Ana dan Bintang

12 4 3
                                    

Sepanjang pelajaran, Askal selalu memperhatikan Nadin. Zara yang melihat itu merasa lelah juga risih. Dia jadi tidak fokus memperhatikan gurunya di depan. Dia merasa selalu diperhatikan,  setiap kali dia menoleh, Askal akan nyengir kuda padanya, membuatnya merasa muak.

Setelah sekolah berakhir, Zara pulang bersama Bintang. Bintang masih saja membawa sepedanya, walau dia tidak bisa memakainya. Saat mencapai gerbang sekolah, Zara melihat ayahnya berdiri di depan gerbang, tepat di samping mobilnya.

Zara menghentikan langkahnya, memperhatikan ayahnya dari jauh. Bintang ikut berhenti di sampingnya.

"Kenapa?" tanya Bintang pada Zara.

"Kaki gue sakit."

"Sini gue lihat." Bintang mendekat dan ingin berjongkok.

Zara sedikit menjauh, "
Gak usah, cuma pegel kok"

Bintang diam memperhatikannya dan membiarkannya mengistirahatkan kakinya.

Tidak jauh dari mereka, ada Olivia. Melewati Zara, dengan tatapan yang memprovokasi, bibirnya sedikit terangkat. Dia segera mempercepat langkahnya, menghampiri ayah Zara.

"Ayah," panggil Olivia.

Ayahnya tersenyum menyambut Olivia, setelah dekat dia menaruh tangannya di kepala Olivia dengan lembut.

"Apa harimu menyenangkan?" Ayahnya bertanya dengan senyuman.

"Ya, semua berjalan baik." Olivia terlihat sedikit mengeluh di wajahnya, walau dia mengatakan baik.

"Apa ada masalah," tanya ayahnya prihatin.

"Sedikit." dia tersenyum. "Tapi aku bisa mengatasinya."

Itu adalah tontonan yang sempurna bagi murid penggemar Olivia. Seorang ayah dan anak yang bercengkrama dalam senyum hangat. Dan kedekatan hubungan ayah dan anak itu sudah membuat sebagian orang iri, terutama Zara.

Zara membeku di tempatnya, hatinya sesak. Di dalam sana, di bagian dadanya perih, sulit untuk dijelaskan. Melihat orang yang kau sayangi sangat dekat dengan orang yang kau benci, bukan hanya berdamai, tapi mereka saling menyayangi. Dan kau di pojok memperhatikan penuh kesedihan dan kebencian.

Zara melihat ayahnya yang kembali berbicara dengan Olivia.

"Ayah, ayo pulang," ajak Olivia manja.

"Tunggu sebentar, kita tunggu Zara dulu, ayah ingin melihat Zara." Dia sekilas menatap Olivia, lalu dengan penuh perhatian melihat ke kerumunan murid yang keluar dari sekolah.

"Zara tidak akan datang," kata Olivia nampak sedih.

"Apa Zara sudah pulang?"

"Belum, tapi dia dihukum."

"Kenapa?" Wajah ayahnya terlihat berkerut, jejak kekhawatiran juga jelas terlihat.

"Dia berkelahi," kata Olivia sedikit sedih.

"Dengan siapa?" ayahnya cepat bertanya.

"Teman sekelas," kata Olivia pelan, tanpa terlihat jejak kebohongan di wajahnya.

"Dengan perempuan atau laki-laki," Ayahnya jelas terlihat khawatir, membuat Olivia cemburu dan cemberut.

"Perempuan."

"Bagaimana bisa?"

"Ayah, aku akan menjelaskannya nanti, kita pulang sekarang." Olivia merengek.

"Tidak, ayah akan menemui Zara terlebih dahulu."

"Tidak ayah, aku akan telat mengikuti les matematikaku," Olivia dengan jelas memperlihatkan kekesalan di wajahnya.

"Tapi," ucap ayahnya, masih ingin bertemu Zara dan melihat keadaannya.

Love In FriendshipWhere stories live. Discover now