Kemarahan Dzaky

15 4 0
                                    

Zara pergi ke sekolah dengan sepedanya. Dia sudah ditawari Denis agar berangkat bersama dengan mobil yang ada di rumah. Tapi dia menolak, bagaimana mungkin dia pergi ke sekolah dengan mobil yang sama dengan Olivia. Jangankan memilih bersepeda, dia juga mau berjalan kaki kalau tidak ada sepeda, asalkan jangan bersama Olivia.

Semalam ayahnya tidak pulang ke rumah, jadi Zara belum bertemu dengannya sejak Zara melihatnya menjemput Olivia. Pagi ini dia juga tidak bergabung di meja makan untuk sarapan dengan keluarga tirinya. Walau semuanya agak tidak menyenangkan, tapi dia masih bisa tersenyum. Mengingat semalam dia sudah merobek PR Olivia yang akan dikumpulkan hari ini. Dan sepertinya Denis mempercayainya semalam, mungkin dia tidak akan mengadukannya pada Olivia. Dan lihat saja bagaimana akhirnya nanti.

Zara mendorong sepedanya ke tempat parkir. Saat memarkirkan sepeda, dia melihat Askal dan gengnya berkumpul di ujung parkiran.

"Hoy," Askal berteriak, tangannya diangkat untuk menyapa Zara.

Zara pura-pura tidak melihat dan mendengar. Dia memarkirkan sepedanya di tempat yang lebih dekat, dia mengabaikannya seakan bukan dia yang dimaksud Askal. Betapa memalukan, pikir Zara. Apa dia harus membalas sapaan Askal dengan berkata "Hoy" kembali. Dan tersenyum sambil mengangkat tangannya pada kumpulan murid laki-laki yang sedang ngumpul. Dasar Askal gila, sialan, IQ rendah, umpat Zara.

Melihat tidak ada balasan dari Zara, kumpulan murid laki-laki itu tertawa, entah karena Askal yang diabaikan atau Zara yang mengabaikan.

"Zara," Askal berteriak keras memanggil.

Zara menggertakkan giginya dan mulai beralih menatap sekumpulan murid-murid bandel itu. Mereka memang pantas dikatakan murid bandel, mana ada murid baik yang lebih memilih nongkrong di tempat parkir daripada langsung menuju kelas.

Zara menatap mereka dan dengan ragu mengangkat tangannya dengan kikuk. Murid laki-laki itu langsung tertawa melihat reaksi Zara. Zara menggigit bibirnya kesal, dia menghampiri mereka.

"Apa?" Dia sampai di hadapan Askal dan teman-temannya dan bertanya dengan ketus.

"Hm," Askal bergumam sambil berpikir, sepertinya dia memang tidak tahu ingin mengatakan apa. Mereka hanya mengisengi Zara.

Dasar bodoh. Zara menatap mereka seperti melihat orang bodoh, dan dia hendak pergi.

"Gimana kabar Dzaky?" tanya salah satu murid laki-laki tiba-tiba sebelum Zara benar-benar pergi.

Dzaky dekat dengan murid-murid nakal ini. Setiap ada hukuman, Dzaky akan membantu mereka menanganinya dengan berbicara pada teman-teman anggota OSISnya. Dan beberapa hari terakhir mereka banyak mendapat peringatan dan hukuman dari anggota OSIS. Dan sepertinya mereka merasa kehilangan penyelamat.

"Kalian berteman, jadi langsung tanyakan dia." jawab Zara dengan sinis. Dan murid laki-laki yang bertanya hanya diam.

"Kami memang teman, tapi Lo tetangganya," jawab Eki cepat.

"Dzaky itu tetangga yang sombong, gue gak dekat sama Dzaky." Zara menanggapi dengan kesal.

"Heh, Kenapa Lo tiba-tiba galak gini? Jangan-jangan Lo lagi..."

Belum selesai Askal berbicara Zara langsung memotong. "Gue  bakalan kasih tahu Nadin."

"Gue cuma bercanda." Askal langsung terdiam dengan wajah tertekan.

"Mereka datang," ucap salah seorang murid. Dan mereka serentak memandang ke depan, yang membuat Zara berbalik melihat ke belakang.

Itu adalah sekumpulan murid OSIS. Mereka berjalan penuh kebanggaan menuju Zara dan yang lainnya. Seseorang yang sangat mencolok ada di antaranya. Murid laki-laki dengan kacamata kotak. Dafa, teman Dzaky dan Reza, dan musuh Zara.

Love In FriendshipWhere stories live. Discover now