Ada murid baru, Ra

36 12 4
                                    

"Emang Lo, gak mau masuk kelas," kata Nadin setengah berteriak. Wajahnya cemberut karena marah.

Zara sudah berteman dengan Nadin sejak SMP, dia sangat mengenal temannya ini dengan baik. Nadin adalah perempuan yang perhatian, tapi terlalu gengsi menunjukkan kepeduliannya. Di permukaan dia terlihat cuek pada Zara, tapi sebenarnya memperhatikan Zara dengan caranya sendiri. Sekarang Zara terlalu menyepelekan sekolahnya, dia tidak bisa melihat sikap santai Zara dalam menyikapi segala masalah.

"Tadi Bu guru nyariin Lo di luar kelas, dia nyuruh Lo masuk kelas. Tapi Lo malah ke kantin."

"Bentar lagi kita ujian, Lo gak akan naik kelas kalau gini terus." Nadin berpindah ke topik lain dan bertambah galak memarahi Zara, sementara Zara hanya diam.

Disampingnya Elsa ikut cemberut, bukan karena ulah Zara melainkan Nadin. Tadi mulutnya terlihat bergerak ingin mengatakan sesuatu, tapi langsung di potong oleh Nadin yang sedang marah. Zara menyadari itu, jadi sekarang dia menatap Elsa.

"Lo boleh bicara, tapi jangan marah-marah." Zara mempersilakan Elsa berbicara.

Elsa tersenyum menatap Zara, lalu beralih pada Nadin. Sebelum sesuatu keluar dari mulutnya, wajahnya seketika berubah cerah. Dia tersenyum manis dan pipinya merona.

"Ada murid baru, Ra." Senyum di wajahnya melebar.

"Udah-udah." Nadin menghentikan Elsa yang ingin berbicara. Mulut Elsa  sedikit terbuka, ingin mengeluarkan isi hatinya, namun kembali dipotong Nadin.

"Ayo ke kelas, mumpung Bu guru udah keluar." Nadin bangkit dari kursinya.

Zara merapikan kembali kotak bekal Dzaky. Dia sudah kenyang, walaupun dia belum memakan habis semuanya. Masih ada sedikit sisa makanan di kotak. "Ini pantas jadi sarapan Dzaky," gumam Zara dengan senyuman.

Mereka bertiga segera bergerak menuju kelas, Elsa yang tadi tidak sempat berbicara, kini bercerita di perjalanan ke kelas.

Elsa mengatakan murid baru itu adalah murid laki-laki, namanya Bintang. Dia Pindah karena orangtuanya di pindah tugaskan ke kota ini. Zara akhirnya mengerti mengapa Elsa begitu heboh terhadap murid baru itu, ternyata murid baru itu  semeja dengan Elsa.

Saat mereka bertiga memasuki kelas, sebagian murid menatap mereka terkejut, karena mengira yang datang adalah guru. Para murid melihat Zara yang di punggungnya masih ada tas dengan berbagai pandangan. Ada yang memberikan tatapan merendahkan dan mengejek, itu lebih tepatnya adalah pandangan murid pintar terhadap murid Bengal dan bodoh. Ada juga yang menatap kagum atas kenakalannya, yang pasti mereka itu sama-sama murid nakal.

Zara satu meja dengan Nadin dan di depan mereka ada Elsa dan Bintang. Akhirnya Zara melihat rupa murid baru yang membuat Elsa kegirangan. Dia melewati murid baru itu dan menilainya dalam satu tatapan, setelah itu dia menarik pandangannya. Tepat saat itu, Bintang juga memperhatikannya dan memandangnya dari sudut matanya.

Setelah Zara duduk di bangkunya, masih ada yang menatapnya dengan tatapan sinis. Mereka adalah murid murid pintar yang merasa di rugikan oleh Zara. Tadi tepat sesudah Bu guru menutup pintu, Bu guru langsung melampiaskan kemarahannya kepada seisi kelas dan memberikan ceramah sepanjang pelajaran. Para murid pintar merasa waktu berharganya hilang karena keterlambatan Zara. Menyaksikan itu Zara merasa kesal di dalam, tapi dia tidak akan memperdulikan mereka.

Ada banyak tipe murid di kelasnya, yang telah diamatinya sejak kelas satu hingga kelas dua sekarang. Tipe murid pertama yaitu, murid pintar dengan otaknya dan menampilkan kepintarannya, mereka disegani di kelas. Kedua, murid pintar dengan mulutnya dan menampilkan hubungan yang baik dengan guru, mereka di sukai sebagian orang dan juga di benci sebagian orang. Ketiga, murid pintar dengan otaknya tapi tidak peduli dengan kepintarannya, kebanyakan dari mereka adalah murid laki-laki nakal yang punya otak bagus , mereka di sukai banyak orang. Keempat, orang bodoh yang sok pintar, merasa tahu segalanya. Kelima, orang bodoh yang tahu diri dan berusaha keras belajar. Dan keenam, orang bodoh yang pasrah dengan kebodohannya, hanya diam di Bangkunya seperti batu. Zara merasa dia bukan salah satu dari tipe tersebut, karena dia berbeda.

Hingga bel istirahat berbunyi, belum ada guru yang memasuki kelas, yang membuat murid pintar terlihat cemberut karena kesal. Sedangkan Zara dan temannya bahagia sepanjang jam pelajaran, mereka berbicara banyak hal.

Awalnya hanya Zara dan Nadin yang bersenang senang di mejanya, sementara Elsa tetap di bangkunya berusaha mendekati Bintang. Tapi dia hanya mendapatkan bahu dingin dari Bintang.

Bintang tampaknya adalah laki-laki yang dingin dan tidak banyak bicara, dia hanya tersenyum kecil sesekali kepada murid lain. Melihat Bintang yang tidak merespon, Elsa mulai bosan. Akhirnya dia bergabung dengan Zara dan Nadin dengan menarik bangkunya ke belakang. Murid lain juga sama seperti mereka, berbicara satu sama lain di antara mereka.

Setelah bel berbunyi, murid-murid berhamburan ke segala tempat. Baik itu kantin, perpustakaan, kamar mandi, lapangan, dan tempat lainnya. Tidak terkecuali Nadin dan Elsa, mereka juga mengajak Zara pergi ke kantin bersama-sama. Namun Zara menolak mereka, karena sekitar satu jam yang lalu dia sudah sarapan. Tapi di detik berikutnya Zara berubah pikiran. Dia melihat Bintang juga masih di kelas, dia tidak mau berdua di kelas dengan Bintang.

Zara mengambil kotak makan siang di lacinya, lalu berlari menghampiri Nadin dan Elsa yang berdiri di ambang pintu. Sementara mereka pergi, Bintang di bangkunya duduk tenang, menatap serius pada buku di depannya.

Kantin sudah dipadati murid-murid, Zara dan kedua temannya segera mencari meja kosong. Setelah menemukan meja kosong, Nadin segera memesan makanan kantin untuk mereka bertiga. Tidak seperti kedua temannya yang menikmati sarapan, Zara hanya meminum jus, dan memperhatikan orang-orang di kantin. Dia sedang mencari Dzaky, untuk memberikan bekal yang di titipkan oleh ibunya. Memikirkan isi kotak makan yang hanya berisi sisa, Zara tersenyum.

Tak berselang lama, Dzaky dan ketiga temannya memasuki kantin, mereka menghampiri Zara. Terlihat murid-murid perempuan mencuri pandang pada kelompok empat orang itu, bahkan ada seorang murid perempuan menyapa Dzaky dengan malu-malu. Lalu Dzaky hanya tersenyum sebagai balasan.

Sedangkan Zara yang menyaksikan itu semua merasa muak. Tepat ketika Dzaky berhenti di meja Zara dia langsung meminta bekalnya. Namun Zara tidak menatapnya, malah menunduk dan menutup mulut menahan tawa. Dzaky menyipitkan matanya saat memandang Zara, berusaha menilai perilaku Zara. Dia berpikir Zara pasti melakukan sesuatu untuk membalasnya.

"Mana bekal gue?" Dzaky berkata dengan dingin.

Zara menyodorkan bekal ke arah Dzaky, namun wajahnya menatap ke arah sebaliknya. Dzaky segera mengambilnya, lalu pergi ke meja kosong dengan temannya.

Dzaky dan teman temannya memilih meja kosong yang tidak jauh dari posisi Zara. Mereka terlihat asik bercanda satu sama lain. Dzaky tertawa hingga lesung pipi terukir di wajah cerianya, matanya sedikit melengkung. Namun tidak berlangsung lama, setelah dia membuka kotak bekalnya, mulutnya yang tertawa menjadi kaku. Nasi goreng spesial yang di siapkan ibunya untuknya kini menjadi makanan sisa.

Love In FriendshipWhere stories live. Discover now