Bintang marah

14 5 0
                                    

Setelah menerima dompet Askal, Zara segera mendekat ke meja Bintang. Dia langsung duduk di sampingnya.  Bintang yang sedang menulis sesuatu di buku terhenti sebentar, dan menatap Zara. Namun dia kembali melanjutkan kegiatannya, dan tidak menghiraukan Zara.

"Ayo ke kantin," ajak Zara.

Bintang tidak menanggapi, dia tetap fokus pada bukunya.

"Bintang," panggil Zara.

Bintang tetap setia memperhatikan bukunya.

"Bintanggg," panggil Zara dengan panjang.

Zara memperhatikan Bintang yang tidak menanggapinya. Dia terdiam sambil berpikir mengapa Bintang mengabaikannya. Zara kemudian mengambil pulpen yang dipakai Bintang. Seketika Bintang terkejut dan menatap Zara dengan kesal. Namun dia kembali mengabaikan Zara. Dia mulai mengambil buku pelajaran dan dengan penuh perhatian memperhatikan buku itu.

"Ayo ke kantin," Zara berkata pelan, dan melanjutkan dengan perlahan, "Gue yang traktir."

Bintang akhirnya mengalihkan pandangannya dari buku dan menatap Zara. Namun dia melihat Zara dengan mata yang tajam dan alis yang terjalin. Lalu beralih kembali pada bukunya.

Zara terkejut karena Bintang yang sepertinya marah, dia memikirkan apa yang sudah dia lakukan sampai-sampai Bintang memelototinya seperti itu. Tidak menemukan jawaban apapun, Zara kini memandang Bintang sedikit kesal. Dia kemudian berdiri dan akan beranjak pergi.

Bintang yang melihat Zara akan pergi, nampak cemberut. Dia mengerucutkan bibirnya dan kedua alisnya memandang dengan berkerut.

Zara menoleh ke belakang, melihat Bintang yang merajuk. Dia lalu kembali duduk di sampingnya.

"Kenapa Lo marah?" tanya Zara.

Bintang menajamkan matanya, menatap Zara dengan sengit, lalu berkata, "gak tau. "

Zara memandangnya dengan sengit. Lalu berpikir kenapa Bintang seperti anak kecil, caranya merajuk sangat kekanak-kanakan.

"Gue ngelakuin apa sampai ngebuat Lo marah gini?" tanya gadis itu dengan serius. Dia menangkupkan pipi di telapak tangannya, menatap Bintang dari samping dan menunggu jawaban Bintang dengan penasaran.

Bintang memandang Zara sebentar, kemudian kembali pada bukunya. Dia terlihat berpikir, lalu dengan cepat menutup bukunya dan kembali beralih menatap Zara. Dia terdiam sebentar dan terlihat ragu.

"Kenapa Lo ngerjain PR Lo?" keluh Bintang dengan mengerutkan bibirnya.

Zara nampak heran, mulutnya sedikit terbuka. Dia tidak mengerti, apa yang salah dengan mengerjakan PR.

"Lo marah karena gue ngerjain PR?" tanya Zara dengan kebingungan.

Bintang menganggukkan kepalanya dengan pasti. Wajahnya masih cemberut seperti sebelumnya.
Dan Zara terlihat meringis menatap Bintang. Kenapa Bintang sangat aneh sih?

"Cuma karena gue ngerjain PR, Lo marah?" tanya Zara dengan sengit, dia mulai sedikit kesal.

Bintang memperlihatkan kedua matanya dengan tulus, sedikit mengerjap menatap Zara. Dia berkata dengan pelan, "Biasanya Lo gak akan ngerjain PR, gue gak ngerjain PR hari ini biar gue bisa nemanin Lo  dihukum."

Zara terdiam, menutup mulutnya rapat-rapat dan menatap Bintang dengan bingung. Apakah dia harus senang atau apa?

"Jadi, Lo dihukum karena gue?" Zara tersenyum kecut, suaranya melembut.

"Gak," jawab Bintang cepat, lalu dengan sedih melanjutkan, "Bukan salah Lo."

"Hm, Lo baik banget sih," Zara menyentuh pucuk kepala Bintang dengan lembut, dia tersenyum manis.

Love In FriendshipWhere stories live. Discover now