Bintang

26 10 10
                                    

Zara mendorong sepedanya memasuki halaman rumah. Namun sebelum itu dia berhenti sebentar, di sana dia melihat Dzaky. Dzaky duduk tenang di ayunan yang terikat di pohon besar halaman rumahnya. Dia tidak menyadari kedatangan Zara, juga tidak menyadari Zara memperhatikannya. Zara tetap diam di tempatnya, memandang Dzaky yang duduk tenang.

Di temani cahaya matahari yang semakin redup, Zara merasakan hatinya menghangat oleh suasana ini. Banyak hal yang dia tahu tentang Dzaky, tapi hal itu tidak menjadikan dia dan Dzaky lebih dekat. Melihat Dzaky yang dingin dan tak acuh pada sekitarnya, dia jadi merasa Dzaky sangat jauh dari kehidupannya. Bukan Dzaky yang pergi meninggalkannya terlalu jauh, tapi dia yang tertinggal terlalu jauh di belakang. Dia mengingat beberapa tahun lalu, yang jauh berbeda dengan sekarang.

Dzaky menyadari Zara menatapnya, pandangannya kini jatuh pada Zara. Tatapannya dingin, berbeda dengan Dzaky yang biasanya suka mengejeknya. Zara tidak berani menatap balik, dia malah mengabaikannya, dan memarkir sepedanya. Setelah itu, perlahan dia menghampiri Dzaky yang masih duduk di ayunan.

"Tadi gue ke rumah Nadin." Zara berdiri di samping Dzaky, berusaha menjelaskan penyebab keterlambatannya.

Dzaky tidak mengatakan apa-apa, melainkan bangkit dari duduknya. Dia tidak memandang Zara, dan pergi begitu saja.

"Dzaky," panggil Zara.

Dzaky berhenti dan berbalik pada Zara.

"Lo kenapa, sih?"

"Lo marah gue makan bekal, Lo?"

Dzaky memandangnya tanpa mengatakan apapun. Lalu akhirnya pergi.

Zara terpaku di tempatnya, memperhatikan Dzaky hingga hilang dari pandangannya.

"Kenapa dia marah?" Zara merasa bingung. Dzaky memang akan memarahinya jika dia pulang larut malam. Tapi kali ini belum terlalu larut jika dibandingkan terakhir kali dia pernah terlambat.

***

Dzaky berdiri di balkon rumahnya, bersatu dengan kegelapan. Sosoknya terlihat seperti bayangan, dan nampak kesepian. Dia memperhatikan balkon di samping rumahnya, yang terlalu terang oleh cahaya lampu yang memancar dari dalam kamar Zara. Dia kemudian memasuki kamarnya, dan duduk di depan meja belajar. Dia mengambil beberapa buku dan mulai fokus belajar.

Sementara Zara di kamarnya duduk di bangku dan membalik satu persatu buku di meja belajarnya. Sesekali dia menyalin dan mengerjakan soal-soal yang bertumpuk di buku latihannya. Matanya begitu fokus memperhatikan angka-angka di bukunya. Dia tidak menyadari jam telah menunjukkan pukul tiga pagi. Hingga tiba-tiba kepalanya terjatuh di atas meja, dan tanpa disadarinya dia mulai tertidur.

***

Di sekolah

Seorang guru wanita menjelaskan di depan kelas setelah dia menulis di papan tulis. Wajahnya begitu serius, di tambah dengan suara yang keras, dia berharap anak didiknya memahami apa yang dikatakannya. Sedangkan murid memperhatikan dengan seksama, walaupun pikiran mereka tidak pada pelajaran.

Tidak seperti murid lain yang memperhatikan guru, Zara di bangkunya sibuk menyalin tulisan di papan tulis. Kepalanya tidak berhenti bergerak, suatu waktu mendongak ke papan tulis dan di waktu lain menunduk dan menulis di bukunya. Hal itu tidak luput dari perhatian guru. Sekilas dia memandang Zara, lalu mengabaikannya. Walau begitu dia tidak marah, dia sudah sangat bersyukur bahwa Zara mau menyalin apa yang di tulisnya.

"Sekarang lihat di halaman 13, di sana ada soal yang sama seperti contoh di depan." Setelah selesai menjelaskan, dia segera memberi intruksi kepada murid.

"Kerjakan nomor 1 sampai 4." Seperti biasa, setelah memberikan penjelasan, guru akan memberikan tugas.

Seluruh murid tampak sibuk dengan tugas yang ada. Sebagian berdiskusi bersama, ada juga yang mengerjakan sendiri. Zara di bangkunya mulai menutup semua bukunya dan memasukkannya ke laci. Setelah itu dia mengistirahatkan kepalanya di atas meja dan mulai menutup matanya. Di sampingnya Nadin sibuk mengerjakan tugas.

Selang beberapa waktu, bu guru bangkit dari kursinya, dan tiba tiba-tiba menghampiri Zara. Zara yang sudah tertidur di bangkunya tidak merasakan itu. Sedangkan Nadin di sampingnya berusaha membangunkannya, tapi tidak berhasil. Bu guru yang sudah di sebelah zara, langsung membanting buku di tangannya di samping kepala Zara. Semua murid terkejut dan menatap Bu guru, tidak terkecuali Zara. Tubuhnya refleks dalam posisi tegak dan memperhatikan gurunya. Matanya sulit terbuka, dan dia mengucek matanya agar tetap terjaga. Dia sudah mengantuk berat saat ini.

"Keluar dari kelas," bentak Bu guru.

Butuh beberapa waktu untuk Zara memproses apa yang terjadi. Setelah itu Zara menanggapi gurunya santai dengan mengambil buku dan pulpennya di laci, lalu berdiri hendak keluar kelas. Namun sebelum itu gurunya kembali membentaknya.

"Jangan membawa apapun."

"Pergi ke lapangan, berdiri satu kaki, hormat bendera sampai mata pelajaran saya selesai." Urat-urat lehernya jelas terlihat saat marah.

Zara meletakkan bukunya di meja, tidak mengatakan apapun. Berjalan santai  melewati gurunya dan teman-temannya, seakan tidak mempermasalahkan hukumannya. Lagipula mana mungkin dia sanggup menghormat bendera dengan satu kaki selama satu setengah jam ke depan. Meskipun dia bisa melakukan itu, belum tentu dia mau.

Zara segera menuju lapangan dan melaksanakan hukumannya, namun hal itu berlangsung sebentar. Belum sampai satu menit, kakinya mulai kelelahan, akhirnya dia menepi, dan duduk di pinggir taman.. Satu tangannya bertumpu di kaki kiri menopang wajahnya sambil menatap bendera yang berkibar dengan mata menyipit karena sinar matahari yang menyilaukan.

***

Di kelas murid-murid kembali fokus mengerjakan tugas masing-masing. Namun tidak dengan Bintang, tangannya yang menggenggam pulpen berhenti. Dia terlihat memikirkan sesuatu dan terlihat ragu. Di waktu berikutnya dia tiba-tiba berbalik ke belakang dan mengambil buku Zara. Buku yang sebelumnya Bu guru larang untuk dibawa Zara. Dia memasukkan buku itu ke dalam bajunya dan mengantongi sebuah pulpen.

Elsa di sampingnya menatapnya bingung, sama juga dengan Nadin di belakang. Tidak memberikan penjelasan kepada keduanya, Bintang langsung meminta izin kepada guru untuk ke toilet. Tanpa merasa ragu Bu guru mengijinkan, dan Bintang segera meninggalkan kelas.

Elsa segera berbalik menatap Nadin dan sebaliknya Nadin juga memandangnya. Mereka sama-sama bingung dan meminta penjelasan satu sama lain.

"Kenapa dia ngambil buku Zara?" Elsa bertanya setelah melihat Nadin tidak mengatakan apapun. Dan sebagai jawaban Nadin hanya menggeleng.

***

Bintang segera mengeluarkan buku Zara dari bajunya, dan menghampiri Zara dari belakang. Di berhenti sebentar dan memperhatikan Zara yang duduk santai sambil mendongak ke atas. Setelah itu dia berjalan mendekat dan berdiri tepat di samping Zara. Kepalanya menunduk menatap Zara dan tangannya menyerahkan buku itu.

Zara terkejut di depannya tiba-tiba ada tangan dan sebuah buku tergenggam di sana. Dan buku itu adalah buku matematikanya. Kepalanya memutar ke samping, lalu mendongak ke atas memperhatikan orang yang membawakan bukunya. Dia terkejut sebentar, lalu dengan cepat meraih bukunya.

Bintang segera pergi setelah Zara mengambil bukunya. Zara berbalik memperhatikan Bintang yang telah menjauh di belakang, setelah itu dia menatap bukunya selama beberapa waktu dan merasa bingung. Dia membuka bukunya, dan mendapati selembar uang terselip di sana.

Selama beberapa waktu, dia masih memikirkan Bintang yang membawakan bukunya. Setelah merasa bosan, dia memperhatikan tugas yang tadi tidak dia dikerjakan. Dia mulai menggunakan pulpen yang juga terselip di dalam buku. Dan mulai menulis di buku dan mengerjakan tugas matematika dengan lancar.

Tak berselang lama, seorang murid laki-laki tiba-tiba menghampiri Zara, dan tanpa aba-aba menarik bukunya. Itu menyebabkan sebuah coretan panjang di buku. Zara memandang orang itu dengan marah. Sedangkan Dzaky dengan santai memeriksa apa yang ditulis Zara.

Sebenarnya Zara ingin memarahinya, namun dia urungkan niatnya, karena sejak semalam Dzaky tidak mau berbicara dengannya. Jika dia memarahi Dzaky sekarang, bisa jadi Dzaky akan mengabaikannya selama satu tahun. Tidak akur dengan Dzaky seperti tom and Jerry memang menjengkelkan baginya. Tapi lebih menjengkelkan lagi saat Dzaky mengabaikannya.

Love In FriendshipOnde histórias criam vida. Descubra agora