Bintang tersesat

17 8 2
                                    

Askal segera bangkit dari kursinya dan langsung menyergap zara di sampingnya. Dia mencengkram pelan tengkuk gadis itu, namun wajahnya benar-benar kesal.

"Zaraaa, kenapa Lo ngelempar buku ke gue?" Askal semakin kesal dan kini mengacak-acak rambut Zara dengan kasar.

"hahaa." Zara tidak bisa menahan tawa melihat Askal yang kesal seperti orang gila.

"kenapa Lo ketawa, hah?"

"kalau Lo bukan teman gue, gue akan..."

"akan apa?" Zara mendongak menatap Askal dengan sedikit senyuman.

"Kalau Lo bukan teman gue, gue bakalan ngasih tahu Nad..." Zara melirik Nadin saat dia mengatakan beritahu, namun dia tidak dapat melanjutkan perkataanya karena Askal dengan cepat menutup mulutnya.

Zara melepaskan tangan Askal yang menutup mulunya, lalu mengelapnya dengan punggung tangannya sendiri.

"Zaraa," ucap Askal lembut. Dia menepuk bahu Zara pelan dan senyum di wajahnya muncul.

"Gue mohon jangan kasih tahu dia," Askal berbisik pelan di samping Zara. Dia terlihat malu dan berubah dari marah hingga lembut seperti saat ini.

"Kenapa?" Zara bertanya penasaran. Kenapa Askal tidak memberi tahu langsung pada Nadin kalau dia suka.

"Gue malu," bisiknya semakin pelan pada Zara. Lalu dia kembali ke bangkunya dan membenamkan wajahnya di kedua tangan yang disilangkan.

Zara tidak menyangka bahwa orang seperti Askal juga merasa malu. Dia tidak bisa menahan untuk tidak tersenyum memikirkan itu.

"Ngapain Lo senyum-senyum?" tanya Nadin tiba-tiba.

"Hm?" Tanya Zara bergumam.

"Ngapain Lo senyum-senyum?" Nadin bertanya dengan kesal.

Mengetahui bahwa orang yang ditaksir Askal adalah Nadin, Zara hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. Dan Nadin menatapnya dengan kerutan yang dalam.

***

Tiga hari berlalu sejak kepergian Dzaky, dan Dzaky belum sekalipun menghubungi ibunya, ataupun Zara.

"Kenapa dia harus menghubungi gue, saat dia bahkan gak ngasih kabar ke ibunya sendiri" itu yang ditekankan Zara, saat tiba-tiba dia mengingat Dzaky.

Zara terus melamun di kamarnya, duduk di kursi sambil menopang dagu di atas meja belajarnya. Tidak lama akhirnya dia tersadar, sesaat setelah Hpnya berbunyi. Setelah memeriksa Hp, dia segera bangkit dari duduknya. Dia memasukkan beberapa buku ke dalam tas, menyandangnya, lalu berangkat pergi.

Akhir pekan ini Zara dan teman-temannya berjanji pergi ke perpustakaan bersama-sama. Mereka pergi untuk mengerjakan tugas yang diberikan Bu Li sebagai hukuman atas insiden komik. Janji yang disepakati di awal, pada akhirnya hanyalah sebuah kata yang tidak berarti jika tidak ditepati. Askal, si nakal yang pemalu itu terlabih dahulu pergi ke cafe, dan menyuruh seluruh orang untuk datang ke sana. Dan yang paling membuat Zara kesal, dia harus mencari si anak baru yang tersesat entah kemana, hanya karena dia yang datang terakhir.

Zara berdiri di depan cafe, menoleh ke kanan kiri sambil mencoba menghubungi Bintang. Zara mulai menggerutu saat panggilannya ditolak. Setelah mencoba berkali-kali akhirnya panggilan tersambung.

"Ini siapa?" Tanya Bintang dengan suara pelan. Dia mulai kelelahan mencari cafe yang dimaksud teman-temannya. Awalnya dia sudah sampai di perpustakaan, tapi perubahan yang tiba-tiba membuat dia seperti saat ini.

"Gue Zara."

"Lo dimana?"

Zara membentak lawan bicara di tempat lain, yang membuat orang itu refleks menjauhkan handpone dari telinganya.

Love In FriendshipWhere stories live. Discover now