahannya," gumam Gista memandang lurus ke depan.
Gista mungkin belum tahu siapa laki-laki bajingan yang telah memerkosa Kanaya. Tapi, dia yakin akan bisa menemukan laki-laki tersebut.
Sudah satu tahun dia mempertajam ilmu bela diri yang dimilikinya sejak SMP. Dan sekarang Gista harus menggunakan ilmu tersebut untuk mencari si pelaku.
Mungkin. Selama ini baik Revan maupun anak-anaknya tidak mencari tahu si pelaku karena ingin fokus menyembuhkan Wening, mamanya. Juga karena tidak adanya bukti ataupun siapa tersangka tersebut. Jadi, Gista sendiri yang harus bergerak.
Sudah tahun ia belajar bela diri dan menantikan momen ini. Sekarang dia harus mencari petunjuk lain selain secarik kertas yang telah lusuh di dalam tempat sampah kamar Kanaya, satu tahun lalu. Yang membuat tanda tanya besar baginya. Sebuah kertas yang ia duga ada kaitannya dengan kehamilan Kanya.
Sebua kertas lusuh yang penuh dengan coretan seperti benang kusut dengan tulisan besar di bagian tengahnya. Sebuah tulisan yang membuat dada Gista bergemuruh hebat.
I HATE YOU BALAPATI!
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Siapa sebenarnya bajingan BALAPATI yang telah berani menodai putri seorang Erlan Mahaprana? Seorang pendiri sekaligus ketua geng angkagan pertama BALAPATI itu sendiri.
***
Layar laptop Gista masih menyala dan menampilkan adegan dari sebuah film. Dengan cahaya yang minim Gista dan fokusnya yang hanya tertuju pada layar laptop.
Gista tidak menyadari jika pintu kamarnya yang tidak ia kunci terbuka. Sesosok tinggi tegap dengan pakaian serba hitam melangkahkan kakinya masuk tanpa suara. Ketukan sneakers yang ia kenakan ternyata tidak mengalihkan fokus Gista.
Sosok itu menghela napasnya, berat. Lalu, berjalan santai ke arah objeknya. Tangannya terulur menyentuh laptop yang masih menyala lalu menutupnya. Membuat cewek berambut cepol itu memekik karena terkejut. Dia sempat berpikir jika tangan panjang yang menutup laptopnya tersebut adalah hantu.
Gista mendengus mengetahui siapa pemilik tangan panjang dengan jam tangan hitam yang melingkar di pergelangan tangannya yang menutup laptop dan mengganggu me time-nya.
"Ngapain sih lo? Ngagetin orang aja!"
Beranjak dari kasur Gista menekan saklar lampu yang berada di dekat pintu. Lampu menyala. Kini kamar bernuansa biru dengan tatanan rapi juga desain yang minimalis itu terlihat terang.
Gista juga bisa melihat Ganes dengan pakaian serba hitamnya yang berdiri menatapnya datar. Gista menautkan kedua alisnya, bingung dengan tatapan sepupunya itu.
Beberapa detik Gista mencerna arti tatapan Ganes. Dia langsung kelabakan. Menyadari sesuatu yang akan menamatkan riwayatnya malam ini.
Cewek berambut cepol itu langsung mencari masker di atas nakas untuk menutupi wajahnya sebelum sebuah suara terlebih dahulu menginterupsinya.