Dia sangat menyukai Zara

14 6 4
                                    

Pagi ini pelajaran pertama dimulai oleh guru wali kelas, Bu Li. Dia berdiri di depan, sebelum memulai, dia memperhatikan semua murid. Perlahan menatapnya satu persatu. Hingga tatapannya berhenti pada Zara, dia memandangnya lama, membuat semua murid ikut menatap Zara.

"Zara, kalau kamu duduk di sana hanya untuk tidur atau membuat keributan, lebih baik tinggalkan kelas."

"Jangan mempengaruhi teman-temanmu."

"Kami di sini untuk belajar."

Lo pikir gue gak belajar apa?Zara hanya bisa bergumam dalam hati.

Ini baru pagi hari, dan Bu Li sudah menargetkannya. Zara tidak berbuat apapun, bahkan kelas belum dimulai, dan dia sudah mengatakan Zara mengganggu. Zara hanya bisa menggertakkan gigi untuk menahan emosinya. Duduk diam di bangkunya, mendengarkan peringatan wali kelasnya dalam larutan emosi yang dia tahan dalam ketenangan yang terlihat di wajahnya. Dan tatapan seluruh murid kepadanya, hampir membuatnya goyah.

Walau begitu, Wajahnya yang tanpa ekspresi, menahan perih di hatinya. Dia merasa malu.

"Silakan keluar," katanya pelan pada Zara.

Guru itu mulai mempersiapkan buku di atas meja. Kemudian menatap Olivia dengan ramah dan lembut.

"Oliv, kumpulkan tugas yang Ibu berikan Minggu lalu!"

Zara dan Olivia berdiri bersamaan. Olivia sedikit melirik Zara. Zara tahu di dalam tatapan mata Olivia, ada kebahagiaan yang muncul saat menyaksikan Zara dipermalukan.

Zara menahan emosi yang melonjak dalam dirinya saat melihat Olivia. Dia memandang gadis itu tanpa ekspresi, namun mengutuknya di dalam. Bagaimana mungkin Zara tidak tahu, guru di depan sudah menerima uang dari ibu Olivia untuk menyusahkan Zara di sekolah.

Zara berjalan melewati teman-temannya, memilih keluar daripada menetap di kelas. Dia memang ingin belajar, tapi setelah mendengar kata-kata yang menusuk itu, akankah dia menjadi orang bodoh yang mudah diinjak-injak.

Namun, sebelum Zara keluar.

" Tunggu." Bintang berdiri dari kursinya.

Semua perhatian tertuju padanya, bahkan Zara yang sudah di depan mulai berhenti.

"Ada apa Bintang?" Tanya Bu Li.

"Kenapa Zara harus keluar? Dia tidak melakukan apapun." protes Bintang. Wajahnya terlihat sedikit marah, cemberut, kasihan, semua bercampur dalam wajah polos itu.

Bu Li terdiam mendengar penuturan Bintang. Dia kemudian berkata pelan dengan suara yang diredam, "Dia keluar atas kemauannya sendiri."

"Tapi Bu Li gak seharusnya nyuruh Zara keluar, Zara pasti sedih."

"Bintang." Teriak Bu Li.

"Aku tidak menyuruhnya keluar, aku hanya memperingatkannya," katanya dengan suara yang jelas dan keras.

"Tapi, bukan gitu caranya."

"Kamu ingin mengajariku?" bentaknya keras pada Bintang.

"Kalau kamu keberatan dia keluar, kamu bisa menemaninya,"

"Kamu boleh keluar sekarang juga,"

Bu Li membentak Bintang, dia mulai menegang menahan kemarahan. Murid lain hanya diam menyaksikan.

Bintang terdiam beberapa saat, terlihat bingung dengan keadaan saat ini. Dia kemudian menatap Zara di depan, memberi kepercayaan untuk dirinya sendiri. Lalu berjalan ke depan, sambil terus memperhatikan Zara. Dia memilih keluar.

"Apa ada lagi yang ingin keluar?" tanya Bu Li. Dia memperhatikan seluruh murid dengan wajah memerah karena marah.

Askal tanpa ragu mulai mengangkat tangannya, diikuti Eki, Ryan, Asa, lalu dengan ragu Elsa mengangkat tangannya. Dan terakhir, Nadin terlihat menggertakkan giginya, lalu dengan kesal mengangkat tangannya.

Love In FriendshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang